JAKARTA, EKOIN.CO – Peringatan serius kembali mencuat dari kalangan ekonom dunia. Robert Kiyosaki, penulis buku keuangan populer Rich Dad Poor Dad, menegaskan bahwa crash pasar berskala besar segera datang. Sinyal bahaya ini menguat seiring pelemahan dolar AS dan meningkatnya tekanan inflasi di Amerika Serikat.
Pada 20 Agustus 2025, Kiyosaki menghadirkan ekonom senior Harry Dent di kanal Rich Dad. Dalam diskusi tersebut, Dent menilai pasar AS sedang menuju reset paling besar dalam sejarah modern. Peringatan ini dianggap relevan karena situasi ekonomi global yang belum pulih sepenuhnya dari gejolak inflasi dan suku bunga tinggi.
Prediksi Dent soal Crash Pasar
Dent memaparkan pandangannya bahwa pasar keuangan tidak bisa lagi ditopang hanya dengan likuiditas dari bank sentral. Menurutnya, stimulus yang terus digelontorkan selama lebih dari satu dekade menciptakan gelembung aset di berbagai sektor, termasuk saham, obligasi, dan properti.
Ia memperingatkan bahwa gelembung ini akan pecah dalam waktu dekat. “Kita akan melihat reset terbesar sepanjang sejarah modern,” ujar Dent. Pandangannya sejalan dengan kekhawatiran Kiyosaki yang sejak lama mengingatkan publik agar lebih waspada terhadap investasi berbasis dolar.
Kiyosaki menambahkan bahwa generasi muda perlu belajar dari krisis sebelumnya. Ia menyebut krisis 2008 sebagai contoh bagaimana gelembung kredit dapat menghancurkan sistem keuangan global. Kini, menurutnya, skala ancaman jauh lebih besar.
Kiyosaki Sarankan Langkah Antisipasi
Dalam percakapan itu, Kiyosaki tidak hanya menyampaikan kekhawatiran tetapi juga menawarkan saran. Ia mendorong masyarakat untuk memperkuat aset riil seperti emas, perak, dan bitcoin. “Kalian harus siap. Crash bukan akhir segalanya, tapi bisa jadi awal kesempatan baru,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa strategi menghadapi crash tidak cukup hanya dengan menabung uang fiat. Aset alternatif yang lebih tahan inflasi dipandang menjadi pilihan yang masuk akal.
Dent sendiri memperkuat pernyataan tersebut dengan menekankan bahwa investor kecil harus berhati-hati masuk ke pasar yang sudah terlalu tinggi valuasinya. Ia menyarankan untuk lebih konservatif, sambil menunggu momentum setelah pasar jatuh.
Sejumlah analis independen turut menyoroti peringatan ini. Mereka menilai apa yang disampaikan Kiyosaki dan Dent merupakan refleksi dari kekhawatiran banyak ekonom terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat.
Kondisi inflasi yang tak terkendali dan beban utang negara yang terus meningkat menjadi faktor utama yang memperbesar risiko crash. Dengan pasar global yang saling terkoneksi, dampak dari guncangan di Amerika Serikat hampir pasti akan merembet ke berbagai belahan dunia, termasuk Asia.
Jika skenario yang diperingatkan benar terjadi, maka investor, pemerintah, dan pelaku usaha harus menyiapkan mitigasi sejak dini. Terutama negara berkembang yang rentan terkena aliran modal keluar akibat kepanikan pasar.
Peringatan dari Robert Kiyosaki dan Harry Dent menjadi tanda serius bahwa pasar global sedang berada dalam fase berisiko tinggi. Prediksi tentang crash terbesar sepanjang sejarah modern menunjukkan bahwa ancaman ini bukan lagi sekadar teori, melainkan peringatan nyata yang harus diperhatikan.
Investor disarankan tidak hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga memikirkan strategi perlindungan aset ketika kondisi pasar memburuk.
Pemerintah di berbagai negara pun perlu menyiapkan kebijakan darurat untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Gejolak di pasar AS berpotensi besar menekan kurs mata uang, neraca perdagangan, hingga harga komoditas.
Masyarakat diharapkan lebih bijak dalam mengelola keuangan pribadi. Diversifikasi aset menjadi kunci menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Pada akhirnya, peringatan soal crash ini dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki pola investasi, mengurangi risiko, serta menata ulang arah kebijakan ekonomi global. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










