Teheran EKOIN.CO – Iran mengklaim berhasil mengungkap profil lengkap pilot, komandan, dan operator drone Angkatan Udara Israel yang terlibat dalam perang selama 12 hari antara kedua negara pada Juni 2025. Informasi intelijen tersebut, menurut sejumlah media Iran pada Sabtu (2/8/2025), mencakup data pribadi seperti alamat rumah dan unit militer tempat mereka bertugas.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Laporan dari beberapa siaran Iran menegaskan bahwa agen intelijen Iran telah mendapatkan informasi sensitif ini meskipun Israel menerapkan berbagai tindakan pengamanan untuk menyembunyikan identitas para personelnya. Salah satu langkah Israel adalah rutin mengaburkan wajah pasukan dalam liputan televisi, sesuai aturan yang ketat.
Menurut media Iran, informasi yang diperoleh mencakup lokasi tempat tinggal, posisi operasional, hingga riwayat keluarga personel militer. Ditegaskan bahwa pengungkapan ini baru satu contoh dari sejumlah data rahasia lain yang akan diumumkan ke depan.
Identitas Pilot Diungkap Media Iran
Laporan media Iran menyebutkan dua nama pilot Israel yang telah diidentifikasi, yaitu Mayor Yael Ash, wakil komandan Skuadron 119 (dikenal sebagai Skuadron “Bat”), dan suaminya Bar Prince. Selain itu, Yael Ash diketahui merupakan cucu dari Mayor Shimon Ash, seorang pilot yang hilang dalam Perang Yom Kippur tahun 1973.
Media juga menyatakan bahwa Iran telah memiliki citra satelit yang mengungkap lokasi spesifik tempat tinggal para personel tersebut. Dalam salah satu ulasan media WN yang dikutip Minggu (3/8/2025), disebutkan bahwa jika laporan itu benar, “maka kini mereka sendiri tidak lagi aman,” merujuk pada pernyataan Yael Ash dalam wawancara sebelumnya.
Saluran TV yang mengutip komentar Ash menambahkan bahwa pengungkapan ini menciptakan situasi di mana “dunia tidak lagi aman bagi mereka,” dengan merujuk pada seluruh personel militer Israel yang telah diidentifikasi. Data tersebut memberikan keuntungan strategis bagi Iran, terutama dalam konteks kemungkinan pembalasan di masa mendatang.
Selain pengungkapan data, laporan juga menyebut bahwa tempat tinggal beberapa personel Angkatan Udara Israel menjadi sasaran selama konflik 12 hari tersebut. Salah satu siaran menunjukkan dugaan foto rumah seorang personel di kota Yavne yang terkena serangan “balasan” Iran.
Relokasi Personel Setelah Serangan Iran
Akibat bocornya data dan meningkatnya ancaman terhadap personel, laporan menyebut bahwa Israel terpaksa merelokasi sebagian personelnya ke sekolah-sekolah dan bangunan publik lain. Langkah ini diambil guna menghindari potensi serangan lanjutan setelah lokasi tempat tinggal mereka terungkap.
Media Iran mengklaim bahwa informasi rahasia ini memberi Teheran keunggulan dalam arena intelijen dan keamanan regional. Meski Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait pengungkapan tersebut, beberapa analis memperkirakan bahwa Israel akan mengambil langkah untuk memperkuat perlindungan data dan personel militernya.
Dalam pemberitaan tersebut, media Iran menekankan bahwa pengumpulan dan pengungkapan informasi ini akan terus berlanjut sebagai bagian dari operasi intelijen mereka. Tidak hanya soal data personal, namun juga mencakup strategi militer dan sistem operasional yang digunakan Israel dalam konflik Juni lalu.
Hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi independen dari pihak internasional mengenai keakuratan klaim Iran tersebut. Namun, laporan tersebut telah menarik perhatian luas karena menyangkut isu keamanan regional dan risiko bagi personel militer yang bersangkutan.
Media internasional juga menyoroti potensi dampak dari kebocoran data ini terhadap stabilitas kawasan, terutama jika terjadi eskalasi lebih lanjut antara kedua negara. Beberapa pengamat mencatat bahwa kebocoran data militer merupakan peristiwa serius yang dapat memicu respons keras dari pihak yang dirugikan.
Sejumlah pakar intelijen menyatakan bahwa keberhasilan memperoleh data tersebut, jika benar, menunjukkan kelemahan dalam sistem keamanan informasi Israel. Hal ini juga dapat mendorong negara lain untuk meningkatkan perlindungan terhadap data personel militernya.
Pengungkapan informasi ini memicu kekhawatiran di kalangan militer Israel karena bisa membahayakan nyawa personel dan keluarganya. Selain itu, kerugian informasi strategis bisa memengaruhi efektivitas operasi militer Israel ke depan.
Hingga saat ini, belum ada respons dari pihak berwenang Israel mengenai tindakan konkret yang akan diambil atas kebocoran tersebut. Namun, laporan media memperkirakan akan ada penguatan sistem keamanan data dan kemungkinan investigasi mendalam terhadap sumber kebocoran.
Para pengamat menilai, pengungkapan profil personel militer bisa memperburuk ketegangan yang telah tinggi antara Iran dan Israel, terutama setelah konflik bersenjata terbaru yang berlangsung selama hampir dua pekan.
Di sisi lain, langkah Iran ini juga dipandang sebagai sinyal peringatan bahwa perang informasi dan intelijen akan menjadi bagian penting dari konflik di masa depan, bukan hanya perang konvensional.
Banyak pihak menyerukan kepada komunitas internasional untuk menekan kedua negara agar menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Namun, situasi di lapangan tetap penuh ketidakpastian.
Salah satu kekhawatiran yang mengemuka adalah kemungkinan aksi balasan dari Israel, baik secara militer maupun melalui saluran diplomatik. Namun, hingga kini belum ada indikasi langsung mengenai langkah Israel selanjutnya.
Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan data dalam sektor militer dan bagaimana kebocoran informasi bisa berdampak besar terhadap keamanan individu maupun negara.
Pihak-pihak netral mendesak penyelesaian damai antara Iran dan Israel agar ketegangan tidak berkembang menjadi konflik berskala lebih luas. Namun, eskalasi bisa terjadi sewaktu-waktu bila kedua pihak tidak mengambil langkah pengendalian.
Ke depannya, komunitas internasional diharapkan dapat lebih aktif terlibat dalam mengupayakan stabilitas di kawasan, termasuk melalui mediasi dan peningkatan keamanan siber di sektor militer.
dari peristiwa ini menunjukkan bahwa pengungkapan data militer sangat memengaruhi dinamika konflik, bahkan setelah pertempuran berhenti. Data menjadi senjata strategis yang bisa digunakan untuk tekanan politik dan militer.
Klaim Iran terkait penguasaan informasi militer Israel mengindikasikan adanya perang informasi yang kian intensif. Hal ini memberi sinyal bahwa perang di masa mendatang tidak hanya terjadi di medan tempur, tetapi juga di dunia maya dan intelijen.
Komunitas internasional perlu mencermati perkembangan ini secara serius untuk mencegah potensi eskalasi lebih lanjut yang membahayakan keamanan regional dan global. Transparansi dan komunikasi antara negara dapat membantu mencegah salah paham dan konfrontasi.
Israel kemungkinan besar akan meninjau ulang sistem perlindungan data militernya. Upaya ini penting agar personel mereka tetap aman dan tidak menjadi target dalam konflik berikutnya.
Kejadian ini menjadi peringatan bagi seluruh negara tentang pentingnya keamanan informasi militer dan bagaimana kebocoran data bisa berakibat luas terhadap keamanan nasional dan regional. (*)










