Jakarta, EKOIN.CO – Menjelang momen Hari Raya Idul Adha, konsumsi daging meningkat tajam. Banyak masyarakat mencari alternatif memasak daging tanpa santan dan tetap sehat, khususnya yang rendah kolesterol. Gaya hidup sehat kini mendorong perubahan kebiasaan dalam mengolah daging agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan, terutama bagi penderita kolesterol tinggi dan hipertensi.
Dalam wawancaranya bersama Kompas.com, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, menjelaskan bahwa teknik memasak sangat menentukan kandungan gizi dalam daging. “Menghindari santan bukan berarti mengurangi kenikmatan. Justru, ini membuka peluang kreativitas mengolah daging yang lebih aman dan tetap lezat,” ujar Rita.
Menurut Rita, cara memasak seperti merebus, memanggang, atau menumis dengan sedikit minyak zaitun bisa menjaga kadar lemak tetap rendah. Ia menyarankan penggunaan bumbu rempah sebagai pengganti santan yang tinggi lemak jenuh. Rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, serai, dan kemiri, menurutnya, memiliki efek anti-inflamasi dan bisa memperkuat cita rasa.
Riset yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kolesterol tinggi. Oleh karena itu, penggunaan santan kental sebaiknya dibatasi, apalagi bila dikonsumsi bersama daging merah.
Berbagai alternatif kini tersedia untuk menggantikan santan dalam hidangan khas Nusantara. Misalnya, memasak rendang dengan santan dari kacang mete atau susu oat. Menurut pakar kuliner sehat, Chef Andhika Septian, penggunaan bahan nabati tersebut bisa meniru tekstur dan rasa santan tanpa efek samping kolesterol.
“Sekarang banyak pilihan santan nabati rendah lemak di pasaran. Kita bisa gunakan sesuai selera, dan hasilnya tetap gurih,” tutur Chef Andhika dalam sesi demo masak yang digelar di Jakarta Food Festival, Sabtu (7/6/2025).
Ia juga menyarankan teknik slow-cook untuk daging agar empuk tanpa perlu digoreng. Proses perebusan yang lama dengan api kecil menjaga kualitas gizi dan membuat serat daging lebih mudah dicerna tubuh.
Selain itu, penggunaan alat memasak modern seperti air fryer juga menjadi solusi. Dengan alat ini, daging bisa dipanggang tanpa tambahan minyak berlebih. Alat seperti ini cocok bagi masyarakat urban yang menginginkan praktis dan sehat sekaligus.
Bagi masyarakat yang ingin mempertahankan cita rasa tradisional, bumbu khas seperti bumbu balado, bumbu kecap, atau bumbu rica bisa menjadi pengganti santan. Campuran cabai, bawang merah, dan tomat segar mampu menciptakan rasa gurih alami.
Sementara itu, menurut laporan CNN Indonesia, penggunaan minyak zaitun atau minyak kelapa dalam takaran sedikit dinilai lebih aman daripada minyak goreng sawit. Minyak nabati ini mengandung lemak tak jenuh tunggal yang baik untuk kesehatan jantung.
Menanggapi tren tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga mengimbau masyarakat agar bijak mengolah daging kurban. Dalam siaran persnya pada Jumat (6/6/2025), mereka menekankan pentingnya variasi olahan daging tanpa digoreng atau bersantan.
“Mari kita manfaatkan rempah lokal dan teknik memasak sehat agar ibadah kurban menjadi berkah bagi tubuh juga,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI, Widyastuti.
Tak hanya soal teknik, pemilihan bagian daging juga berpengaruh. Bagian daging rendah lemak seperti has dalam (tenderloin) lebih disarankan daripada bagian berlemak seperti iga atau perut.
Dosen teknologi pangan Universitas Gadjah Mada, Dr. Nurul Hidayati, menyarankan agar sebelum dimasak, daging direbus lebih dulu untuk menghilangkan sisa darah dan kolesterol yang menempel. Ini membantu mengurangi kandungan purin dan lemak jenuh.
“Penting juga untuk tidak memasak daging terlalu lama karena bisa merusak protein dan vitamin. Gunakan teknik pemasakan yang seimbang,” ujar Dr. Nurul dalam diskusi daring pada Senin (2/6/2025).
Saran serupa juga datang dari Yayasan Gizi Indonesia. Mereka menekankan bahwa kesadaran masyarakat dalam memilih bahan makanan dan metode memasak menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan keluarga.
Sebagian besar masyarakat kini mulai sadar akan pentingnya pola makan sehat. Tren vegetarian dan pengurangan konsumsi santan mulai tampak dari banyaknya resep sehat yang beredar di media sosial.
Sejumlah akun kuliner seperti @masakpraktis.id dan @dapurfit memberikan panduan resep daging rendah kolesterol, termasuk penggunaan bumbu-bumbu tradisional yang menyehatkan.
Resep seperti oseng daging paprika, semur daging tomat, dan sup daging bening mulai populer di kalangan ibu rumah tangga dan pekerja muda.
Riset kecil yang dilakukan oleh komunitas Healthy Living Jakarta pada Mei 2025 menunjukkan bahwa 6 dari 10 responden mulai menghindari santan dalam memasak harian, terutama saat mengolah daging.
Pola ini menunjukkan pergeseran budaya makan yang lebih modern namun tetap berakar pada kekayaan rasa lokal.
Dengan variasi menu sehat tanpa santan, masyarakat tetap bisa menikmati kelezatan daging tanpa takut akan efek buruk pada kolesterol.
Meski demikian, pengolahan yang tepat tetap menjadi kunci utama. Misalnya, menghindari memasak dengan suhu tinggi terlalu lama karena dapat menghasilkan senyawa karsinogenik.
Untuk memperkaya rasa, bisa ditambahkan sayuran segar seperti wortel, buncis, dan kentang sebagai pelengkap olahan daging rendah kolesterol.
Dalam konteks religi, mengolah daging kurban secara sehat juga bisa menjadi bentuk syukur dan tanggung jawab atas nikmat yang diterima.
Pemilihan bahan makanan alami dan teknik masak sehat kini menjadi gaya hidup yang tak hanya tren, tapi kebutuhan.
Restoran-restoran sehat di Jakarta pun mulai menyajikan menu daging tanpa santan dengan variasi yang menarik dan tetap menggoda selera.
Kehadiran chef-chef muda yang membawa semangat masak sehat turut mendukung perubahan pola konsumsi ini.
Bahkan di beberapa acara festival kuliner, kini terdapat segmen khusus menu rendah kolesterol yang menjadi favorit pengunjung.
Untuk anak-anak, menu daging olahan tanpa santan juga bisa dikombinasikan dengan keju rendah lemak atau susu kedelai agar tetap kaya rasa.
Upaya edukasi melalui media sosial, webinar, dan komunitas digital juga menjadi sarana efektif untuk menyebarkan tips ini ke masyarakat luas.
Pemerintah pun mendukung gerakan hidup sehat dengan menyertakan edukasi gizi dalam program-program sosial masyarakat.
Dengan demikian, momentum Hari Raya Kurban dapat menjadi ajang edukatif untuk mengenalkan menu sehat kepada semua kalangan.
Mengolah daging tanpa santan bisa menjadi langkah awal untuk hidup yang lebih berkualitas, tanpa mengorbankan kenikmatan rasa.
Masyarakat dihimbau untuk bijak dalam mengonsumsi dan mengolah daging, agar tetap bisa menikmati tanpa efek samping yang berbahaya.
Kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan pengurangan kolesterol kini menjadi bagian dari gaya hidup masa kini.
Menghindari penggunaan santan bukan berarti menghilangkan tradisi, namun mengubah cara agar lebih ramah tubuh.
Seni memasak bisa berkembang tanpa menghilangkan esensi budaya, selama dilakukan dengan pemahaman akan gizi dan kesehatan.
Daging sebagai sumber protein tetap penting, namun pengolahannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
Banyak pilihan teknik memasak yang tidak hanya sehat, tapi juga memperkaya pengalaman kuliner dalam keluarga.
Jika dilakukan bersama-sama, gerakan masak sehat ini bisa menciptakan masyarakat yang lebih sadar gizi dan kualitas hidup.
Menjelang perayaan keagamaan, mari kita niatkan penyembelihan hewan kurban tidak hanya sebagai bentuk ibadah, tapi juga momentum menjaga kesehatan bersama.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
