Jakarta, EKOIN.CO – Rasa trauma yang bersarang dalam diri manusia kerap kali tidak tampak secara fisik, tetapi mampu menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan mental dan perilaku seseorang. Trauma bisa muncul akibat kejadian yang sangat menyakitkan atau mengancam keselamatan jiwa, seperti kecelakaan, bencana alam, kekerasan, atau kehilangan orang yang dicintai.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut penjelasan psikolog klinis Ratih Ibrahim, proses penyembuhan trauma sangat personal dan tidak bisa disamaratakan. “Setiap orang memiliki pengalaman, latar belakang, dan cara mengelola stres yang berbeda,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas.com.
Langkah awal untuk menyembuhkan trauma adalah dengan mengenali dan menerima bahwa luka tersebut ada. Banyak orang menolak untuk mengakui trauma yang mereka alami, yang justru memperlambat proses penyembuhan.
Setelah penerimaan, individu perlu belajar untuk mengekspresikan emosi secara sehat. Hal ini dapat dilakukan melalui menulis jurnal, menggambar, berbicara dengan orang tepercaya, atau berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.
Pendekatan Psikologis dan Terapi Rutin
Dalam proses penyembuhan, terapi psikologis memegang peran sentral. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terbukti efektif membantu individu mengatasi trauma dengan cara mengidentifikasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan pola yang lebih sehat.
Selain CBT, terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) juga digunakan secara luas. Terapi ini membantu otak memproses kembali ingatan traumatis agar tidak lagi memicu reaksi emosional berlebihan.
Banyak penyintas trauma juga merasa terbantu melalui kelompok dukungan atau support group. Interaksi dengan orang-orang yang memiliki pengalaman serupa mampu membangun rasa aman dan pemahaman yang mendalam.
Kegiatan mindfulness dan meditasi juga terbukti mampu menenangkan sistem saraf dan mengurangi gejala kecemasan yang seringkali menyertai trauma. Menurut Ratih, “Ketenangan batin adalah fondasi utama untuk memulihkan luka psikologis.”
Meskipun proses penyembuhan tidak instan, konsistensi sangat penting. Latihan pernapasan, menjaga rutinitas harian, dan menghindari pemicu trauma juga merupakan bagian dari strategi pemulihan yang berkelanjutan.
Peran Lingkungan dan Pendekatan Holistik
Keluarga dan lingkungan sekitar juga memiliki kontribusi besar dalam proses penyembuhan seseorang. Dukungan tanpa menghakimi dan sikap penuh empati dapat mempercepat proses pemulihan.
Dalam beberapa kasus, pendekatan spiritual seperti doa, dzikir, atau kegiatan keagamaan lainnya memberikan ketenangan tersendiri bagi individu yang mengalami trauma. Pendekatan ini dinilai mampu memperkuat daya tahan mental seseorang.
Seiring dengan itu, menjaga kesehatan fisik seperti tidur cukup, makan bergizi, dan olahraga ringan juga tidak kalah pentingnya. Kondisi tubuh yang sehat akan mendukung kestabilan emosi dan energi positif dalam diri.
Ada pula pendekatan holistik yang menggabungkan unsur mental, fisik, dan spiritual. Metode ini biasanya mencakup terapi psikologi, olahraga seperti yoga, serta praktik perenungan diri.
Menurut data yang dihimpun dari laman Psychology Today, waktu yang dibutuhkan untuk sembuh dari trauma bisa berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan dan jenis trauma. Beberapa bisa pulih dalam hitungan bulan, namun ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Penting juga untuk tidak memaksakan penyembuhan. Setiap tahap perlu dijalani dengan sadar dan penuh perhatian. Menekan perasaan hanya akan memperburuk luka batin yang ada.
Jika trauma sudah mengganggu fungsi harian secara signifikan, sangat disarankan untuk segera mencari bantuan profesional. Konsultasi psikolog bisa menjadi titik awal pemulihan yang lebih terarah.
Trauma tidak selalu harus berakhir dengan penderitaan berkepanjangan. Dengan pendekatan yang tepat, seseorang bisa bangkit kembali dan menjalani hidup yang lebih sehat secara emosional.
menyembuhkan trauma adalah perjalanan panjang yang membutuhkan waktu dan kesabaran. Mengenali emosi, mencari dukungan, dan melakukan terapi adalah langkah penting dalam proses ini. Meskipun tidak mudah, pemulihan tetap bisa dicapai dengan usaha berkelanjutan.
Orang yang mengalami trauma sebaiknya tidak menyalahkan diri sendiri. Trauma adalah respons alami terhadap kejadian ekstrem dan bukan tanda kelemahan. Dukungan dari orang terdekat sangat membantu dalam membangun kembali kepercayaan diri yang hilang.
Lingkungan yang suportif, termasuk tempat kerja dan komunitas, harus memahami pentingnya kesehatan mental. Trauma yang tidak ditangani dapat berujung pada gangguan psikis yang lebih berat.
Pendidikan tentang trauma juga penting diberikan sejak dini agar masyarakat lebih peka terhadap isu kesehatan mental. Dengan begitu, stigma terhadap orang yang mengalami trauma bisa dikurangi.
Akhirnya, proses penyembuhan harus dimulai dari niat untuk sembuh. Semakin cepat bantuan dicari, semakin besar peluang pemulihan total. Selalu ada harapan bagi setiap luka, seberapa dalam pun itu.(*)










