Jakarta, EKOIN.CO – Pemerintah Rusia mengecilkan dampak paket sanksi terbaru Uni Eropa yang disahkan pada Jumat (18/7/2025), dengan menyebut langkah tersebut sebagai “ilegal” dan berpotensi merugikan negara-negara Barat sendiri. Pernyataan ini disampaikan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov beberapa jam setelah Brussels mengumumkan paket sanksi ke-18 sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 2022.
“Kami tentu akan menganalisis paket baru ini untuk meminimalkan dampaknya,” kata Peskov dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP. “Tetapi setiap paket sanksi baru justru menambah efek negatif terhadap negara-negara yang menjatuhkannya,” tegasnya.
Paket sanksi terbaru ini mencakup penurunan batas harga ekspor minyak Rusia ke negara ketiga menjadi 15% di bawah harga pasar, pembatasan baru terhadap sektor perbankan, serta perluasan daftar hitam kapal tanker tua yang digunakan Moskow untuk menghindari pembatasan. Selain itu, sanksi juga menyasar kilang minyak Rusia di India, dua bank China, dan melarang reaktivasi pipa gas Nord Stream 1 dan 2.
Peskov menegaskan bahwa ekonomi Rusia telah mengembangkan “imunitas” terhadap sanksi Barat. “Kami sudah mengembangkan semacam kekebalan terhadap sanksi. Kami telah beradaptasi untuk hidup di bawah sanksi,” ujarnya. Pejabat Kremlin juga menuduh Barat melanggar hukum internasional dengan sanksi sepihak, sambil menekankan bahwa Moskow memperkuat kerja sama dengan China dan India.
Meski sempat mengalami kontraksi pada 2022, ekonomi Rusia dilaporkan tumbuh kembali didorong belanja militer besar-besaran. Namun, analis memperingatkan bahwa pertumbuhan ini bergantung pada subsidi negara dan berisiko tidak berkelanjutan.
Di sisi lain, Uni Eropa menyatakan paket sanksi ini sebagai yang terkuat sejauh ini. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas menegaskan, “Setiap sanksi melemahkan kemampuan Rusia untuk berperang. Pesannya jelas: Eropa tidak akan mundur dalam dukungannya untuk Ukraina.”










