Jakarta, EKOIN.CO – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Plaju menunjukkan komitmen sosialnya dengan menyalurkan bantuan pangan ke Panti Sosial Rehabilitasi Gelandangan, Pengemis, dan Orang dengan Gangguan Jiwa (PSR-GPODGJ) di Sumatra Selatan.
Bantuan yang disalurkan berupa ribuan benih ikan gurame, patin, dan lele, termasuk lele siap panen serta pakan ikan, alat budidaya, dan sarana panen. Semua bantuan berasal dari hasil pembibitan kelompok binaan Kilang Plaju.
Kelompok pembudi daya tersebut berlokasi di Desa Sungai Gerong, Kecamatan Banyuasin I, yang selama ini dibina secara langsung oleh tim CSR Kilang Plaju untuk mendorong kemandirian ekonomi lokal.
Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, mengapresiasi dukungan industri terhadap Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang dicanangkan pemerintah provinsi untuk mengurangi ketergantungan pangan dari luar daerah.
“Dukungan dari mitra-mitra perusahaan seperti Pertamina menjadi kekuatan kolektif untuk menjadikan gerakan ini milik bersama,” ujar Herman Deru saat peluncuran GSMP Menyala di panti sosial tersebut.
Gerakan Kemandirian Pangan di Akar Rumput
Program GSMP tidak hanya menyasar kebutuhan jangka pendek, tetapi juga memantik kesadaran masyarakat untuk mengelola sumber daya lokal secara berkelanjutan.
“Gerakan ini bisa menjadi ladang amal jika kita bergerak bersama,” kata Herman Deru sembari mengajak berbagai pihak terlibat aktif, termasuk masyarakat dan pelaku usaha.
Kilang Plaju telah mengembangkan kawasan budi daya perikanan terintegrasi berbasis komunitas di Desa Sungai Gerong, menjadikannya satu-satunya kawasan seperti itu di Sumatra Selatan.
Sebanyak 32 anggota kelompok budi daya dan 15 pelaku UMKM dilibatkan dalam ekosistem ini. Mereka mengolah hasil ikan menjadi tujuh jenis produk bernilai tambah yang siap jual.
Area Manager Communication, Relations & CSR KPI Unit Plaju, Siti Rachmi Indahsari, menjelaskan bahwa pemberdayaan dilakukan menyeluruh dari proses pembenihan hingga produk olahan.
Produk Olahan dan Gizi Balita
Program juga menyasar peningkatan gizi balita melalui pemberdayaan Posyandu untuk menghasilkan 40 lebih produk makanan tambahan berbahan dasar ikan dan sayuran lokal.
“Kami mendampingi masyarakat dari hulu ke hilir. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang mandiri secara ekonomi,” ujar Rachmi.
Langkah ini selaras dengan pendekatan CSR KPI Unit Plaju yang mengedepankan keberlanjutan dan keterlibatan komunitas sebagai mitra jangka panjang pembangunan daerah.
Kilang Plaju juga aktif dalam konservasi ikan lokal, termasuk ikan Belida Jawa atau Putak, yang saat ini langka di perairan Sumatra Selatan.
Pokmaswas atau Kelompok Masyarakat Pengawas dibentuk untuk menjaga ekosistem perairan dari praktik perikanan ilegal di Sungai Musi dan sekitarnya.
Konservasi Ikan dan Pembangunan Berkelanjutan
Konservasi dilakukan melalui domestikasi ikan Belida dan pengembangan pakan khusus yang berbasis masyarakat, guna mendukung populasi ikan lokal tetap lestari.
Langkah ini memperkuat sistem keberlanjutan pangan yang menghubungkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam satu ekosistem bersama.
“Kami percaya sinergi antara industri dan masyarakat merupakan kunci ketahanan pangan dan kesejahteraan jangka panjang,” tambah Rachmi.
Rachmi menyebut, seluruh inisiatif sosial dan lingkungan ini sejalan dengan prinsip ESG dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) seperti Tanpa Kelaparan, Konsumsi Bertanggung Jawab, dan Ekosistem Laut.
Melalui kolaborasi ini, Kilang Plaju menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak hanya berbentuk donasi, tetapi juga menciptakan dampak nyata bagi masyarakat.
Inisiatif PT Kilang Pertamina Internasional Unit Plaju dalam mendukung Gerakan Sumsel Mandiri Pangan menunjukkan sinergi positif antara industri dan masyarakat. Program ini tak hanya menyasar kebutuhan pangan sesaat, tetapi menanamkan nilai kemandirian jangka panjang.
Dengan membina kelompok budi daya ikan dan pelaku UMKM, serta mendukung gizi balita dan konservasi ikan lokal, Kilang Plaju menerapkan pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir. Model ini bisa direplikasi untuk wilayah lain sebagai bentuk pemberdayaan yang berkelanjutan.
Kontribusi nyata ini juga memperkuat posisi Pertamina sebagai entitas yang bertanggung jawab secara sosial dan ekologis, dengan mengintegrasikan nilai ESG dan TPB dalam setiap program CSR-nya. Inilah langkah konkret menuju pembangunan daerah yang inklusif dan berkelanjutan.(*)










