Infrastruktur Banjir Palu Ditarget Rampung Tahun 2025

Penanganan tiga sungai di Palu—Palu, Kawatuna, dan Ngia—menjadi langkah krusial pemerintah dalam memperkuat perlindungan terhadap banjir dan tsunami yang telah merusak wilayah tersebut sejak 2018.

Sumber dok pu.go.id

Jakarta, EKOIN.CO – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mempercepat pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Kota Palu. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi risiko banjir dan tsunami di wilayah rawan.

Pembangunan ini difokuskan pada tiga sungai utama, yaitu Sungai Palu, Sungai Kawatuna, dan Sungai Ngia. Ketiganya berada di wilayah dengan risiko tinggi terhadap bencana hidrometeorologi dan geologi.

Menteri PUPR Dody Hanggodo menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun sistem pengendali banjir yang terintegrasi dan berkelanjutan. Hal ini juga sebagai bentuk adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang kian ekstrem.

“Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan ketahanan wilayah terhadap bencana banjir melalui pembangunan dan penguatan infrastruktur pengendali banjir yang terintegrasi, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan iklim,” ujar Dody.

Gempa dan tsunami tahun 2018 menjadi salah satu dasar utama penanganan infrastruktur ini. Bencana tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada hilir Sungai Palu dan sekitarnya.

Proyek Sungai Palu Capai 81 Persen

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu, Dedi Yudha Lesmana, mengungkapkan bahwa pekerjaan penanganan sungai telah berjalan sejak Agustus 2022. Progres fisik saat ini telah mencapai 81,14 persen.

Ruang lingkup pekerjaan di Sungai Palu meliputi pembangunan tanggul sepanjang 376 meter di sisi kiri dan 368 meter di sisi kanan. Tanggul pantai dibangun sepanjang 457 meter di sisi kiri dan 385 meter di sisi kanan.

Selain itu, dilakukan pengerukan sedimen sepanjang 800 meter untuk mengembalikan kapasitas sungai. Hal ini penting agar aliran air tidak meluap ke permukiman saat debit tinggi.

Sementara itu, Sungai Kawatuna mendapatkan pembangunan dua unit konsolidasi dam masing-masing sepanjang 40,5 meter dengan tinggi 6 meter. Selain itu dibangun enam unit groundsill sepanjang 17,7 meter.

Revitalisasi Sungai Ngia dan Manfaat Sosial

Pada Sungai Ngia, dilakukan pembangunan tiga unit konsolidasi. Satu unit sepanjang 25,5 meter dan dua unit lainnya masing-masing 21 meter. Groundsill juga dibangun untuk memperkecil kemiringan arus sungai.

Infrastruktur di Sungai Ngia sangat penting karena sungai ini terhubung langsung dengan saluran irigasi. Sedimen yang menumpuk sempat mengancam keberfungsian saluran irigasi dan menimbulkan banjir bandang tahun 2019.

Proyek ini tidak hanya difokuskan pada aspek teknis, namun juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. Pemerintah menargetkan wilayah seluas 133,7 hektare dapat terlindungi.

“Penanganan tiga sungai ini diharapkan dapat melindungi masyarakat Palu dari bahaya banjir dan tsunami hingga seluas 133,7 ha,” kata Dedi Yudha Lesmana di Palu, Rabu (3/7).

Pekerjaan pengendali banjir diharapkan rampung pada tahun 2025. Pemerintah pusat juga mendorong pemerintah daerah untuk turut aktif menjaga keberlanjutan infrastruktur yang telah dibangun.

Penanganan tiga sungai di Kota Palu menjadi bagian penting dari strategi nasional dalam memperkuat ketahanan bencana. Kejadian gempa dan tsunami 2018 serta banjir bandang 2019 memberikan pelajaran penting bagi semua pihak untuk tidak menunda pembangunan infrastruktur mitigasi.

Melalui tanggul, dam, dan sistem konsolidasi sungai yang dibangun, pemerintah menargetkan perlindungan langsung terhadap lahan dan masyarakat di kawasan rawan. Proyek ini juga menjadi percontohan penerapan teknologi pengendalian banjir yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Dukungan lintas sektor dibutuhkan agar manfaat dari pembangunan ini berkelanjutan. Peran aktif masyarakat dan pemda dalam menjaga fungsi sungai sangat krusial untuk menghindari bencana berulang di masa mendatang.(*)

Exit mobile version