Jakarta, EKOIN.CO – Pola makan sehat dapat mendukung fungsi paru-paru tetap optimal, terutama bagi penderita penyakit paru seperti PPOK, asma, atau fibrosis paru. Konsumsi makanan tinggi nutrisi yang mengandung lemak sehat, protein, karbohidrat kompleks, serta buah dan sayur dapat memperkuat sistem pernapasan. Sebaliknya, jenis makanan tertentu justru dapat merusak paru-paru dan memperparah kondisi kesehatan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dikutip dari Verywell Health, beberapa jenis makanan mengandung zat yang dapat menimbulkan peradangan dalam tubuh, termasuk di paru-paru. Peradangan ini dapat menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit kronis, bahkan meningkatkan risiko kanker paru. Perubahan pola makan menjadi salah satu cara efektif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Makanan Asin, Gorengan, dan Susu Lemak Tinggi Perlu Dihindari
Salah satu kelompok makanan yang harus dihindari adalah makanan tinggi natrium atau asin. Studi menunjukkan bahwa konsumsi natrium berlebihan dapat memicu peradangan dan meningkatkan risiko kanker paru. Meski belum sepenuhnya jelas hubungan sebab-akibatnya, peradangan kronis akibat asupan garam menjadi perhatian utama.
Produk susu juga menjadi perhatian, terutama susu tinggi lemak. Kandungan lemak dalam susu dapat berdampak negatif terhadap paru-paru. Penelitian menemukan bahwa konsumsi susu tinggi lemak berkaitan dengan penurunan fungsi paru, sementara susu rendah lemak justru menunjukkan manfaat dalam meningkatkan densitas paru.
Daging olahan seperti sosis dan ham turut masuk dalam daftar makanan berisiko bagi paru. Nitrit yang digunakan dalam proses pengawetan diduga memicu peradangan paru dan kerusakan DNA. Konsumsi daging olahan secara berlebihan dapat memperparah gejala PPOK dan meningkatkan kemungkinan diagnosis baru.
Minuman bersoda juga perlu diwaspadai. Konsumsi rutin soda dikaitkan dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan risiko asma pada orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh kandungan gula tinggi dan zat lain dalam soda yang memicu peradangan sistemik.
Makanan gorengan, seperti keripik kentang dan makanan cepat saji, memiliki kandungan lemak jenuh tinggi dan rendah nilai gizi. Makanan ini tidak hanya meningkatkan risiko kanker paru, tetapi juga memperberat kerja paru dalam jangka panjang.
Bir, Cokelat Susu, dan Karbohidrat Olahan Bisa Membahayakan Paru
Selain makanan asin dan gorengan, beberapa jenis makanan ringan dan minuman beralkohol juga berbahaya bagi kesehatan paru. Keripik kentang, yang tergolong gorengan tinggi natrium, hanya memberi sedikit nilai gizi namun memicu peradangan yang merusak jaringan paru.
Cokelat susu, meski berbahan dasar kakao, biasanya tinggi gula dan lemak tambahan. Kandungan ini bisa mengganggu fungsi paru, berbeda dengan kakao murni yang justru memiliki manfaat anti-asma. Disarankan memilih cokelat hitam berkadar kakao tinggi untuk manfaat kesehatan yang lebih baik.
Konsumsi alkohol, terutama bir, juga berdampak buruk pada paru. Orang dengan gangguan penggunaan alkohol lebih rentan terkena penyakit pernapasan seperti pneumonia, TBC, dan ARDS. Alkohol juga dapat melemahkan sistem kekebalan dan memperparah kondisi paru akibat peradangan.
Daging irisan olahan, seperti cold cuts, juga harus dibatasi. Jenis daging ini tergolong dalam kategori daging olahan tinggi yang dapat menyebabkan penurunan fungsi paru dan memperparah PPOK. Sebaiknya konsumsi daging segar seperti dada ayam atau kalkun sebagai alternatif sehat.
Selain itu, makanan berbasis karbohidrat olahan, seperti roti putih dan makanan instan, juga dapat memperburuk kondisi paru. Karbohidrat olahan cenderung menyebabkan lonjakan gula darah yang memicu peradangan tubuh, termasuk pada sistem pernapasan.
Penelitian menyimpulkan bahwa kadar asam lemak omega-3 yang tinggi dalam darah berkaitan dengan peningkatan fungsi pernapasan dan menurunnya risiko kerusakan paru. Oleh karena itu, pola makan dengan fokus pada lemak sehat, seperti dari ikan laut, menjadi penting untuk melindungi paru.
Makanan tinggi lemak sehat juga menghasilkan lebih sedikit karbon dioksida saat dicerna tubuh. Hal ini membuat proses bernapas menjadi lebih ringan, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pernapasan kronis.
Penting untuk dicatat bahwa menjaga kesehatan paru bukan hanya soal menghindari rokok dan polutan, tetapi juga melalui pilihan makanan sehari-hari. Konsumsi makanan bernutrisi dapat membantu memperkuat imunitas tubuh dan memperbaiki kerusakan paru secara bertahap.
Gaya hidup sehat, termasuk pola makan, olahraga teratur, dan menghindari paparan polutan, akan mendukung fungsi paru yang optimal. Hal ini penting dilakukan secara konsisten untuk mencegah komplikasi penyakit paru yang bisa memburuk.
Paru-paru merupakan organ vital yang mendukung kehidupan, sehingga perawatan dan pencegahannya melalui pola makan harus menjadi prioritas. Pengelolaan makanan sehari-hari menjadi langkah awal dalam mencegah berbagai penyakit kronis yang menyerang sistem pernapasan.
Sebagai pola makan sehat berperan penting dalam menjaga fungsi paru-paru dan mencegah kerusakan. Makanan tinggi natrium, lemak jenuh, gula, dan alkohol harus dibatasi karena berpotensi memperparah kondisi paru. Sebaliknya, asupan omega-3 dan makanan segar dapat memperbaiki kualitas hidup penderita penyakit paru.
Pentingnya edukasi tentang bahaya makanan tertentu terhadap paru-paru harus terus disosialisasikan. Hal ini agar masyarakat lebih sadar akan dampak makanan terhadap kesehatan sistem pernapasan, terutama di era polusi udara yang semakin meningkat.
Masyarakat diharapkan memperhatikan kandungan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Dengan menghindari makanan penyebab peradangan dan memperbanyak asupan bergizi, potensi gangguan paru dapat ditekan sejak dini.
Tenaga medis dan ahli gizi perlu terus mendorong perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Ini menjadi langkah preventif untuk mengurangi beban penyakit pernapasan kronis yang terus meningkat di masyarakat.
Dengan komitmen terhadap pola makan sehat, masyarakat bisa lebih menjaga keseimbangan tubuh dan melindungi paru-paru dari paparan risiko penyakit serius dalam jangka panjang. (*)










