Mousavi AS Tak Bisa Selamatkan Netanyahu

Iran menyiapkan rencana serangan balasan besar. Amerika Serikat disebut tak bisa lindungi Netanyahu.

 

Teheran EKOIN.CO – Iran memperingatkan akan meluncurkan serangan militer yang melumpuhkan jika konflik bersenjata dengan Israel kembali pecah. Ancaman ini disampaikan langsung oleh Panglima Militer Iran, Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi, dalam pidatonya pasca-gencatan senjata antara kedua negara.

Pernyataan tersebut dikutip oleh Newsweek pada Selasa, 8 Juli 2025, di mana Mousavi menyebut bahwa rezim Zionis salah besar jika percaya bahwa mereka telah menghancurkan sistem pertahanan Iran hanya dalam dua hari.

Menurut media pemerintah Iran, rencana pembalasan yang telah disiapkan secara terperinci akan segera diaktifkan jika Israel kembali melakukan kesalahan. Mousavi menyebutkan bahwa skenario serangan balasan telah disiapkan dan hanya tertunda karena adanya kesepakatan gencatan senjata.

“Jika perang terjadi lagi, kami akan meluncurkan serangan yang sangat menghancurkan. Bahkan Amerika Serikat mungkin tidak bisa menyelamatkan Netanyahu,” ujar Mousavi.

Peringatan keras tersebut muncul setelah perang selama 12 hari antara Iran dan Israel berakhir melalui gencatan senjata. Konflik ini menewaskan lebih dari 900 warga Iran dan puluhan korban dari pihak Israel.

Ketegangan Pasca Gencatan Senjata Masih Tinggi

Konflik tersebut telah memperburuk situasi geopolitik kawasan dan menarik perhatian global. Keterlibatan Amerika Serikat dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran memperparah keadaan dan memicu ketakutan akan eskalasi lebih lanjut.

Seperti dilaporkan Newsweek, konfrontasi ini mengguncang pasar internasional dan mempercepat langkah-langkah diplomatik dari berbagai kekuatan global.

Menurut Mousavi, selama konflik berlangsung, Israel dan Amerika Serikat berusaha menghancurkan sistem pertahanan Iran dalam waktu singkat. Namun upaya itu, katanya, berhasil digagalkan oleh persatuan rakyat dan kekuatan militer Iran.

“Bangsa Iran mampu mengalahkan mereka. Mereka pikir bisa meruntuhkan kami dalam 48 jam, tapi kami bangkit lebih kuat,” lanjutnya.

Mousavi juga menyebut bahwa konflik yang terjadi merupakan bagian dari kampanye panjang yang berlangsung selama 15 tahun oleh Israel dan AS untuk melemahkan stabilitas Iran.

Iran Sebut Serangan Israel Bagian dari Kampanye Jangka Panjang

Lebih lanjut, Panglima Angkatan Bersenjata Iran itu menegaskan bahwa rakyat dan militer Iran bersatu padu menghadapi segala tekanan. Ia juga menekankan bahwa rencana serangan balasan berskala besar sudah siap jika diperlukan.

“Rencana itu belum sempat dijalankan karena adanya gencatan senjata. Namun jika ada kesalahan lagi, kami tidak akan ragu untuk mengaktifkannya,” tegas Mousavi.

Perang dimulai pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan ke beberapa lokasi militer dan fasilitas nuklir Iran. Amerika Serikat kemudian terlibat dalam konflik sejak 22 Juni, dengan menargetkan situs strategis di Isfahan, Natanz, dan Fordow.

Presiden AS Donald Trump menamai operasi gabungan tersebut dengan sebutan “Operasi Midnight Hammer”. Ia mengklaim bahwa kampanye itu berhasil merusak signifikan program nuklir Iran.

Meski demikian, Iran tetap bersikeras bahwa mereka masih memiliki kekuatan untuk melawan dan akan merespons tegas jika kembali diprovokasi.

Sementara itu, Presiden Donald Trump dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih untuk membahas langkah selanjutnya dalam konflik.

Pertemuan tersebut dipandang sebagai pertemuan berisiko tinggi di tengah situasi genting yang dapat memicu kembali konflik bersenjata di kawasan.

Iran menegaskan bahwa mereka masih dalam kondisi siaga dan belum menutup opsi serangan, meskipun gencatan senjata saat ini masih berlaku.

Langkah diplomatik yang ditempuh oleh kekuatan global kini menjadi kunci untuk menjaga stabilitas kawasan dan mencegah pecahnya perang baru.

Iran dalam pernyataannya juga menegaskan bahwa kehadiran militer asing di kawasan hanya akan memperpanjang konflik dan memperumit situasi.

Mousavi menekankan bahwa kekuatan internal dan ketahanan nasional Iran tetap menjadi andalan utama mereka dalam menghadapi ancaman luar.

Di tengah ketegangan tersebut, Iran juga mengingatkan bahwa setiap provokasi lebih lanjut akan memicu aktivasi tahap akhir dari skenario militer mereka.

Langkah selanjutnya dari Israel dan Amerika Serikat akan menjadi penentu apakah konflik ini akan kembali membara atau tetap terkendali.

Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v

Meskipun gencatan senjata saat ini memberikan jeda dalam konflik, stabilitas di kawasan masih rapuh dan bisa berubah kapan saja. Ketegangan geopolitik yang terus meningkat memerlukan pendekatan diplomatik yang lebih kuat dan berkelanjutan.

terbaik bagi negara-negara yang terlibat adalah menahan diri dan memperkuat jalur komunikasi antar pemimpin untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Langkah preventif harus diutamakan daripada menunggu hingga situasi berkembang menjadi konflik terbuka.

Kerja sama internasional juga dibutuhkan untuk mendorong penyelesaian damai dan memastikan penghormatan terhadap hukum internasional serta kedaulatan masing-masing negara.

Komitmen jangka panjang untuk dialog dan resolusi damai akan menjadi satu-satunya jalan keluar dari lingkaran kekerasan yang telah merenggut banyak nyawa. Pemerintah global perlu bertindak cepat agar jeda gencatan senjata tidak berubah menjadi titik awal perang baru.

(*)

Exit mobile version