Meningkatnya Kecelakaan Kerja, Buruh Ragukan Kualitas Sertifikasi K3, Tuding Hanya Formalitas

Lonjakan kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia menimbulkan keraguan buruh akan efektivitas program sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang digencarkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).

Jakarta, EKOIN.CO – Jumlah kasus kecelakaan kerja di lingkungan pabrik dan perusahaan terus mengalami peningkatan, situasi yang memunculkan keraguan di kalangan buruh terhadap efektivitas sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang gencar digalakkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker). Kekhawatiran ini disampaikan langsung oleh Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi), Mirah Sumirat.

Menurut Mirah, terdapat ketidaksesuaian antara pelaksanaan sertifikasi K3 dan data yang menunjukkan angka kecelakaan kerja yang terus menanjak. “Dengan kondisi sekarang ini menjadi pertanyaan kan ketika kasusnya Noel terangkat, pantes kan sertifikasi jalan terus, tapi kita lihat data daripada kecelakaan kerja itu, dari tahun ke tahun makin banyak,” ujarnya, seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Selain itu, Mirah menyoroti bahwa kondisi ini merupakan “darurat” yang seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi Kemnaker. “Menurut saya ini ada kondisi darurat terkait dengan kecelakaan kerja. Seharusnya Kementerian Tenaga Kerja ini kan mengevaluasi dong, kenapa sertifikasi jalan terus, tapi kecelakaan kerja makin meningkat,” tambahnya.

Terkait dengan hal itu, data yang dirilis Satudata Kemnaker menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah kecelakaan kerja. Pada tahun 2024, tercatat 462.241 kasus, naik hampir 25% dibandingkan 370.747 kasus di tahun 2023. Angka ini semakin menguatkan dugaan bahwa sertifikasi K3 yang ada tidak memberikan dampak nyata.

“Artinya ada sesuatu di sana, berarti perlu patut dipertanyakan. Bisa jadi itu hasil cincai dan tidak bermutu pada akhirnya dan perlu dipertanyakan dong. Hasilnya itu hanya di atas kertas aja, untuk mengejar sertifikasi, semacam persyaratan harus ada K3 segala macam, sehingga pada akhirnya kan, ketika implementasinya tidak berdampak, buktinya apa? Kecelakaan jalan terus, ternyata itu hanya semacam cek kosong aja gitu,” ujar Mirah.

Akibatnya, proses sertifikasi yang ada dituding hanya bernilai formalitas, karena faktanya tidak berhasil menekan angka kecelakaan kerja.

“Hari ini kita sudah diperlihatkan dengan tertangkapnya Noel. Ditambah lagi dengan data kecelakaan kerja yang semakin meningkat setiap tahun. Dalam tanda kutip itu mensahkan apa yang menjadi pikiran kita bahwasannya, ya itu formalitas, itu terjadi hari ini,” sebut Mirah.

Lebih lanjut, Mirah juga mengaitkan sertifikasi dengan dugaan adanya praktik pemerasan. “Nah, ketika pemerasan muncul karena kalau misal mereka gak mau bayar itu ya udah gak gue keluarin sertifikat, akhirnya jadi pemerasan,” pungkasnya.

Exit mobile version