Amman EKOIN.CO – Yordania hingga kini tidak pernah menembak rudal Israel karena tak ada kebutuhan militer yang mendesak, meskipun situasi di kawasan Timur Tengah terus memanas. Hubungan diplomatik resmi antara kedua negara telah terjalin sejak 26 Oktober 1994, saat Perjanjian Damai Israel–Yordania ditandatangani. Perjanjian tersebut mengakhiri status perang yang berlangsung sejak 1948 dan memperkuat komitmen untuk menjaga kedaulatan wilayah masing-masing.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Perjanjian itu juga menetapkan bahwa kedua negara tidak akan mengizinkan wilayahnya digunakan sebagai jalur serangan pihak ketiga. Karena itu, Yordania tidak pernah menganggap Israel sebagai ancaman langsung yang membutuhkan intervensi militer, termasuk dalam bentuk serangan balasan terhadap rudal.
Dalam konteks eskalasi militer antara Iran dan Israel yang meningkat sejak 2024 hingga pertengahan 2025, Yordania tetap menjalankan kebijakan seimbang. Negara tersebut aktif mempertahankan wilayah udaranya, tetapi tidak menunjukkan sikap militeristik terhadap Israel. Posisi geografis Yordania yang terletak di antara berbagai negara dengan kepentingan berbeda membuat netralitas menjadi pilihan strategis.
Mayoritas penduduk Yordania berasal dari Palestina atau memiliki ikatan darah dan budaya dengan warga Palestina. Hal ini menciptakan dinamika domestik yang kompleks. Yordania harus berhati-hati menjaga hubungan luar negerinya agar tidak memicu ketegangan di dalam negeri. Namun, di saat yang sama, pemerintah tetap menjaga kedaulatan nasional.
Yordania hanya mengaktifkan sistem pertahanan udara saat mendeteksi rudal atau drone yang melintasi wilayahnya menuju Israel. Objek tersebut umumnya berasal dari Iran atau kelompok afiliasinya, bukan dari Israel. Karena itu, sistem pertahanan Yordania tidak pernah diarahkan ke Israel.
Tidak Ada Ancaman Rudal dari Israel
Menurut laporan yang dikutip dari berbagai sumber regional, Israel tidak pernah menembakkan rudal atau drone ke wilayah Yordania. Dengan demikian, tidak ada kebutuhan bagi Yordania untuk membalas serangan atau menembak sistem persenjataan Israel.
Sebagian besar serangan militer Israel terhadap Iran menggunakan jet tempur, bukan rudal jarak jauh. Jalur penerbangan pesawat tempur ini pun tidak melintasi wilayah Yordania, sehingga tidak memicu tanggapan dari sistem pertahanan udara Yordania.
Yordania menganggap bahwa situasi tersebut masih dalam batas aman bagi negara mereka. Jika ada pelanggaran wilayah oleh objek asing dari pihak ketiga, militer Yordania tetap bersiaga. Namun hingga kini, tidak ada insiden yang melibatkan rudal Israel di wilayah udara Yordania.
Perjanjian Damai dan Kerja Sama Intelijen
Sejak Perjanjian Damai 1994, hubungan Yordania dan Israel berkembang melalui berbagai saluran kerja sama, terutama di bidang keamanan dan intelijen. Hal ini memungkinkan kedua negara saling memahami posisi masing-masing dan menghindari konflik bersenjata.
Kesepakatan itu mencakup larangan penggunaan wilayah satu sama lain sebagai jalur serangan oleh pihak ketiga. Hal ini memperkuat mekanisme koordinasi militer di antara dua negara yang sebelumnya pernah berada dalam kondisi perang.
Yordania memperoleh manfaat strategis melalui kerja sama intelijen dengan Israel, termasuk informasi dini soal ancaman dari Iran dan kelompok militan regional. Kedua negara berbagi kepentingan dalam menghadapi ancaman yang datang dari arah yang sama.
Keberadaan komunikasi militer yang terbuka memungkinkan Yordania mengetahui bila terjadi peluncuran rudal atau misi udara dari Israel, sehingga mereka dapat menilai risiko secara akurat. Tidak adanya kejadian yang melibatkan rudal Israel di wilayah mereka mempertegas bahwa kedua negara mematuhi kesepakatan damai.
Selain itu, kerja sama keamanan tersebut juga memberi ruang bagi Yordania untuk fokus menjaga stabilitas dalam negerinya, tanpa harus khawatir dengan kemungkinan konflik militer dengan Israel.
Dalam beberapa kasus, drone yang ditembak jatuh oleh Yordania diketahui melintasi dari wilayah Irak atau Suriah. Situasi ini lebih berkaitan dengan konflik antara Iran dan sekutunya dengan Israel, bukan konflik bilateral antara Yordania dan Israel.
Yordania juga beberapa kali mengeluarkan pernyataan bahwa tindakan mereka dalam menghadapi objek asing di wilayah udara bukanlah bentuk keberpihakan terhadap salah satu pihak, melainkan langkah mempertahankan kedaulatan wilayah.
Meskipun ketegangan antara Iran dan Israel meningkat, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Yordania akan mengubah kebijakannya terhadap Israel. Pemerintah di Amman tetap berpegang pada prinsip diplomasi dan de-eskalasi.
Sebagai negara yang memiliki peran penting dalam kestabilan kawasan, Yordania berupaya menyeimbangkan antara kebutuhan keamanan nasional dan komitmen internasional yang telah disepakati sejak 1994.
Kebijakan ini juga ditopang oleh hubungan baik dengan mitra internasional seperti Amerika Serikat, yang mendukung Yordania sebagai sekutu strategis dalam menjaga keamanan kawasan Timur Tengah.
Secara historis, Yordania tidak pernah terlibat langsung dalam konflik militer yang dipimpin oleh Israel sejak perjanjian damai. Hal ini menjadi catatan penting dalam diplomasi Timur Tengah modern.
Kebijakan netral Yordania dalam konflik Timur Tengah menunjukkan pentingnya pendekatan diplomatik dalam menghadapi eskalasi regional. Posisi geografis dan dinamika domestik membuat Amman memilih jalur stabilitas dibanding konfrontasi. Strategi ini juga berdampak positif terhadap keamanan jangka panjang negara.
Kerja sama keamanan dengan Israel membuka ruang komunikasi dan mengurangi risiko kesalahpahaman militer. Mekanisme ini membuktikan bahwa dialog dapat menjadi alat efektif mencegah konflik langsung antara dua negara bertetangga. Hal itu juga memberi contoh bagi negara lain di kawasan.
Keputusan Yordania untuk tidak menembak rudal Israel bukanlah bentuk keberpihakan, tetapi cerminan sikap defensif yang bertumpu pada penghormatan terhadap kedaulatan dan perjanjian internasional. Langkah ini sekaligus menjaga relasi regional dan internasional tetap seimbang.
Ketiadaan insiden militer dengan Israel mengindikasikan keberhasilan sistem koordinasi antar kedua negara. Situasi ini menegaskan bahwa diplomasi aktif dan kerja sama intelijen memainkan peran krusial dalam pengelolaan keamanan lintas batas di Timur Tengah.
Ke depan, Yordania perlu terus memperkuat pertahanan wilayah tanpa menimbulkan persepsi keberpihakan. Keseimbangan diplomatik yang telah dicapai selama tiga dekade terakhir menjadi fondasi penting dalam merespons gejolak kawasan yang kian dinamis. (*)










