TEHERAN, EKOIN.CO – Israel diduga telah menyusun daftar sekitar 100 ilmuwan nuklir Iran sebagai target pembunuhan demi menghentikan ambisi nuklir Teheran. Menurut laporan The Telegraph, langkah ini diambil usai konflik 12 hari pada Juni lalu yang menewaskan sedikitnya 14 pakar atom terkemuka Iran.
Gabung WA Channel EKOIN
Di antara korban tewas terdapat Fereidoun Abbasi, mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran, dan Mohammad Mehdi Tehranchi, Rektor Universitas Islam Azad di Teheran. Israel menilai mereka berperan langsung dalam pengayaan uranium tingkat tinggi yang diduga akan digunakan untuk senjata nuklir.
Serangan ini mendorong Iran memperketat keamanan bagi ilmuwan yang masih hidup. Sejumlah akademisi yang sebelumnya mengajar di perguruan tinggi diganti oleh sosok tanpa keterlibatan dalam program nuklir. Beberapa universitas yang menjadi tempat mereka bekerja pun ikut terdampak serangan udara.
Target Ilmuwan Nuklir di Tengah Perang
Pejabat Iran mengungkap, lebih dari 15 ilmuwan yang selamat telah dievakuasi ke lokasi rahasia di Teheran maupun pesisir utara negara tersebut. Langkah ini dilakukan setelah serangkaian pembunuhan yang disebut Iran sebagai bagian dari operasi intelijen Israel.
Bahkan, laporan menyebutkan Iran mengirim sebagian ilmuwan pentingnya ke tempat persembunyian segera setelah perang mereda. Meski demikian, Israel diyakini tetap memantau setiap pengganti ilmuwan yang terbunuh.
Danny Citrinowicz, mantan kepala meja strategis Iran di Badan Intelijen Pertahanan Israel, menegaskan bahwa siapapun yang melanjutkan penelitian nuklir Iran berada dalam ancaman serius. “Saya tidak meragukannya. Setiap ilmuwan yang menangani masalah nuklir akan disingkirkan atau diancam akan disingkirkan,” ujarnya.
Aksi Spionase dan Penangkapan Besar-Besaran
Setelah konflik, Iran menggelar operasi kontra-spionase skala besar. Ratusan orang ditangkap, termasuk lebih dari satu juta pengungsi Afghanistan yang dituduh berpotensi menjadi mata-mata Israel. Di antara tahanan, empat warga negara Iran-Amerika dilaporkan ikut terjaring.
Kasus spionase ini semakin memanas setelah eksekusi Rouzbeh Vadi, seorang insinyur reaktor yang dituduh menjadi mata-mata Israel. Pemerintah Iran menilai Vadi terlibat memfasilitasi serangan terhadap para ilmuwan nuklir.
Organisasi kemanusiaan Hosting Air Worldwide mengungkap bahwa penangkapan ini menambah daftar panjang warga yang menjadi korban represi pascaperang. Mereka juga menyoroti risiko tinggi yang dihadapi ilmuwan nuklir Iran, baik yang masih aktif maupun yang sudah bersembunyi.
Sumber intelijen memperkirakan, daftar 100 ilmuwan yang disusun Israel bukan hanya mencakup tokoh senior, melainkan juga generasi penerus di bidang teknologi nuklir. Hal ini membuat setiap langkah perlindungan Iran menjadi tantangan besar di tengah situasi keamanan yang genting.
Konflik 12 hari antara Israel dan Iran tersebut telah mengubah peta risiko bagi para ilmuwan di Teheran. Meski berada di lokasi tersembunyi, ancaman pembunuhan tetap menghantui mereka, terutama dengan kemampuan intelijen Israel yang telah terbukti di masa lalu.
Kondisi ini diprediksi akan mempengaruhi laju program nuklir Iran. Penggantian ilmuwan berpengalaman dengan personel baru dinilai akan memperlambat penelitian, meski tidak sepenuhnya menghentikan ambisi negara tersebut.
Sejumlah analis keamanan menyebut bahwa Israel kemungkinan akan terus menjalankan operasi ini dalam jangka panjang. Target utama tetap diarahkan pada individu yang berperan langsung dalam pengembangan teknologi pengayaan uranium tingkat senjata.
Bagi Iran, menjaga keselamatan ilmuwannya menjadi prioritas strategis yang tak kalah penting dibandingkan kelanjutan program nuklir itu sendiri. Namun, situasi geopolitik yang memanas membuat keamanan jangka panjang mereka masih sangat diragukan.
Israel sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait laporan The Telegraph. Namun, rekam jejak operasi intelijen Tel Aviv menunjukkan bahwa mereka tidak segan menempuh cara-cara ekstrem demi membatasi kemampuan nuklir Iran.
Perkembangan terbaru ini menambah ketegangan hubungan kedua negara yang selama bertahun-tahun terlibat dalam perang bayangan. Jika benar daftar tersebut dijalankan, maka eskalasi konflik diyakini akan semakin sulit dihentikan.
Langkah Israel menyusun daftar target ilmuwan nuklir Iran menjadi babak baru dalam konflik kedua negara. Aksi ini menunjukkan bahwa perang tidak hanya terjadi di medan tempur, tetapi juga pada ranah intelijen yang mematikan.
Iran menghadapi tantangan besar dalam menjaga keselamatan para pakar atomnya yang menjadi aset nasional.
Penggantian ilmuwan berpengalaman menandakan upaya bertahan yang sulit di tengah ancaman pembunuhan.
Ketegangan ini mengindikasikan bahwa perang bayangan antara Israel dan Iran masih jauh dari kata usai.
Konflik intelijen seperti ini berpotensi memicu reaksi internasional terkait keamanan ilmuwan di tengah persaingan nuklir global.
Iran perlu memperkuat sistem perlindungan personal berbasis teknologi bagi para ilmuwan kunci.
Kerja sama intelijen dengan negara sekutu dapat menjadi strategi defensif jangka panjang.
Komunitas internasional perlu mendorong mekanisme perlindungan ilmuwan yang bebas dari target politik.
Pengawasan keamanan universitas dan fasilitas riset harus diperketat untuk mencegah infiltrasi.
Dialog diplomatik yang serius tetap menjadi jalan terbaik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










