Pangkalpinang, EKOIN.CO – Menteri Pendidikan Tinggi Sains Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto, Ph.D mendorong PT Timah Tbk menjadi pelopor pengembangan tanah jarang di Indonesia. Dorongan itu disampaikan saat kunjungan kerja ke fasilitas perusahaan, Rabu (17/9/2025), di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kunjungan tersebut turut diikuti Direktur Utama PT Pindad, Sigit P. Santoso. Mereka meninjau pilot plant RE(OH) Tanjung Ular dan Division Processing and Refinery PT Timah Tbk di Mentok, Bangka Barat. Rombongan juga mendatangi lokasi penimbunan terak II dan Amang Plant, fasilitas khusus pengolahan mineral ikutan.
Dalam kegiatan itu, Brian Yuliarto didampingi Direktur Utama PT Timah Tbk Restu Widiyantoro serta Direktur Pengembangan Usaha PT Timah, Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara. Mereka meninjau langsung proses pemisahan mineral ikutan timah di Amang Plant dan RE(OH) Tanjung Ular.
Tanah Jarang Jadi Fokus Strategis
Brian Yuliarto mengapresiasi langkah PT Timah Tbk yang telah memulai pengembangan logam tanah jarang. Menurutnya, jenis mineral tersebut sangat bernilai dan saat ini menjadi perhatian global.
“Bangsa Indonesia memiliki kekayaan mineral yang sangat besar, salah satunya logam tanah jarang. Ini luar biasa dan berkah yang sangat besar nilainya. Itu tidak hanya kekayaan ekonomi tapi juga kekayaan kedaulatan,” jelas Brian.
Logam tanah jarang atau rare earth element kini tengah menjadi rebutan dunia karena mengandung berbagai mineral penting untuk industri. Mulai dari teknologi energi, manufaktur, hingga pertahanan, kebutuhan akan mineral ini terus meningkat.
Menurut Brian, Presiden telah mengarahkan agar Indonesia dapat memanfaatkan potensi besar dari logam tanah jarang. PT Timah dinilai mendapat mandat yang besar untuk mewujudkannya.
PT Timah Tbk Siap Jadi Pelopor
“PT Timah dapat amanah yang tidak ringan. Kehormatan ini untuk memulai proses mengambil dan memanfaatkan logam tanah jarang di bumi Indonesia. Ini terobosan yang sangat besar,” ujar Brian.
Indonesia kini tengah mempersiapkan langkah-langkah strategis dalam mengelola tanah jarang agar dapat memberi nilai tambah. Diharapkan, pengembangan mineral ini menjadi lompatan besar dalam industri nasional.
Brian menegaskan, keterlibatan PT Timah sebagai pelopor pengelolaan tanah jarang akan menjadi bagian penting dalam menjaga kedaulatan sumber daya mineral Indonesia.
Dengan pengelolaan yang tepat, tanah jarang bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan industri strategis sekaligus membuka peluang ekonomi baru.
Indonesia diharapkan mampu memperkuat posisinya sebagai negara yang tidak hanya kaya sumber daya alam, tetapi juga berdaulat dalam mengelolanya untuk kepentingan nasional dan global.
Pemerintah berkomitmen untuk mendukung riset, pengembangan teknologi, dan industrialisasi terkait logam tanah jarang. Sinergi lintas sektor dianggap kunci untuk mempercepat pengembangan mineral strategis ini.
Pengembangan tanah jarang juga membuka peluang kerja sama internasional, mengingat kebutuhan global yang terus meningkat. Namun, pemerintah menekankan pentingnya pengelolaan berbasis kedaulatan agar manfaatnya kembali ke bangsa.
Dengan langkah-langkah tersebut, Indonesia diharapkan segera menjadi salah satu pemain utama dalam industri tanah jarang dunia. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
.










