TEL AVIV, EKOIN.CO – Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat setelah militer Israel mengumumkan keberhasilan mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari wilayah Yaman pada Kamis (14/8/2025). Insiden ini terjadi tidak lama setelah Tel Aviv menegaskan niatnya untuk mengendalikan Gaza, Palestina.
[Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v]
Menurut laporan AFP, serangan rudal tersebut diduga dilakukan oleh pemberontak Houthi. Kelompok yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman itu secara rutin melancarkan serangan ke Israel sebagai respons atas operasi militer di Gaza.
“Beberapa saat yang lalu, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman dicegat oleh Angkatan Udara Israel (IAF),” kata pihak militer Israel melalui pesan di Telegram, mengacu pada peran angkatan udara dalam operasi pencegatan tersebut.
Rudal dari Yaman Memicu Ketegangan Baru
Hingga kini, belum ada pihak yang secara resmi mengklaim bertanggung jawab. Namun, dugaan mengarah pada Houthi yang didukung Iran. Sejak serangan Hamas pada Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza, kelompok ini telah berulang kali menembakkan rudal dan drone ke arah Israel.
Houthi sebelumnya menyatakan aksi mereka bertujuan mendukung warga Palestina. Selama gencatan senjata dua bulan di Gaza yang berakhir pada Maret lalu, mereka sempat menghentikan serangan. Namun, begitu operasi besar Israel dilanjutkan, peluncuran rudal kembali digencarkan.
“Kami tidak akan berhenti sampai agresi Zionis di Gaza berakhir,” tegas seorang juru bicara Houthi, menegaskan bahwa rudal akan terus menjadi senjata tekanan mereka selama konflik berlanjut.
Serangan yang dilakukan Houthi tidak hanya mengandalkan rudal balistik, tetapi juga drone bersenjata. Serangan-serangan ini kerap menyasar wilayah strategis dan memaksa Israel meningkatkan pertahanan udara di berbagai titik.
Respons Israel terhadap Ancaman Rudal
Sebagai balasan, Israel telah melancarkan sejumlah serangan udara ke wilayah Yaman. Target serangan mencakup pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Houthi dan bandara di Sanaa, ibu kota Yaman yang berada di bawah kendali milisi pro-Iran tersebut.
Menurut sumber militer, langkah itu dimaksudkan untuk menekan kemampuan Houthi meluncurkan rudal jarak jauh yang dapat mencapai wilayah Israel. Israel juga memanfaatkan sistem pertahanan udara Iron Dome dan Arrow untuk menghadapi ancaman ini.
Sejumlah analis menilai, keberhasilan mencegat rudal dari Yaman menunjukkan bahwa jarak geografis tidak lagi menjadi hambatan dalam konflik modern di Timur Tengah. Serangan dapat datang dari ratusan hingga ribuan kilometer jauhnya.
Hubungan antara Yaman dan Israel sendiri tidak pernah terjalin secara diplomatis. Serangan rudal Houthi justru memperkuat narasi bahwa konflik Gaza telah memicu solidaritas militer dari pihak-pihak yang menentang kebijakan Israel.
Pihak keamanan Israel meyakini bahwa bantuan teknis dan persenjataan Iran memainkan peran besar dalam meningkatkan kemampuan Houthi meluncurkan rudal berteknologi tinggi. Hal ini menambah kompleksitas konflik yang melibatkan lebih banyak aktor di luar Gaza.
Masyarakat internasional mengkhawatirkan bahwa eskalasi serangan rudal dapat memicu perang yang lebih luas di kawasan, apalagi jika Israel memutuskan melakukan operasi darat atau udara besar-besaran di Yaman.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa konflik Gaza tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki resonansi yang meluas hingga ke Laut Merah dan Semenanjung Arab. Selama operasi militer Israel di Gaza masih berlangsung, ancaman rudal dari berbagai arah diperkirakan akan terus menghantui Tel Aviv.
Insiden pencegatan rudal dari Yaman oleh militer Israel menandai babak baru ketegangan di Timur Tengah. Serangan tersebut menjadi bukti bahwa konflik Gaza memicu reaksi dari kekuatan militer di luar wilayah Palestina.
Serangan ini juga memperlihatkan kemampuan militer jarak jauh yang dapat menembus pertahanan suatu negara meski berasal dari ribuan kilometer.
Houthi dengan dukungan Iran diyakini akan terus melancarkan rudal dan drone ke wilayah Israel selama agresi di Gaza belum berakhir.
Israel di sisi lain, tampaknya siap memperluas operasi militernya ke luar Gaza demi menghentikan ancaman rudal ini.
Kondisi ini menimbulkan risiko meningkatnya konflik lintas batas di kawasan yang sudah rapuh secara geopolitik.
Perlu adanya upaya diplomasi internasional yang fokus menghentikan operasi militer di Gaza untuk meredakan ketegangan.
Negara-negara berpengaruh di kawasan dapat memfasilitasi perundingan damai yang mencakup semua pihak yang terlibat.
Pengawasan dan pembatasan transfer senjata, termasuk rudal, perlu ditingkatkan untuk mencegah eskalasi.
Bantuan kemanusiaan harus segera disalurkan ke Gaza guna mengurangi penderitaan warga sipil.
Media internasional diharapkan terus mengawasi dan melaporkan perkembangan agar tekanan publik global tetap terjaga. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










