Yerusalem, EKOIN.CO – Israel tengah mempertimbangkan langkah besar untuk mengatasi krisis tentara dengan merekrut pemuda Yahudi dari komunitas di luar negeri. Menurut laporan Radio Militer pada Senin (18/8), pemerintah berencana menghubungi komunitas Yahudi di Amerika Serikat dan Prancis guna memperkuat barisan militernya.
Gabung WA Channel EKOIN
Krisis Tentara Membayangi Israel
Militer Israel saat ini menghadapi kekurangan sekitar 10.000–12.000 tentara, setelah komunitas Yahudi ultra-Ortodoks atau Haredi menolak wajib militer. Kaum Haredi, yang jumlahnya sekitar 13 persen dari populasi 10 juta jiwa, berkeyakinan hidup mereka sepenuhnya untuk mempelajari kitab Taurat.
Penolakan mereka bukan hanya alasan religius, tetapi juga kekhawatiran bahwa berbaur dengan masyarakat sekuler akan mengikis identitas keagamaan. Sikap ini menimbulkan perdebatan panjang di dalam negeri, terutama ketika kebutuhan militer semakin mendesak.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengusulkan undang-undang untuk memberikan pengecualian permanen bagi Haredi. Namun, langkah itu menuai penolakan, baik dari kalangan oposisi maupun sebagian anggota koalisi, yang menilai kebijakan tersebut sebagai diskriminasi terhadap warga lain.
Rekrutmen dari Komunitas Yahudi Global
Menurut Radio Militer, Israel menargetkan komunitas Yahudi di AS dan Prancis sebagai sumber rekrutmen baru. Harapannya, langkah ini bisa menambah sekitar 700 tentara setiap tahun untuk memperkuat pasukan yang kini kewalahan.
Kekurangan personel telah menimbulkan dampak serius. Selain defisit tenaga tempur, cadangan peralatan juga terbatas, sementara pasukan cadangan menghadapi tekanan berat akibat perang berkepanjangan di Jalur Gaza. Banyak tentara cadangan dilaporkan mengalami trauma psikologis dan kelelahan mendalam.
Pada Juli lalu, surat kabar Maariv melaporkan pengakuan terbuka dari komandan senior militer bahwa mereka kekurangan sekitar 7.500 personel. Mereka menyinggung beban kerja berlebihan, bahkan ada prajurit yang mempertimbangkan pensiun dini.
Kondisi ini semakin pelik karena agresi militer Israel di Gaza sejak 27 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 61.900 warga Palestina. Perang panjang tersebut tidak hanya menghancurkan wilayah, tetapi juga meningkatkan beban pasukan Israel yang terus berada di garis depan.
Situasi krisis tentara ini menyoroti dilema besar Israel: di satu sisi harus menjaga kekuatan militer, namun di sisi lain menghadapi penolakan internal dan kritik internasional atas kebijakan perang. Langkah merekrut pemuda Yahudi dari luar negeri dinilai sebagai upaya darurat, meski belum jelas sejauh mana rencana itu akan berhasil
Israel kini menghadapi kekurangan tentara yang signifikan, membuat pemerintah mencari solusi melalui rekrutmen dari komunitas Yahudi global.
Situasi ini memperlihatkan tekanan besar di tubuh militer, baik dari sisi jumlah pasukan maupun kondisi psikologis prajurit.
Penolakan wajib militer oleh kelompok Haredi memperburuk permasalahan, sehingga pemerintah mencari jalan keluar lain.
Langkah merekrut dari luar negeri menandakan semakin seriusnya kebutuhan Israel menjaga kekuatan militernya di tengah perang Gaza.
Ke depan, keputusan ini akan menjadi ujian besar bagi kebijakan pertahanan Israel sekaligus relasi mereka dengan diaspora Yahudi. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










