Minsk EKOIN.CO – Pemerintah Indonesia dan Belarusia resmi menjalin kerja sama di bidang pertahanan, yang difokuskan pada transfer teknologi dan pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista). Penandatanganan kerja sama ini dilakukan dalam kunjungan Menteri Pertahanan Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin ke Belarusia, Sabtu, 28 Juli 2025, dengan menemui Chief of the General Staff and First Deputy Minister of Defence of the Republic of Belarus, H.E. Major General Pavel Nikolaevich Muraveyko.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pertemuan bilateral tersebut membahas sejumlah agenda strategis terkait kolaborasi militer. Dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu, disebutkan bahwa agenda utama mencakup pelatihan militer bersama dan pengembangan teknologi industri pertahanan. Kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama untuk mendukung penguatan pertahanan nasional masing-masing.
Menurut Kepala Biro Infohan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Frega Wenas Inkiriwang, diskusi juga mencakup pendidikan militer serta pertukaran teknologi antara kedua negara. “Pertemuan untuk membahas kerja sama pertahanan, khususnya dalam pengembangan industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan militer, serta pertukaran teknologi,” ujar Frega saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Frega menambahkan bahwa kerja sama ini membuka peluang strategis bagi Indonesia, terutama dalam penguatan industri pertahanan nasional melalui alih teknologi dari Belarusia. Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia mendapat undangan untuk turut serta dalam ajang pameran alutsista internasional MILEX-2025 yang akan digelar di Belarusia.
Fokus Kerja Sama pada Transfer Teknologi
Frega menyampaikan bahwa Indonesia akan berpartisipasi secara resmi dalam MILEX-2025 melalui Atase Pertahanan yang terakreditasi untuk Federasi Rusia dan Belarus. Kehadiran tersebut menjadi langkah awal konkret dalam memperluas kolaborasi pertahanan, khususnya pada bidang pengembangan sistem persenjataan dan teknologi militer.
“Partisipasi Indonesia melalui Atase Pertahanan yang terakreditasi untuk Federasi Rusia dan Belarus ini diharapkan menjadi pintu pembuka bagi penguatan kerja sama industri pertahanan,” ujar Frega dalam siaran pers yang sama. Ia menekankan bahwa penguatan tersebut akan difokuskan pada transfer teknologi, pengembangan sistem senjata, dan peningkatan kapasitas industri nasional.
Selain itu, ajang MILEX-2025 dinilai sebagai kesempatan penting bagi Indonesia untuk memperkenalkan produk-produk pertahanan dalam negeri serta menjajaki peluang kolaborasi lanjutan dengan mitra-mitra internasional. Kehadiran Indonesia di pameran ini disebut menunjukkan peningkatan eksistensi negara dalam peta industri pertahanan global.
Dalam kerja sama ini, kedua negara juga membahas kemungkinan pelatihan bersama antara personel militer Indonesia dan Belarusia. Langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor pertahanan dan mendorong terciptanya interoperabilitas antara kedua angkatan bersenjata.
Penguatan Hubungan Bilateral dan Industri Militer
Kerja sama ini diyakini akan mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Belarusia di bidang pertahanan. Menurut Kementerian Pertahanan, kemitraan tersebut tidak hanya bersifat taktis tetapi juga strategis, dengan tujuan jangka panjang memperkuat ketahanan industri militer nasional.
Frega menyebut, inisiatif ini menjadi bagian dari strategi Indonesia untuk memperluas kemitraan internasional di bidang pertahanan, terutama dengan negara-negara yang memiliki kemampuan teknologi militer maju. Belarusia, dalam hal ini, dianggap sebagai mitra yang potensial karena memiliki kapasitas industri pertahanan yang cukup berkembang.
Pemerintah Indonesia juga berharap kerja sama ini dapat mendukung kebijakan kemandirian pertahanan nasional melalui peningkatan produksi dalam negeri dan pengurangan ketergantungan pada produk impor. Frega menekankan pentingnya aspek keberlanjutan dalam kerja sama, termasuk pembentukan proyek jangka panjang di bidang industri militer.
Hingga saat ini, belum ada rincian spesifik mengenai jenis alutsista atau teknologi yang akan menjadi fokus utama transfer teknologi dalam kerja sama tersebut. Namun, Kementerian Pertahanan memastikan bahwa seluruh proses kerja sama akan dilakukan sesuai dengan regulasi dan kepentingan nasional Indonesia.
Di sisi lain, undangan Indonesia dalam MILEX-2025 dianggap sebagai bentuk apresiasi atas hubungan diplomatik yang telah terjalin lama antara Indonesia dan Belarusia. Selain itu, forum tersebut juga menjadi ajang untuk memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan kerja sama pertahanan global.
Kerja sama ini direncanakan akan terus berlanjut dengan agenda-agenda lanjutan yang akan disusun oleh kedua belah pihak. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertahanan, tengah mempersiapkan langkah teknis guna merealisasikan rencana tersebut dalam waktu dekat.
Dari sisi Belarusia, belum ada pernyataan resmi selain keterangan pers bersama yang dirilis usai pertemuan antara kedua pejabat tinggi militer. Namun, kehadiran Mayor Jenderal Pavel Nikolaevich Muraveyko dalam pertemuan disebut sebagai sinyal keseriusan pihak Belarusia untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan Indonesia.
Kemitraan Indonesia dan Belarusia ini menjadi bagian dari upaya diversifikasi kerja sama pertahanan Indonesia dengan berbagai negara. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan geopolitik dan memperluas akses terhadap teknologi militer modern dari berbagai sumber.
Sementara itu, perwakilan Indonesia di Belarusia akan terus memantau perkembangan kerja sama ini. Menurut informasi dari Kementerian Pertahanan, dialog teknis lebih lanjut akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang guna membahas detail implementasi dari seluruh kesepakatan.
Kerja sama ini juga membuka peluang untuk Indonesia dalam mengekspor produk-produk pertahanan dalam negeri ke pasar internasional, termasuk ke Belarusia. Dengan demikian, industri pertahanan Indonesia berpotensi meningkatkan kapasitas produksi serta daya saing di tingkat global.
Secara umum, pertemuan antara pejabat militer Indonesia dan Belarusia menandai langkah signifikan dalam diplomasi pertahanan Indonesia. Ke depan, diharapkan kerja sama ini bisa memberikan manfaat strategis bagi penguatan pertahanan nasional dan kemandirian industri pertahanan.
Sebagai langkah tindak lanjut, Kementerian Pertahanan akan menggelar diskusi internal serta berkoordinasi dengan pihak terkait di dalam negeri guna mengoptimalkan pelaksanaan kerja sama ini. Frega menegaskan bahwa seluruh kegiatan akan mengutamakan transparansi dan akuntabilitas.
Kerja sama yang dijalin ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia dalam membangun sistem pertahanan yang tangguh dan berkelanjutan. Selain itu, kolaborasi ini akan memperluas akses Indonesia terhadap teknologi baru yang penting dalam modernisasi alat utama sistem senjata.
Kehadiran Indonesia dalam forum internasional seperti MILEX-2025 merupakan bagian dari diplomasi pertahanan aktif. Ini mencerminkan peran strategis Indonesia di kawasan dan dunia dalam menjaga keamanan serta memperkuat industri militer nasional.
dari pertemuan ini menunjukkan adanya peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kemampuan pertahanan melalui kemitraan global. Kerja sama ini dapat memperkuat posisi Indonesia dalam kancah pertahanan internasional serta mendorong penguatan industri nasional.
Peningkatan kapasitas industri pertahanan dalam negeri menjadi salah satu fokus utama dari kerja sama ini. Melalui alih teknologi dan kolaborasi jangka panjang, diharapkan Indonesia dapat lebih mandiri dalam memproduksi alat utama sistem senjata.
Langkah Indonesia menjalin kemitraan pertahanan dengan Belarusia juga memperluas pilihan kerja sama luar negeri. Diversifikasi mitra strategis ini penting dalam membangun sistem pertahanan yang kuat dan adaptif terhadap dinamika global.
Kementerian Pertahanan Indonesia menargetkan implementasi kerja sama secara bertahap dalam waktu dekat. Fokus pada efisiensi dan hasil konkret menjadi prioritas guna memastikan manfaat maksimal bagi pertahanan negara.
Ke depan, dibutuhkan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap pelaksanaan kerja sama ini. Hal ini bertujuan menjaga kualitas, efektivitas, dan keberlanjutan seluruh program yang telah disepakati. (*)
