TEL AVIV, EKOIN.CO – Ribuan prajurit cadangan dan pensiunan Angkatan Udara Israel menggelar aksi besar-besaran di depan markas militer Kirya, Tel Aviv, Selasa (12/8). Mereka menolak keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang bersikeras melanjutkan perang di Gaza. Ikuti berita terbaru di WA Channel EKOIN.
Para demonstran yang mayoritas pernah bertugas di Angkatan Udara itu menuntut pemerintah segera menghentikan perang dan memulangkan para sandera. Mereka menyebut serangan militer yang terus berlanjut berisiko tinggi terhadap nyawa warga sipil, tentara Israel, serta para tawanan di Gaza.
Prajurit Membelot Tolak Perang Gaza
Aksi di Tel Aviv ini mencerminkan meningkatnya tekanan publik terhadap kebijakan perang pemerintah. Mantan prajurit IDF menilai langkah militer untuk merebut Kota Gaza justru memperburuk citra Israel di mata dunia.
Dikutip dari The Times of Israel, para eks prajurit menyatakan bahwa Netanyahu menjadi penghalang utama tercapainya perdamaian. Mereka menganggap keputusan politik yang keras justru menjauhkan kemungkinan gencatan senjata.
Sejumlah mantan perwira bahkan menilai kebijakan perang telah mengorbankan rakyat sendiri. “Setiap serangan ke Gaza sama saja mempertaruhkan nyawa sandera kita,” ujar salah satu veteran Angkatan Udara, dikutip media setempat.
Menurut mereka, militer seharusnya berfokus pada upaya diplomasi untuk membawa pulang para tawanan, bukan memperluas operasi tempur. Hal ini dianggap lebih realistis dan mengurangi risiko jatuhnya korban lebih banyak.
Demo Besar Kepung Markas IDF
Aksi protes di luar markas Kirya berlangsung dengan spanduk besar yang menuntut penghentian perang. Ribuan orang meneriakkan slogan perdamaian dan meminta Netanyahu segera turun dari jabatannya.
Kehadiran mantan prajurit IDF dalam jumlah besar membuat unjuk rasa ini mendapat perhatian luas. Mereka bukan hanya warga sipil biasa, tetapi orang-orang yang pernah berada di garis depan pertempuran.
Menurut laporan media lokal, gelombang protes ini menjadi salah satu yang terbesar sejak perang Gaza dimulai. Hal ini menunjukkan pergeseran opini di kalangan militer cadangan yang biasanya mendukung pemerintah dalam kondisi perang.
Netanyahu sebelumnya menegaskan bahwa operasi militer di Gaza bertujuan merebut wilayah strategis dan menekan Hamas. Namun, klaim tersebut kini dipertanyakan efektivitasnya oleh mantan anggota Angkatan Udara sendiri.
Banyak pihak menilai tekanan publik akan semakin besar jika perang berlarut-larut. Demonstrasi seperti di Tel Aviv diperkirakan akan menyebar ke kota-kota lain dalam beberapa pekan mendatang.
Sejumlah analis politik menyebut bahwa perlawanan dari dalam tubuh militer cadangan merupakan pukulan serius bagi legitimasi kebijakan Netanyahu. Hal ini bisa memperlemah stabilitas pemerintahan dalam negeri Israel.
Jika tuntutan untuk menghentikan perang terus menguat, pemerintah Israel akan menghadapi dilema besar: melanjutkan operasi militer dengan risiko protes meluas, atau menempuh jalur diplomasi yang selama ini diabaikan.
Bagi banyak warga Israel, aksi ini menjadi simbol keberanian menolak perang yang dinilai hanya memperpanjang penderitaan. Mereka berharap suara para prajurit yang membelot dapat membuka jalan bagi perubahan kebijakan.
Pada akhirnya, aksi di Tel Aviv ini bukan sekadar protes biasa, melainkan tanda semakin besarnya jurang antara pemerintah dan masyarakat, termasuk kalangan militer yang dulu menjadi tulang punggung negara.
Ribuan prajurit cadangan dan pensiunan Angkatan Udara Israel membelot dengan turun ke jalan. Aksi mereka menolak perang Gaza menandai perubahan sikap penting di dalam negeri.
Demo besar di Tel Aviv menunjukkan bahwa perlawanan terhadap kebijakan Netanyahu kini tak hanya datang dari oposisi politik, melainkan juga dari mantan militer.
Kehadiran eks prajurit dalam jumlah besar menambah legitimasi pada gerakan protes, membuat pemerintah sulit mengabaikannya.
Jika gelombang protes terus berlanjut, stabilitas politik Israel bisa menghadapi guncangan besar di tengah konflik Gaza yang belum usai.
Tekanan publik dan perlawanan internal ini berpotensi menjadi titik balik dalam arah kebijakan Israel terhadap perang. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/










