Yerusalem, EKOIN.CO – Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, secara terbuka menyatakan tidak peduli terhadap nasib warga Jalur Gaza dan menegaskan tekadnya untuk menghancurkan Hamas hingga tuntas. Pernyataan ini disampaikannya saat membela anggaran tambahan NIS 3 miliar untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza di tengah kritik dari pihak oposisi.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Smotrich mengatakan, seluruh dunia menekan Israel agar menghentikan operasi militer, termasuk Eropa, kelompok kiri di dalam negeri, dan Hamas sendiri. Namun ia menegaskan akan melanjutkan langkah militer sampai tercapai apa yang disebutnya sebagai kemenangan total.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Aljazeera pada Kamis (7/8/2025), Smotrich menekankan bahwa kemenangan penuh tidak hanya memungkinkan, tetapi merupakan keharusan. Ia juga mengaitkan tujuan ini dengan pembebasan para tahanan Israel yang masih ditahan Hamas.
Pernyataan Smotrich sejalan dengan tujuan perang yang sebelumnya diungkapkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menyebut kemenangan total sebagai target utama, di samping pembebasan sandera. Netanyahu sendiri saat ini sedang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional atas tuduhan kejahatan perang.
Blokade ekonomi yang lebih keras
Smotrich menyerukan penerapan blokade ekonomi yang lebih ketat terhadap Gaza. Menurutnya, Hamas tidak bisa dikalahkan hanya dengan kekuatan militer seperti tank, tetapi harus juga melalui pemutusan total aliran bantuan dan pasokan ke wilayah tersebut.
Dia menjelaskan, jika usulan blokade totalnya sejak awal diadopsi, perang kemungkinan sudah berakhir lebih cepat. Langkah itu, katanya, juga akan menghemat puluhan miliar shekel bagi Israel.
Smotrich mengklaim bahwa perang yang berlangsung di Jalur Gaza sejauh ini telah menelan biaya sekitar 300 miliar shekel. Ia menambahkan bahwa strategi militer harus dibarengi tekanan ekonomi untuk memutus sumber daya Hamas.
Selain itu, Smotrich menyampaikan harapan agar Kabinet Keamanan Israel mengambil keputusan melancarkan serangan skala besar dan menduduki Gaza. Menurutnya, pendudukan adalah jalan menuju kemenangan dan pengembalian para penculik.
Kontroversi di dalam pemerintahan
Meski Smotrich mendorong pendudukan, rencana tersebut mendapat penolakan dari sejumlah pihak di pemerintahan Israel. Kepala Staf Angkatan Darat, Eyal Zamir, menggambarkan pendudukan Gaza sebagai jebakan strategis yang berisiko bagi keamanan Israel.
Pertemuan Knesset yang dijadwalkan pada Kamis ini akan membahas rencana pendudukan tersebut. Perdebatan diperkirakan berlangsung sengit mengingat perbedaan pandangan yang tajam di antara pejabat tinggi Israel.
Smotrich, yang kerap dikritik dan disebut sebagai salah satu menteri keuangan paling lemah dalam sejarah Israel, tetap bersikeras pada strateginya. Ia menganggap langkah keras terhadap Gaza adalah satu-satunya jalan untuk mencapai target militer.
Dalam forum pembelaan anggaran, Smotrich juga menyinggung soal bantuan kemanusiaan yang menurutnya hanya memperpanjang umur Hamas. Ia menilai, tanpa tekanan sipil dan ekonomi, kemenangan Israel akan sulit tercapai.
Dia menegaskan kembali bahwa operasi militer harus dibarengi dengan strategi ekonomi yang efektif. Hal itu, menurutnya, akan mempercepat hasil dan mengurangi kerugian finansial negara.
Sementara itu, tekanan dari komunitas internasional terus meningkat. Sejumlah negara Eropa menyerukan penghentian serangan dan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Gaza.
Hamas sendiri menolak menyerah dan menilai kebijakan Israel sebagai bentuk hukuman kolektif terhadap penduduk Gaza. Pernyataan Smotrich semakin memperkuat tuduhan tersebut.
Masyarakat sipil di Gaza disebut menghadapi situasi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk akibat blokade. Keterbatasan pasokan kebutuhan pokok dan layanan medis menjadi masalah yang terus mengancam.
Para pengamat menilai, konflik yang berlarut-larut ini berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang terhadap stabilitas regional. Meski demikian, hingga kini belum ada tanda-tanda negosiasi damai akan dimulai.
Dalam kondisi ini, perbedaan pandangan di dalam pemerintahan Israel bisa memengaruhi arah kebijakan ke depan. Hasil pertemuan Knesset pada Kamis akan menjadi penentu langkah selanjutnya dalam konflik Gaza.
pernyataan Smotrich mencerminkan sikap keras sebagian elit Israel terhadap Hamas dan Gaza. Namun, langkah ini memicu perdebatan internal dan memperbesar tekanan internasional terhadap Israel.
Smotrich menegaskan bahwa tanpa strategi militer dan ekonomi yang terpadu, kemenangan tidak akan tercapai. Namun, strategi ini membawa risiko kemanusiaan yang semakin besar bagi warga Gaza.
Pemerintah Israel dihadapkan pada dilema antara memenuhi target militer dan mengurangi tekanan diplomatik global. Pendekatan yang dipilih akan menentukan arah konflik di masa depan.
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin mendalam, memerlukan respons yang cepat untuk mencegah keruntuhan total. Namun, kebijakan yang diambil saat ini justru mengarah pada pengetatan blokade.
Masyarakat internasional akan terus memantau perkembangan situasi. Tekanan diplomasi kemungkinan akan meningkat jika eskalasi berlanjut tanpa solusi damai.
Hanya keputusan politik yang berani yang dapat mengubah arah konflik ini. Tanpa itu, penderitaan di Gaza dan ketegangan regional akan terus berlanjut. (*)










