BEOGRAD, EKOIN.CO – Hubungan erat Israel dan Serbia kembali menjadi sorotan internasional setelah terungkap kontrak besar senilai 1,63 miliar dolar AS antara pemerintah Serbia dengan perusahaan pertahanan Israel, Elbit Systems. Kesepakatan ini melibatkan pembelian sistem persenjataan canggih, termasuk drone Hermes 900, rudal presisi jarak jauh, serta sistem peperangan elektronik. Fakta ini kembali menguatkan dugaan bahwa kedua negara saling menopang dalam konflik yang oleh banyak pihak disebut sebagai bentuk genosida.
Gabung WA Channel EKOIN
Genosida dan Aliansi Senjata
Pengungkapan mengenai Serbia sebagai pembeli kontrak Elbit Systems disampaikan media Israel Calcalist setelah identitas pembeli dirahasiakan dalam laporan keuangan Elbit di Bursa Efek Tel Aviv. Kontrak ini juga mencakup produk pertahanan berbasis intelijen, pengawasan, akuisisi target, serta teknologi pengintaian canggih (ISTAR). Termasuk pula sistem komunikasi militer dan perangkat elektro-optik berteknologi tinggi.
CEO Elbit, Bezhalel Machlis, mengakui Serbia memilih Israel karena luasnya portofolio produk dan kemampuannya membangun operasi lokal. “Kesepakatan ini akan membantu kami melewati ambang penjualan sebesar 8 miliar dolar AS untuk pertama kalinya tahun ini,” kata Machlis kepada Walla!.
Keterlibatan Israel dalam genosida bukanlah hal baru. Pada 1995, Israel memasok senjata untuk pasukan Serbia-Bosnia yang terlibat dalam pembantaian Srebrenica. Kini, Serbia disebut menjadi salah satu pemasok amunisi bagi Israel sejak 7 Oktober 2023, ketika Israel melancarkan agresi militer di Gaza. Situasi ini memperlihatkan siklus saling bantu dalam operasi militer yang berdampak pada warga sipil.
Serbia awalnya menyangkal terus memasok senjata ke Israel. Namun, laporan Balkan Investigative Reporting Network (BIRN) mengungkap bahwa ekspor senjata tetap berlangsung hingga pertengahan 2024. Bahkan, Presiden Aleksandar Vucic sendiri pernah mengakui bahwa Serbia adalah satu-satunya negara Eropa yang mengekspor senjata ke Israel pascaserangan Hamas.
Dukungan Politik Serbia untuk Israel
Dalam pernyataan publiknya, Presiden Vucic menegaskan bahwa Serbia memiliki kedekatan khusus dengan Israel. “Kami akan selalu menghargai, menghormati, dan menyukai orang-orang Yahudi dan Israel,” ujarnya kepada Jerusalem Post. Pernyataan itu menegaskan adanya dimensi politik di balik aliansi senjata kedua negara.
Lebih lanjut, Vucic mengisahkan bahwa sehari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel langsung menghubungi Beograd. “Pada tanggal 8 malam, kami mendapat pesan dari Israel. ‘Kami membutuhkan ini dan itu. Kami belum sepenuhnya siap, kami membutuhkannya sesegera mungkin,’” kata Vucic. Ia menambahkan bahwa dalam waktu empat hari Serbia berhasil memenuhi kebutuhan senjata tersebut.
Meski demikian, Vucic belakangan menyatakan bahwa Serbia menghentikan ekspor setelah Israel menyerang Iran dalam operasi bernama Singa Bangkit. “Kami sekarang telah menghentikan semuanya dan mengirimkannya ke tentara kami sendiri,” ucapnya. Namun, data penerbangan menunjukkan bahwa setelah pernyataan itu, pesawat kargo Israel tetap bolak-balik dari Beograd ke pangkalan udara Nevatim, menimbulkan tanda tanya besar mengenai klaim Serbia.
Ekspor senjata terbukti menjadi industri penting di Serbia. Vucic menyebut ada sekitar 24.000 pekerja yang bergantung pada sektor tersebut. Dengan posisi ini, Serbia tidak hanya memandang perdagangan senjata sebagai kepentingan militer, tetapi juga sebagai penopang ekonomi nasional.
Keterkaitan genosida masa lalu di Bosnia dan agresi di Gaza masa kini menunjukkan bagaimana kedua negara saling mengandalkan dukungan logistik militer. Kritik internasional pun semakin keras, terutama dari organisasi kemanusiaan yang menilai bahwa transfer senjata semacam ini memperpanjang penderitaan warga sipil.
Kenyataan ini menegaskan bahwa hubungan Israel-Serbia bukan sekadar hubungan dagang, melainkan bagian dari jejaring geopolitik yang berakar panjang. Dengan sejarah kelam di Balkan dan konflik berkepanjangan di Timur Tengah, kolaborasi keduanya menjadi simbol bagaimana genosida terus berulang melalui aliansi persenjataan.
- Kontrak Serbia-Israel memperlihatkan bahwa genosida masih berakar kuat dalam praktik politik dan ekonomi global.
- Aliansi militer keduanya membentang dari masa lalu di Srebrenica hingga masa kini di Gaza.
- Pernyataan politik Vucic menunjukkan adanya kedekatan strategis yang melampaui hubungan dagang semata.
- Data penerbangan dan pengakuan pejabat menyingkap kontradiksi antara retorika publik dan praktik di lapangan.
- Situasi ini menjadi alarm bagi komunitas internasional agar lebih tegas mengawasi perdagangan senjata lintas negara.
- Negara-negara internasional perlu memperketat regulasi ekspor senjata yang berpotensi dipakai untuk genosida.
- Lembaga HAM harus memperluas investigasi terhadap rantai pasok senjata di kawasan konflik.
- Pemerintah Serbia dan Israel didorong untuk transparan dalam transaksi pertahanan.
- Komunitas global perlu memberi tekanan diplomatik agar agresi militer tidak lagi didukung aliansi persenjataan.
- Kesadaran publik tentang keterkaitan genosida dan perdagangan senjata harus terus diperkuat melalui media independen.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










