Brussels EKOIN.CO – Uni Eropa secara resmi mengesahkan paket sanksi ekonomi ke-18 terhadap Rusia pada Jumat, 18 Juli 2025, sebagai bagian dari tekanan lanjutan atas invasi militer Moskow ke Ukraina sejak 2022. Kebijakan ini dinilai sebagai salah satu paket sanksi paling kuat yang pernah dijatuhkan Eropa terhadap negara asing.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Langkah ini diambil setelah Slovakia, yang sebelumnya menentang, mencabut keberatannya usai mencapai kesepakatan dengan Brussels terkait jaminan harga gas. Persetujuan ini menandai titik balik penting dalam pendekatan kolektif Eropa terhadap ketergantungan energi dari Rusia.
Menurut Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, paket sanksi ini dirancang untuk memperlemah kekuatan militer Rusia dengan membatasi sumber pendanaannya. “UE baru saja menyetujui salah satu paket sanksi terkuat terhadap Rusia hingga saat ini,” kata Kallas seperti dikutip dari AFP.
Sanksi Targetkan Minyak, Kapal dan Mitra Asing
Dalam rincian sanksi terbaru, Uni Eropa menurunkan batas harga minyak Rusia untuk ekspor ke negara-negara ketiga, yakni sebesar 15% di bawah harga pasar global. Sebagai permulaan, harga ditetapkan pada US$47,6 per barel dan akan disesuaikan sesuai fluktuasi pasar.
Penetapan harga ini merupakan bagian dari skema Kelompok Tujuh (G7) yang sejak 2022 membatasi harga minyak Rusia di angka US$60 per barel, dengan tujuan menekan pendapatan Kremlin. Perusahaan pelayaran dan asuransi dari negara G7 juga dilarang terlibat dalam ekspor minyak Rusia jika harga melebihi batas tersebut.
Lebih dari 100 kapal tanker minyak milik Rusia yang tergabung dalam apa yang disebut “armada bayangan” juga masuk dalam daftar hitam Uni Eropa. Armada tersebut diduga digunakan untuk menghindari sanksi ekspor energi internasional.
Tidak hanya itu, sanksi juga memperluas cakupan ke luar negeri dengan menyasar mitra dagang Rusia, seperti kilang minyak di India yang dimiliki perusahaan Rusia dan dua bank di China. Langkah ini dimaksudkan untuk membatasi jaringan perdagangan non-Barat yang masih dimanfaatkan Rusia.
Selain sektor energi, UE juga menambahkan lebih banyak bank Rusia ke dalam daftar larangan transaksi finansial dan memperketat pembatasan ekspor barang “dual-use”. Barang jenis ini dapat memiliki kegunaan sipil namun juga bisa dimanfaatkan dalam konflik militer.
Penolakan AS dan Peran Slovakia
Sementara sebagian besar anggota G7 diperkirakan akan mendukung kebijakan ini, Amerika Serikat belum menunjukkan dukungan terhadap batas harga baru tersebut. Presiden Donald Trump, yang saat ini menjabat, tidak ikut menandatangani kesepakatan pembaruan batas harga minyak Rusia.
Slovakia, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Robert Fico, sempat menjadi satu-satunya negara yang menghalangi pengesahan paket ke-18 ini. Namun setelah mendapat jaminan dari Uni Eropa terkait harga gas, Fico menarik penolakannya.
Salah satu kekhawatiran utama Slovakia adalah rencana Uni Eropa untuk menghentikan seluruh impor gas Rusia pada akhir 2027. Langkah ini diperkirakan akan berdampak besar pada negara-negara Eropa Tengah dan Timur yang masih bergantung pada pasokan gas dari Rusia.
Sebagai bagian dari sanksi tambahan, UE juga melarang aktivasi kembali pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 di Laut Baltik, yang sejak invasi Ukraina tidak lagi beroperasi.
Selanjutnya, paket ini akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan para menteri Uni Eropa akhir pekan mendatang untuk menentukan implementasi teknis dari setiap poin sanksi.
Pihak Uni Eropa menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan pesan tegas kepada Rusia agar mengakhiri perang. Selain itu, paket sanksi juga dirancang untuk mendukung Ukraina secara langsung maupun tidak langsung, baik melalui tekanan ekonomi maupun solidaritas politik.
Langkah ini juga dinilai sebagai penguatan komitmen Eropa terhadap ketahanan energi, dengan mendorong diversifikasi sumber energi dan mengurangi ketergantungan dari Rusia secara menyeluruh.
Komisi Eropa menegaskan bahwa setiap sanksi akan dievaluasi secara berkala untuk mengukur efektivitasnya dan akan diperkuat jika diperlukan, hingga Rusia menghentikan invasi militernya.
Dalam konferensi pers terpisah, pejabat Uni Eropa lainnya menyebut bahwa tekanan ekonomi terhadap Rusia harus diimbangi dengan dukungan konkret untuk Ukraina dalam bentuk bantuan kemanusiaan, logistik, dan militer.
Para pengamat kebijakan luar negeri memandang bahwa keberhasilan implementasi sanksi akan sangat bergantung pada pengawasan ketat terhadap pelaksanaannya di lapangan serta konsistensi politik antaranggota Uni Eropa.
sanksi ke-18 dari Uni Eropa menjadi tonggak baru dalam diplomasi keras terhadap Rusia. Keputusan tersebut menunjukkan bahwa Eropa telah mengambil langkah lebih agresif dalam menekan ekonomi Moskow yang bergantung besar pada sektor energi. Dampaknya diharapkan akan mengurangi kapasitas militer Rusia di medan perang Ukraina. Dukungan terhadap Ukraina juga semakin nyata dengan konsistensi kebijakan yang terus diperkuat secara kolektif.
Namun demikian, efektivitas sanksi tetap menunggu hasil nyata dalam beberapa bulan ke depan. Rusia masih memiliki jalur perdagangan dengan sejumlah mitra global di luar Barat. Oleh karena itu, keberhasilan sanksi sangat dipengaruhi oleh kerja sama internasional yang lebih luas. AS yang belum mendukung skema harga minyak baru juga menjadi faktor penting dalam menyempurnakan tekanan ini.
Slovakia yang sempat menentang memberikan gambaran tentang tantangan internal UE dalam menjaga kesatuan kebijakan luar negeri. Namun kesepakatan akhirnya menjadi contoh kompromi diplomatik yang berhasil. Di sisi lain, penambahan larangan terhadap kapal tanker bayangan menunjukkan bahwa Eropa semakin serius dalam menutup celah yang selama ini dimanfaatkan Rusia.
Untuk ke depan, UE perlu memastikan semua sanksi diimplementasikan dengan pengawasan ketat dan mempercepat upaya menuju kemandirian energi. Langkah strategis seperti transisi ke energi terbarukan dan diversifikasi pasokan harus menjadi prioritas agar tekanan terhadap Rusia lebih optimal dan berkelanjutan. (*)










