Jakarta, EKOIN.CO – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa fluktuasi harga jagung di tingkat peternak unggas membutuhkan penanganan segera. Menurutnya, inilah saat yang tepat bagi Bulog untuk menyalurkan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) kepada peternak layer mandiri melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Jagung pakan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas harga komoditas pangan lain, khususnya telur dan daging ayam.
“Pemerintah tak henti berupaya menjaga kondisi ekuilibrium dalam ekosistem ini. Terlebih, komposisi jagung pakan memegang porsi hampir separuh dalam operasional produksi peternak unggas,” ungkapnya dalam keterangan resmi.
Sebelumnya, menjelang panen raya pada Februari-Maret 2025, Bapanas telah menugaskan Bulog untuk menyerap jagung dari produksi dalam negeri. Hasil dari penyerapan itu, lanjut Arief, telah disiapkan untuk mengatasi fluktuasi harga jagung, seperti yang terjadi saat ini. Stok CJP di Bulog kini sekitar 65 ribu ton dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Lebih jauh, Arief menjelaskan, “Jadi, diperlukan adanya program SPHP dan hal ini telah kami ajukan ke Kementerian Koordinator Bidang Pangan untuk dibahas dan disepakati dalam Rakortas. Dengan SPHP jagung, pemerintah bisa membantu peternak skala kecil untuk memperoleh jagung pakan yang lebih terjangkau.”
Program SPHP jagung pakan ke peternak layer mandiri sendiri sudah pernah dilaksanakan. Arief menjabarkan, realisasinya pada tahun 2023 mencapai 27,6 ribu ton, sementara di tahun 2024 melonjak hingga 275,5 ribu ton. Selain itu, pada tahun 2025 juga telah dilepas stok CJP melalui metode lelang sebanyak 90,8 ribu ton.
Akan tetapi, setelah panen raya usai, harga jagung di tingkat peternak mulai meningkat. Per 25 Agustus, harga rata-rata jagung secara nasional berada di angka Rp6.539 per kilogram, atau 12,74% di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) konsumen yang ditetapkan Rp5.800 per kilogram.
Sementara itu, kondisi harga jagung pipilan kering di tingkat petani tetap positif, berada tipis di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp5.500 per kilogram. Per 25 Agustus, harga rata-ratanya tercatat Rp5.534 per kilogram. Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan jika dibandingkan dengan harga sebulan sebelumnya yang masih berada di Rp4.921 per kilogram.
Di sisi lain, Arief menegaskan, pengawasan ketat terhadap stok jagung pemerintah di lapangan akan dilakukan bersama Satgas Pangan Polri. Hal ini juga akan disertai dengan penajaman basis data penerima program SPHP agar bantuan yang diberikan semakin tepat sasaran.
“Tugasnya pemerintah itu kalau sesuai arahan Bapak Presiden Prabowo adalah menjaga kesejahteraan petani dan peternak, serta memastikan masyarakat sebagai konsumen, tidak rugi. Dari hulu sampai hilir harus aman. Jadi kestabilan harga, mulai dari jagung pakan untuk unggas sangat penting diwujudkan,” tegas Arief.
Sebagai penutup, ia kembali menekankan komitmennya. “Bersama Satgas Pangan Polri, kami berkomitmen melakukan pengawasan ketersediaan jagung. Tidak boleh ada yang menimbun stok untuk memperoleh keuntungan sepihak. Ini stok jagung pemerintah dalam waktu dekat pun siap digulirkan ke peternak layer mandiri, sehingga pengawasan penting untuk ketepatan sasarannya,” pungkasnya.










