Jakarta EKOIN.CO – Kendaraan listrik dari produsen mobil Amerika Serikat, Tesla, telah hadir di Indonesia dengan teknologi semi-otonom bernama Autopilot. Meski telah hadir sejak 2014 melalui importir umum, sistem tersebut belum memungkinkan kendaraan melaju tanpa pengawasan manusia secara penuh. Teknologi yang digunakan oleh Tesla di Indonesia saat ini masih berada pada level 2 dari lima tingkat otomasi berkendara yang diakui secara global.
Menurut penelusuran dari berbagai sumber, kendaraan Tesla seperti Model S, Model 3, dan Model Y telah tersedia di Indonesia melalui importir seperti Prestige Motorcars. Fitur Autopilot yang dimiliki kendaraan tersebut memungkinkan mobil melakukan berbagai fungsi bantuan mengemudi, termasuk mempercepat, mengerem, menjaga jalur, serta melakukan parkir otomatis. Namun, sistem ini masih memerlukan keterlibatan aktif dari pengemudi untuk pengawasan dan pengambilan keputusan kritis saat dibutuhkan.
Sebagaimana dijelaskan dalam e-journal.unair.ac.id, Autopilot Tesla hanya mendukung otomasi parsial dan belum masuk kategori kendaraan otonom sepenuhnya. Tesla secara global mengembangkan sistem Full Self-Driving (FSD), namun fitur ini hanya tersedia secara terbatas di negara-negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Kanada, dan tetap memerlukan pengawasan pengemudi. Hingga saat ini, versi FSD beta belum resmi diterapkan di Indonesia.
Sementara itu, dikutip dari olx.co.id, konsumen di Indonesia yang telah memiliki kendaraan Tesla dengan fitur Autopilot masih harus memahami keterbatasan teknologi ini. Mereka wajib tetap waspada dan tidak menganggap mobil mampu mengemudi sendiri secara penuh. Potensi kesalahpahaman terkait istilah ‘mobil tanpa sopir’ ini menjadi perhatian serius bagi pengguna dan pemerintah.
Untuk mendukung operasional kendaraan semi-otonom, Indonesia belum memiliki regulasi teknis spesifik terkait sistem pengemudian otomatis. Sebagaimana diuraikan dalam jurnal.umsb.ac.id, regulasi lalu lintas di Indonesia masih mengacu pada UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang tidak melarang penggunaan teknologi bantuan mengemudi selama kendaraan memenuhi standar keamanan nasional.
Kehadiran Tesla Autopilot di Indonesia
UU yang berlaku secara implisit memperbolehkan teknologi bantuan mengemudi, tetapi tidak secara eksplisit membahas sistem otonom tingkat tinggi. Oleh karena itu, kendaraan dengan fitur seperti Autopilot dapat digunakan di jalan umum Indonesia, selama pengguna memahami batasan fitur tersebut. Dalam praktiknya, pengemudi tetap memegang tanggung jawab hukum penuh atas kendaraan.
Hingga saat ini, belum ada laporan atau izin resmi dari pemerintah Indonesia untuk melakukan pengujian atau pengoperasian kendaraan otonom penuh tanpa sopir di jalanan umum. Teknologi FSD versi beta Tesla masih dalam tahap pengujian tertutup di beberapa negara dengan pengawasan ketat dari lembaga regulator lalu lintas.
Sementara Tesla terus mengembangkan sistem kendali mandiri penuh, Indonesia masih mengandalkan sistem pengawasan manusia dalam penggunaan kendaraan semi-otonom. Dalam banyak kasus, sistem seperti ini membantu meningkatkan keselamatan, tetapi tetap tidak dapat menggantikan peran pengemudi sepenuhnya.
Menurut oto.detik.com, fitur Autopilot Tesla di Indonesia saat ini lebih cocok dikategorikan sebagai sistem bantuan berkendara yang canggih, bukan kendaraan otonom. Fitur seperti Summon, Navigate on Autopilot, dan Auto Lane Change dapat digunakan terbatas dengan pemahaman akan risiko sistem.
Hingga pertengahan 2025, tidak ada kendaraan Tesla di Indonesia yang beroperasi secara mandiri tanpa kendali manusia. Baik pengawasan pemerintah maupun kesiapan infrastruktur belum mendukung sistem kendaraan otonom penuh beroperasi secara legal dan aman.
Peraturan yang ada belum mengatur teknis pelaporan kesalahan sistem atau pertanggungjawaban dalam kecelakaan yang melibatkan kendaraan berteknologi AI. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri jika Tesla atau perusahaan lain ingin mengembangkan teknologi otonom penuh di Indonesia.
Dalam jurnal.unived.ac.id dijelaskan bahwa kesenjangan hukum menjadi faktor utama keterlambatan adopsi teknologi ini. Indonesia perlu menyiapkan payung hukum dan infrastruktur pendukung seperti sensor jalan, koneksi jaringan stabil, serta sistem transportasi pintar.
Beberapa negara seperti AS, Kanada, dan China telah memulai uji coba mobil otonom tanpa sopir dalam skala terbatas. Kendaraan seperti Waymo dan Cruise bahkan telah mengoperasikan armada robotaxi. Namun, penerapan serupa belum terjadi di Indonesia.
Selain regulasi, tantangan lain adalah kesiapan masyarakat dalam menerima kendaraan tanpa pengemudi. Edukasi mengenai teknologi dan risikonya menjadi langkah penting sebelum kendaraan otonom bisa benar-benar diterapkan.
Tesla sendiri, melalui situs resminya, menegaskan bahwa fitur FSD belum mengubah kendaraan menjadi mobil tanpa sopir sepenuhnya. Pengemudi tetap harus siap mengambil alih kapan pun sistem meminta.
Autopilot Tesla dirancang untuk membantu pengemudi, bukan menggantikannya. Beberapa fitur utama antara lain Adaptive Cruise Control, Lane Keep Assist, dan Traffic-Aware Cruise Control. Semua fitur ini bekerja dengan sensor dan kamera yang membaca lingkungan sekitar kendaraan.
Namun, sistem Autopilot tidak selalu mampu mendeteksi semua objek atau situasi, terutama saat kondisi cuaca buruk atau jalan tidak memiliki marka jelas. Itulah mengapa Tesla menyarankan pengemudi tetap memegang kemudi dan memperhatikan kondisi sekitar.
Salah satu fitur yang paling sering digunakan adalah Navigate on Autopilot yang memungkinkan kendaraan mengikuti navigasi di jalan bebas hambatan. Namun, di Indonesia fitur ini terbatas karena sistem navigasi dan pemetaan jalan belum optimal.
Pengguna Tesla juga bisa mengaktifkan fitur Auto Lane Change, namun fungsi ini memerlukan intervensi dan persetujuan pengemudi. Sistem akan memberikan notifikasi sebelum berpindah jalur, dan pengemudi harus memastikan jalur aman.
Ada pula fitur Smart Summon yang memungkinkan mobil keluar dari tempat parkir dan mendekati pengemudi secara otomatis. Namun, fitur ini hanya efektif di area parkir terbuka dan belum direkomendasikan untuk penggunaan di jalan umum.
Importir seperti Prestige Motorcars telah menyediakan Tesla ke Indonesia sejak 2014. Permintaan kendaraan listrik terus meningkat, terutama dari kalangan urban yang peduli pada efisiensi energi dan teknologi modern.
Beberapa pengusaha juga menjadikan kendaraan Tesla sebagai bagian dari koleksi eksklusif karena citra futuristiknya. Hal ini turut memacu tren kendaraan listrik di Tanah Air meskipun sebagian besar belum diproduksi secara lokal.
Kendati demikian, belum ada Tesla yang secara resmi dipasarkan oleh perwakilan resmi Tesla di Indonesia. Semua unit masuk melalui importir umum, sehingga layanan purna jual dan dukungan teknis bergantung pada pihak ketiga.
Melansir dari olx.co.id, harga Tesla di Indonesia bisa mencapai miliaran rupiah tergantung model dan fitur yang disematkan. Fitur Autopilot menjadi salah satu daya tarik utama meskipun masih dalam kapasitas semi-otonom.
Tren ini juga mendorong diskusi publik terkait regulasi kendaraan pintar. Para pakar dan akademisi mendorong pemerintah segera menyusun kebijakan yang mengatur batasan, keamanan, dan tanggung jawab hukum teknologi kendaraan cerdas.
Penting bagi pemerintah untuk mempercepat penyusunan regulasi kendaraan otonom sebelum teknologi ini berkembang pesat tanpa kontrol. Saat ini, kendaraan dengan sistem Autopilot telah beredar luas di Indonesia dan digunakan oleh berbagai kalangan.
Selain itu, pengguna juga perlu dibekali dengan pemahaman mendalam terkait cara kerja dan batasan teknologi ini. Sosialisasi yang berkelanjutan akan membantu menghindari kesalahpahaman dalam penggunaan fitur semi-otonom.
Industri otomotif nasional juga perlu menyiapkan ekosistem yang mendukung mobil listrik dan teknologi pintar, termasuk stasiun pengisian daya dan jaringan internet kendaraan. Hal ini akan mempercepat integrasi mobil pintar ke sistem transportasi nasional.
Kolaborasi antara pemerintah, industri otomotif, dan akademisi sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem kendaraan otonom yang aman dan efisien. Dengan persiapan matang, Indonesia berpeluang menjadi pemain penting di era mobilitas masa depan.
Sebagai langkah awal, disarankan agar kendaraan dengan fitur seperti Autopilot digunakan secara hati-hati dan tetap memperhatikan keselamatan pengguna jalan lain. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










