Jakarta, EKOIN.CO – Formula budgeting 50/30/20 yang populer sebagai panduan alokasi keuangan mulai dipertanyakan efektivitasnya di tengah melambungnya biaya hidup saat ini. Metode ini membagi pendapatan menjadi 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan serta investasi.
Dalam praktiknya, banyak masyarakat menemui kesulitan menerapkan formula ini. “Biaya sewa, makan, transportasi, dan kebutuhan pokok naik lebih cepat daripada kenaikan gaji,” ungkap seorang praktisi keuangan. Akibatnya, alokasi untuk kebutuhan kerap membengkak hingga 60-70%, menyisakan sedikit ruang untuk pos lainnya.
Beberapa faktor membuat formula ini kurang sesuai:
1. Perbedaan status individu (single/berkeluarga)
2. Beban utang yang harus diprioritaskan
3. Bocornya anggaran akibat langganan digital dan belanja impulsif
4. Target finansial yang membutuhkan alokasi investasi lebih besar
“Orang dengan utang tinggi harus mengalokasikan lebih dari 20% untuk pelunasan, sementara yang mengejar kebebasan finansial butuh 30-40% untuk investasi,” jelas sumber tersebut.
Sebagai solusi, para ahli menawarkan alternatif:
– Zero-Based Budgeting: Setiap rupiah dianggarkan untuk pos spesifik
– Cash Envelope: Membatasi pengeluaran dengan uang tunai
– Formula 60/20/20: Untuk yang biaya hidupnya tinggi
– Formula 70/10/20: Bagi yang penghasilannya terbatas










