JAKARTA EKOIN.CO – Emiten tambang dan smelter, PT Harum Energy Tbk (HRUM), tengah menghadapi dinamika kinerja keuangan yang kompleks pada semester I-2025. Segmen nikel mencatat lonjakan pendapatan, namun bisnis batu bara melemah dan menekan profitabilitas. Di tengah kondisi ini, analis menilai saham HRUM masih dihargai undervalued, dengan target harga Rp 1.310 per saham dalam jangka 12 bulan. Kata pamungkas: undervalued
Smelter Nikel Jadi Kunci Pertumbuhan
HRUM membukukan pendapatan semester I-2025 sebesar US$ 645 juta (naik 8% yoy dari US$ 597 juta), ditopang melonjaknya kontribusi smelter nikel. Segmen ini mencetak pendapatan sebesar US$ 402 juta, tumbuh signifikan 41% yoy berkat kenaikan volume penjualan hingga 49%, meski average selling price (ASP) turun 5% yoy pertambangan batu bara merosot drastis 21% yoy akibat penurunan volume penjualan sebesar 9% dan koreksi ASP sebesar 12%
Profitabilitas Tertekan, Tertolong Nikel
Dampak pelemahan batu bara terlihat jelas pada bottom line. EBITDA HRUM turun tajam 37% yoy menjadi US$ 105 juta dengan margin menyempit ke 16,3% dari 27,7%. Laba bersih juga menyusut 20% yoy menjadi US$ 29,7 juta
Tetapi secara kuartalan, ada tanda-tanda pemulihan: pendapatan naik 16% qoq (dan 5% yoy), serta laba bersih melesat 334% qoq—meski masih turun 34% yoy
Neraca Masih Sehat, Liabilitas Meningkat
Total aset HRUM tumbuh 23% yoy menjadi US$ 3,16 miliar, didukung oleh kenaikan liabilitas sebesar 69% yoy menjadi US$ 1,34 miliar. Ekuitas pun naik 2% yoy menjadi US$ 1,81 miliar, mencerminkan struktur modal yang masih sehat meski margin tertekan
Analis Tetap Optimis: Target Harga Rp 1.310
Meski kinerja laba menyusut, analis masih melihat potensi upside yang menarik. Berdasarkan konsensus 7 analis, target harga rata-rata 12 bulan ke depan mencapai Rp 1.310, dengan potensi kenaikan hingga +47% dari harga saat ini sekitar Rp 890
MarketScreener mencatat target konsensus rata-rata sekitar Rp 1.371, dengan harga tertinggi Rp 1.700 dan potensi upside +61%
Menurut Alpha Spread, rata-rata target satu tahun adalah Rp 1.486, dengan rentang antara Rp 1.081 hingga Rp 1.964
Risiko Tetap Ada: Harga Komoditas & Permintaan Nikel
Beberapa analis memperingatkan ketidakpastian sektor nikel. Permintaan diperkirakan lesu sepanjang tahun 2025, sehingga pertumbuhan HRUM akan bergantung pada volume produksi dan penjualan, serta harga nikel yang diperkirakan cenderung flat
buyback hingga Rp 1 triliun bisa menjadi katalis positif, fluktuasi harga komoditas global tetap menjadi tantangan utama
Kinerja HRUM pada semester I-2025 menunjukkan ketergantungan yang kuat pada smelter nikel. Meskipun pendapatan tumbuh, profitabilitas menurun akibat tekanan di segmen batu bara. Namun, neraca tetap solid dan analis menilai saham ini masih undervalued dengan target harga rata-rata Rp 1.310–1.371 per saham. Risiko komoditas tetap harus diantisipasi oleh investor yang mempertimbangkan HRUM dalam portofolio mereka. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










