Karawang EKOIN.CO – PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), emiten sektor tekstil, resmi menutup secara permanen unit produksi pabrik kimia dan seratnya yang berada di Karawang, Jawa Barat. Keputusan ini diumumkan melalui Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 21 Juli 2025.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Manajemen POLY menyampaikan bahwa penutupan ini merupakan langkah lanjutan setelah penghentian sementara operasional pabrik sejak 1 November 2024. Faktor utama yang melatarbelakangi keputusan ini adalah terus melemahnya permintaan produk industri, baik di pasar domestik maupun internasional.
Menurut manajemen, tantangan bisnis yang dihadapi mencakup kelebihan kapasitas global, kenaikan tarif ekspor ke Amerika Serikat, serta meningkatnya harga bahan baku yang menekan profitabilitas perusahaan. Selain itu, POLY juga menghadapi ketidakpastian kebijakan pemerintah yang turut memperburuk situasi.
Kebijakan bea anti-dumping dan revisi peraturan importasi disebut belum sesuai harapan. Ketidakpastian ini turut mempersulit strategi perusahaan dalam mempertahankan keberlangsungan unit produksinya di Karawang.
Penutupan Permanen dan Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan
Manajemen POLY menyatakan bahwa perusahaan akan merevisi proyeksi bisnis berdasarkan operasi pabrik lain yang masih berjalan, yaitu di Kaliwungu, Kendal. Penutupan permanen ini diakui akan memberikan dampak terhadap pendapatan perseroan mulai tahun 2025 dan tahun-tahun selanjutnya.
Perusahaan juga menjelaskan bahwa selama masa penghentian sementara, fasilitas produksi di Karawang tetap dijaga dan dirawat. Namun, biaya pemeliharaan yang tinggi dan lamanya waktu tidak beroperasi membuatnya tidak lagi layak secara teknis maupun komersial untuk diaktifkan kembali.
“Penghentian produksi yang berlangsung lebih dari enam bulan membuat operasionalisasi kembali fasilitas unit produksi kami di Karawang menjadi tidak layak secara teknis dan komersial,” ujar manajemen dalam keterangannya.
Akibat keputusan ini, POLY akan melakukan revisi terhadap proyeksi keuangan yang telah ditetapkan. Revisi ini disesuaikan dengan kapasitas produksi yang lebih kecil pasca penutupan fasilitas Karawang.
Langkah Restrukturisasi dan Strategi Bisnis Selanjutnya
Selain itu, manajemen POLY mengungkapkan bahwa perusahaan tengah melanjutkan proses restrukturisasi utang dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). POLY berharap dapat mencapai kesepakatan akhir atas proposal restrukturisasi yang telah diajukan.
Walau belum ada titik temu final, POLY memastikan proses negosiasi masih berlangsung dan membutuhkan waktu tambahan. Upaya ini menjadi bagian penting dalam strategi penyelamatan bisnis dan keberlangsungan usaha di masa mendatang.
Sebagai langkah lanjut, perusahaan berencana melakukan reposisi produk serta memperkuat unit produksi yang tersisa di Pabrik Kaliwungu. Evaluasi menyeluruh terhadap produk dan dukungan operasional akan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
POLY juga menyatakan akan meneruskan proses pencarian pendanaan dari para kreditur maupun investor. Dukungan finansial tersebut diharapkan dapat memperkuat lini produksi yang tersisa dan memperbaiki kinerja perusahaan.
“Keputusan ini sangat penting bagi keberlanjutan usaha di masa depan dan perseroan meminta dukungan dan kerjasama dari semua pihak terkait dan pemangku kepentingan,” kata manajemen dalam keterangannya di laman resmi BEI.
Penutupan ini menandai fase baru dalam strategi bisnis POLY. Perusahaan menyadari pentingnya adaptasi dalam menghadapi dinamika pasar global dan domestik yang terus berubah.
Di sisi lain, penyesuaian terhadap portofolio bisnis menjadi fokus utama untuk mempertahankan keberlangsungan usaha dan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Reposisi produk dan evaluasi fasilitas menjadi langkah penting ke depan.
Manajemen juga menekankan pentingnya komunikasi yang intensif dengan seluruh stakeholder selama masa transisi ini. POLY berharap pemangku kepentingan dapat memahami keputusan strategis yang telah diambil.
Situasi ini menjadi refleksi nyata atas tekanan yang dihadapi industri tekstil nasional dalam beberapa tahun terakhir. Banyak pelaku usaha harus melakukan konsolidasi dan efisiensi besar-besaran untuk bertahan.
Dengan ditutupnya pabrik Karawang secara permanen, POLY kini hanya akan mengandalkan fasilitas produksi di lokasi lainnya. Proses restrukturisasi menyeluruh menjadi hal krusial untuk menyelamatkan bisnis dan menyeimbangkan beban operasional.
Industri tekstil nasional juga diharapkan mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya dalam menciptakan regulasi yang mendukung keberlangsungan usaha dan tidak membebani pelaku industri secara berlebihan.
Transformasi model bisnis dan efisiensi menjadi kata kunci bagi perusahaan untuk tetap relevan. Dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan agar sektor tekstil dapat bangkit kembali di tengah tantangan global yang kian berat.
Meskipun keputusan ini menimbulkan konsekuensi besar bagi perusahaan dan pekerja, POLY berharap dapat membangun kembali fondasi bisnis yang lebih kuat dan berkelanjutan melalui restrukturisasi dan reposisi strategis.
Perlu dilakukan evaluasi mendalam terhadap kebijakan industri nasional agar kejadian serupa tidak terus berulang. Kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha menjadi hal penting untuk menciptakan iklim industri yang sehat dan kompetitif.
Ke depan, PT Asia Pacific Fibers Tbk bertekad untuk memfokuskan energi dan sumber daya pada unit yang lebih potensial agar dapat menghasilkan performa keuangan yang lebih stabil dan menguntungkan bagi seluruh pemangku kepentingan.
keputusan POLY untuk menutup permanen pabrik Karawang menandakan adanya tekanan struktural yang serius di sektor tekstil. Lesunya permintaan, naiknya biaya produksi, dan ketidakpastian regulasi mempercepat penutupan ini. Pengaruh terhadap pendapatan dan proyeksi keuangan pun menjadi tidak terhindarkan. Namun, perusahaan menunjukkan langkah antisipatif dengan memfokuskan operasional pada pabrik lain serta melanjutkan proses restrukturisasi utang. Upaya ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap dinamika industri tekstil saat ini.
yang bisa diberikan adalah agar pemerintah mempercepat sinkronisasi regulasi dan memberi kepastian kebijakan bagi pelaku usaha. Selain itu, akses pendanaan perlu lebih fleksibel untuk membantu perusahaan dalam masa transisi. Dukungan terhadap industri domestik, terutama sektor padat karya seperti tekstil, harus diprioritaskan. Pemangku kepentingan diharapkan menjaga komunikasi aktif untuk mencegah dampak sosial yang lebih luas. Terakhir, penguatan kapasitas inovasi dan efisiensi menjadi langkah penting dalam menghadapi kompetisi global yang kian tajam. (*)
I










