Jakarta,ekoin.co — Pasar modal Indonesia kembali mencetak pencapaian besar sepanjang 2025. Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan jumlah investor pasar modal telah menembus 20.042.365 Single Investor Identification (SID) hingga Rabu, 17 Desember 2025.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyebut jumlah tersebut meningkat 34,8 persen atau bertambah sekitar 5.170.726 SID dibandingkan posisi akhir 2024 yang tercatat sebanyak 14.871.639 SID.
Lonjakan jumlah investor ini sejalan dengan sederet rekor yang dicapai pasar modal Indonesia sepanjang tahun. Pada 8 Desember 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kapitalisasi pasar mencetak level tertinggi sepanjang sejarah. IHSG ditutup di level 8.710,695, sementara kapitalisasi pasar mencapai Rp16.004 triliun.
Selain itu, BEI juga mencatat peningkatan signifikan pada nilai transaksi harian. Bursa Indonesia kini masuk dalam kategori billion dollar exchange, yakni bursa global dengan nilai transaksi harian di atas 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp16,6 triliun dengan estimasi kurs Rp16.700 per dolar AS.
“Capaian ini menempatkan Indonesia sejajar dengan bursa utama dunia dan menunjukkan pendalaman pasar yang semakin kuat,” ujar Jeffrey, dikutip dari Antara, Sabtu (19/12/2025).
Hingga penutupan perdagangan Senin, 15 Desember 2025, kapitalisasi pasar BEI tercatat sebesar Rp15.787 triliun atau setara 947 miliar dolar AS. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian berada di level Rp17,67 triliun atau sekitar 1,07 miliar dolar AS.
Jeffrey menambahkan, pertumbuhan jumlah investor mencerminkan keberhasilan strategi digitalisasi dan edukasi pasar modal yang dijalankan BEI secara konsisten. Menurutnya, minat masyarakat terhadap investasi kini semakin inklusif dan merata, seiring meluasnya akses edukasi hingga ke berbagai wilayah di Indonesia.
“Pencapaian ini merupakan bukti nyata konsistensi upaya edukasi nasional secara berkelanjutan serta semakin kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal Indonesia,” tegasnya.
Ia juga menilai lonjakan jumlah investor menunjukkan efektivitas strategi literasi, inklusi, aktivasi, serta digitalisasi edukasi yang dijalankan BEI secara berkesinambungan. Dengan akses edukasi yang semakin luas, minat investasi tidak lagi terpusat di kota-kota besar, melainkan mulai menyebar ke berbagai daerah.
“Kami melihat minat masyarakat terhadap investasi semakin inklusif dan merata karena akses edukasi kini dapat dinikmati masyarakat dari berbagai wilayah Indonesia,” pungkas Jeffrey.










