JAKARTA, EKOIN.CO – Visi Israel Raya yang dikemukakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam wawancara dengan i24 News (12 Agustus 2025) memicu gelombang kecaman tajam dari banyak pihak. Tidak hanya Palestina, negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Qatar mengecam keras pernyataan tersebut sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka dan kestabilan kawasan. Dalam wawancara itu, Netanyahu menyatakan dirinya “sangat” terikat dengan visi bersejarah dan spiritual tersebut.
Visi tersebut mencakup rencana pencaplokan wilayah Palestina yang kini diduduki Israel, serta wilayah sebagian Mesir, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Beberapa interpretasi bahkan menyertakan Saudi Arabia.
atas Visi Israel Raya
Pernyataan Netanyahu langsung menuai kecaman dari negara-negara Arab:
- Arab Saudi mengutuk keras vision ekspansionis tersebut, menolak segala bentuk ekspansi yang bertentangan dengan hukum internasional dan hak rakyat Palestina.
- Mesir meminta klarifikasi resmi karena menilai pernyataan itu memicu instabilitas dan jelas menolak proses perdamaian.
- Yordania menyebut pernyataan tersebut sebagai eskalasi provokatif yang melanggar kedaulatan dan hukum internasional.
- Qatar menyatakan bahwa narasi tersebut sebagai lanjutan pendekatan pendudukan arogan yang mendorong konflik dan pelanggaran.
- Liga Arab dan OKI mengecam ideologi agresif tersebut sebagai ancaman serius terhadap keamanan kolektif dan legitimasi internasional.
- Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, menyampaikan penolakan tegas terhadap visi “Israel Raya”, menyebutnya melanggar hukum internasional dan memperkecil prospek perdamaian di kawasan.
konsep Greater Israel (Israel Raya) mengacu pada gagasan ekspansi wilayah Israel meliputi sebagian atau seluruh negara Arab tetangga seperti Yordania, Mesir, Suriah, dan Lebanon. Netanyahu secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap visi itu sebagai misi spiritual dan historis.
Akar Ideologi & Kontroversi Peta “Israel Raya”
Visi ini bukan sekadar wacana politik semata. Pada Januari 2025, akun resmi Kementerian Luar Negeri Israel merilis peta “Israel Raya” yang mencakup Yordania, Suriah, Lebanon, dan Mesir. Publikasi itu menimbulkan kemarahan luas dari negara-negara Arab dan organisasi yang menilai hal tersebut sebagai propaganda ekstremis dan pelanggaran serius terhadap norma internasional.
Implikasi Kebijakan dan Tantangan Perdamaian
Pernyataan dan publikasi kontur “Israel Raya” yang mencakup beberapa negara Arab dapat semakin mempersulit proses perdamaian. Retorika ini sangat kontradiktif dengan gagasan dua negara merdeka (two-state solution) dan bisa menjadi pemicu konflik berskala lebih luas di Timur Tengah. Para pemerhati keamanan regional menilai ini tidak hanya retorika, melainkan potensi ancaman nyata yang membuat stabilitas kawasan kian rapuh.
Visi Israel Raya oleh Netanyahu bukan sekadar ide historis, melainkan juga retorika politik yang memicu reaksi keras dunia Arab dan internasional. Ditolak luas, dikutuk banyak pihak, dan berpotensi merusak upaya perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










