Jakarta, EKOIN.CO – Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mengharumkan nama perguruan tinggi melalui ajang kompetisi inovasi energi terbarukan tingkat nasional. Prestasi ini diraih dalam Renewable Energy Innovation Competition yang menjadi bagian dari rangkaian acara ReEnergize Summit 2025.
Kompetisi ini diselenggarakan oleh Society of Renewable Energy Universitas Indonesia (SRE UI) dan berlangsung pada Sabtu, 21 Juli 2025. Tim ITB Santuy berhasil meraih Juara 1 setelah menyisihkan puluhan tim dari berbagai universitas di Indonesia.
Tim ITB Santuy terdiri dari Bondan Attoriq dan Muhammad Xavier El Gibraltar Ellion dari program studi Teknik Metalurgi, serta Akira Neutriansyah dari program studi Fisika. Mereka membawakan inovasi berjudul EGSmart 1.0.
Karya tersebut mengusung sistem optimasi pengeboran pada teknologi Enhanced Geothermal System (EGS) berbasis machine learning. Solusi ini dikembangkan untuk menjawab tantangan utama dari proyek EGS, yakni tingginya biaya pengeboran yang mencapai 60 persen dari total biaya.
Sistem EGSmart memanfaatkan 30 parameter pengeboran untuk memprediksi Rate of Penetration (ROP) secara presisi. Studi kasus dilakukan pada sumur UTAH 16B(78)-32 di Amerika Serikat.
Inovasi Teknologi dan Manfaat Global
Sistem ini tidak hanya bersifat prediktif, tapi juga bersifat real-time. EGSmart dilengkapi fitur pemantauan langsung, pengendalian parameter pengeboran, hingga mitigasi kesalahan melalui analisis tren ROP.
Keunggulan ini membuat EGSmart berpotensi digunakan dalam skala internasional, khususnya di wilayah dengan cadangan panas bumi tapi memiliki batuan berpermeabilitas rendah. Platform ini diharapkan mampu menurunkan biaya eksplorasi EGS secara signifikan.
Dalam wawancara, Bondan menyampaikan kunci sukses tim mereka dalam menghadapi tantangan waktu, karena harus mempersiapkan final bertepatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS). “Fokus, percaya diri, dan hilangkan perasaan gugup dan ragu. Juri bisa membedakan siapa yang benar-benar menguasai inovasinya dan siapa yang ragu-ragu,” ungkapnya.
Proses persiapan dilakukan secara intensif dalam waktu terbatas. Tim membagi peran dengan jelas, menjaga komunikasi, dan fokus pada penyampaian solusi berbasis data yang mudah dipahami juri.
Harapan dan Komitmen Pengembangan
Muhammad Xavier menyebut, mereka sangat berharap EGSmart bisa dilanjutkan menjadi platform riset atau bahkan produk industri. Tim menyadari bahwa inovasi teknologi tidak berhenti pada kompetisi, namun berlanjut pada penerapan nyata.
“Indonesia punya potensi geothermal sangat besar. Kalau bisa tekan biaya pengembangannya, maka energi terbarukan bisa lebih cepat dimanfaatkan secara luas,” kata Akira menambahkan.
Kompetisi ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa untuk menunjukkan peran dalam pengembangan energi nasional. Inovasi dari kampus diharapkan mampu menjawab tantangan energi secara konkret, bukan hanya di atas kertas.
Inovasi yang dihadirkan Tim ITB Santuy menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia mampu menciptakan solusi konkret dalam sektor energi. Melalui pendekatan berbasis data dan algoritma cerdas, sistem EGSmart menawarkan efisiensi biaya dan efektivitas proses pengeboran panas bumi secara global.
Keberhasilan ini tidak hanya menandai pencapaian akademik, tetapi juga memperlihatkan kesiapan generasi muda untuk berperan aktif dalam transisi energi bersih. Ketekunan, kolaborasi tim, dan pemanfaatan teknologi menjadi fondasi penting dalam proses pengembangan solusi yang berdampak.
Dengan semangat tersebut, inovasi mahasiswa seperti EGSmart 1.0 berpeluang besar untuk mendorong kemajuan energi terbarukan nasional, sekaligus membuka jalan bagi Indonesia menjadi pelopor dalam teknologi panas bumi yang efisien dan berkelanjutan.(*)
