Moskow EKOIN.CO – Pemerintah Rusia mengeluarkan peringatan keras kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait ancaman serangan terhadap fasilitas nuklir milik Iran. Peringatan ini disampaikan pada Kamis, 31 Juli 2025, di tengah kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah pasca pernyataan Trump yang dianggap mengancam kestabilan kawasan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan bahwa ancaman serangan misil dan bom terhadap fasilitas nuklir Iran sangat memprihatinkan dan berpotensi memicu gejolak regional. Zakharova menekankan pentingnya penyelesaian diplomatik antara Washington dan Teheran untuk menghindari konflik berkepanjangan.
Zakharova mengatakan, “Ancaman berulang untuk meluncurkan serangan misil dan bom ke fasilitas nuklirnya tidak bisa tidak menimbulkan keprihatinan serius.” Hal ini dilaporkan oleh media Rusia pada Kamis, 31 Juli, sebagai bagian dari respon diplomatik terhadap eskalasi verbal dari Amerika Serikat.
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah Trump menyuarakan kekhawatirannya mengenai program nuklir Iran, yang dituduhnya sebagai ancaman global. Namun, menurut Zakharova, dasar dari kekhawatiran Trump belum terbukti secara nyata dan justru berdampak negatif terhadap stabilitas kawasan.
Rusia Minta Penyelesaian Lewat Jalur Diplomatik
Zakharova menyebut sikap Trump sebagai sinis dan tidak berdasar, terutama karena dilandasi ketakutan yang disebutnya imajiner terkait proliferasi senjata nuklir. “Sikap sinis dalam pernyataan semacam itu semakin mencolok karena dibungkus dengan alasan kekhawatiran imajiner terhadap proliferasi senjata nuklir,” tegas Zakharova.
Rusia secara tegas menolak serangan militer sebagai solusi atas sengketa nuklir antara Iran dan negara-negara Barat. Zakharova menegaskan bahwa praktik menyerang fasilitas nuklir harus dihentikan dan tidak menjadi norma dalam hubungan internasional karena dapat memicu bencana berskala besar.
Pemerintah Rusia menyerukan kepada semua pihak agar menjunjung tinggi prinsip perdamaian dan kerja sama multilateral, khususnya dalam hubungan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Rusia menilai normalisasi hubungan antara Iran dan IAEA sangat bergantung pada jaminan keamanan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Zakharova menambahkan bahwa jaminan tidak adanya serangan merupakan prasyarat penting untuk kelanjutan kerja sama internasional dalam isu nuklir. Ia menyoroti pentingnya transparansi dan komunikasi terbuka antara Teheran dan IAEA guna menghindari kesalahpahaman.
Iran Dituduh, Rusia Tegaskan Program Nuklir Damai
Sebelumnya, Amerika Serikat bersama Israel melakukan serangan terhadap situs nuklir Iran pada Juni lalu. Serangan tersebut didasarkan pada kekhawatiran bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir, namun tuduhan ini ditolak mentah-mentah oleh Teheran yang bersikeras bahwa program nuklirnya murni untuk kepentingan damai.
Teheran menyebut tindakan militer tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan meminta komunitas global untuk mengecam tindakan agresif tersebut. Pemerintah Iran juga mengundang IAEA untuk melakukan inspeksi ulang guna membuktikan bahwa fasilitas nuklirnya tidak dialihkan untuk kepentingan militer.
Rusia, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, meminta agar isu nuklir Iran tidak dijadikan alasan untuk menciptakan ketegangan baru. Moskow mendesak agar diplomasi menjadi jalan utama dan satu-satunya dalam menyelesaikan perbedaan pandangan terkait program nuklir Iran.
Zakharova mengingatkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir berisiko besar terhadap keselamatan regional dan global, terutama bila terjadi kebocoran atau kehancuran infrastruktur nuklir yang dapat menimbulkan bencana radiasi.
Dalam situasi tersebut, Rusia memposisikan diri sebagai pihak penengah dan menyerukan penghormatan terhadap hukum internasional. Rusia juga menegaskan komitmennya terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan mendukung pengawasan IAEA sebagai lembaga independen.
dari ketegangan ini menunjukkan bahwa konfrontasi bersenjata bukan solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan nuklir. Dialog dan negosiasi diperlukan agar kestabilan kawasan dapat terjaga dan terhindar dari konflik berskala besar.
Masyarakat internasional diharapkan mendorong semua pihak untuk menghormati prinsip-prinsip perdamaian dan non-agresi. Ancaman serangan hanya akan memperparah ketegangan dan menghambat upaya diplomasi yang telah dibangun selama ini.
Keteguhan Rusia dalam mempertahankan pendekatan diplomatik menjadi pengingat bahwa konflik bersenjata membawa risiko besar. Upaya membangun kepercayaan dan transparansi harus terus dilakukan melalui forum internasional.
Iran dan Amerika Serikat diharapkan menunjukkan itikad baik dalam meredakan ketegangan. Keteguhan dalam mematuhi perjanjian internasional akan sangat menentukan arah penyelesaian sengketa nuklir ini.
Diplomasi menjadi jalan utama untuk menciptakan lingkungan global yang aman dan damai, serta menghindari bencana kemanusiaan akibat serangan terhadap infrastruktur nuklir. (*)










