CIKARANG, EKOIN.CO- Industri otomotif Indonesia kembali menunjukkan daya tahan dan prospek positif di tengah tekanan global. Pada Kamis (12/6/2025), PT Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia (PT DCVMI) resmi membuka pabrik baru di Kawasan Industri Delta Silicon 8, Cikarang, Jawa Barat.
Peresmian pabrik ini dihadiri langsung oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi kepada DCVMI dan Daimler Truck AG atas kepercayaan yang diberikan kepada Indonesia.
“Banyak perusahaan-perusahaan multinasional, termasuk sektor otomotif, masih melihat Indonesia punya prospek menjanjikan untuk manufaktur,” kata Agus dalam acara tersebut.
Ia menyebutkan bahwa pembukaan pabrik baru ini menandakan sinyal kuat bahwa investasi industri otomotif di Indonesia terus berjalan. Apalagi di tengah tuntutan global terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Menurut Menperin, Indonesia memiliki peluang besar sebagai pusat produksi ekspor kendaraan karena pasar domestik yang tumbuh dan posisi strategis secara geografis
Komitmen Investasi dan Apresiasi Pemerintah
Kemenperin memberikan apresiasi tinggi kepada PT DCVMI atas pembangunan pabrik baru yang dinilai strategis dan progresif. Apresiasi juga disampaikan kepada Daimler Truck AG yang mempercayakan Indonesia sebagai basis produksi regional.
“Langkah ini mencerminkan keyakinan terhadap Indonesia sebagai hub industri kendaraan niaga global,” ujar Agus.
DCVMI merupakan entitas lanjutan dari kehadiran Mercedes-Benz di Indonesia sejak 1978. Pada 2019, PT DCVMI resmi terbentuk sebagai penguatan merek kendaraan niaga.
Kini, dengan kapasitas produksi mencapai 5.000 unit per tahun, DCVMI masuk lima besar produsen kendaraan niaga di Indonesia. Hal ini memperkuat citra Mercedes-Benz sebagai pilihan utama sektor kendaraan niaga.
Agus menegaskan bahwa Indonesia mendukung penuh pengembangan kendaraan niaga ramah lingkungan melalui berbagai insentif.
Kendaraan Niaga Ramah Lingkungan
Dalam kesempatan tersebut, Kemenperin menekankan pentingnya pengembangan model kendaraan ramah lingkungan. Hal ini sebagai respons terhadap tren global menuju mobilitas hijau.
Agus menyatakan pemerintah siap memfasilitasi insentif fiskal dan nonfiskal untuk produsen kendaraan ramah lingkungan. Termasuk insentif dalam fase transisi green mobility.
“Indonesia tak hanya ingin jadi pasar, tapi juga pemain utama dalam rantai pasok kendaraan niaga dunia,” ucapnya.
Ia menambahkan, pemerintah telah menargetkan pencapaian Net Zero Emission (NZE) sektor manufaktur pada tahun 2050. Target ini lebih cepat dari sasaran nasional.
Komitmen ini ditopang dengan percepatan transformasi industri menuju era elektrifikasi, digitalisasi, dan keberlanjutan.
Standar Emisi dan Teknologi Produksi
Menperin juga mengapresiasi adopsi teknologi SCR (Selective Catalytic Reduction) pada fasilitas baru DCVMI. Teknologi ini memungkinkan pencapaian standar emisi Euro 4.
Selain itu, penggunaan Diesel Exhaust Fluid (DEF) berbasis urea dan air terionisasi menunjukkan komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Pemerintah berharap PT DCVMI mengembangkan model-model berstandar Euro 5 dan Euro 6 untuk memperkuat ekspor. Langkah ini akan memperluas jangkauan pasar global.
“Ini mendukung agenda industri yang berkelanjutan,” kata Agus dalam pernyataannya.
Pengembangan teknologi dan perluasan ekspor menjadi pilar penting industri kendaraan niaga di masa depan.
Lokalitas Komponen dan Tantangan Impor
Pemerintah juga menyoroti pentingnya peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Saat ini, rerata nilai TKDN kendaraan DCVMI berada di angka 28,08 persen.
Agus menyebut bahwa peningkatan nilai TKDN memperkuat industri nasional. Selain itu, membuka peluang ikut serta dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Menurutnya, peningkatan nilai tambah lokal akan berdampak langsung pada daya saing industri nasional.
“TKDN tinggi berarti kekuatan industri lokal makin besar, ekspor pun makin tangguh,” tegasnya.
Langkah ini juga merupakan strategi menjawab tantangan defisit neraca perdagangan kendaraan niaga.
Neraca Dagang dan Arah Strategis Ekspor
Berdasarkan data Kemenperin, neraca perdagangan kendaraan niaga pada kuartal I 2025 mengalami defisit. Nilai defisit mencapai USD608,7 juta atau sekitar Rp9,7 triliun.
Ekspor kendaraan niaga Indonesia tercatat sebesar USD75,5 juta. Sementara impor mencapai USD684,2 juta dalam periode yang sama.
Kondisi ini mendorong pemerintah memacu produksi lokal dan peningkatan ekspor kendaraan komersial.
“Kami senang pabrik baru ini bisa menjawab tantangan defisit perdagangan kendaraan niaga,” ujar Agus.
Ia menegaskan bahwa keberadaan pabrik DCVMI tidak hanya untuk kebutuhan domestik, namun juga untuk memperluas pasar ekspor.
Komitmen Lapangan Kerja dan Rantai Pasok
DCVMI juga menyampaikan komitmennya untuk menciptakan lapangan kerja dan memperkuat rantai pasok lokal.
“Kami menyambut baik komitmen DCVMI membangun ekosistem industri nasional yang inklusif,” tutur Menperin.
Pabrik baru ini diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
Presiden Direktur DCVMI, Sankaranarayanan Ramamurthi, menegaskan bahwa pembangunan pabrik bukan sekadar proyek infrastruktur.
“Pabrik ini adalah perwujudan visi kami untuk kontribusi nyata terhadap perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Ramamurthi juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal dan inovasi teknologi.
Detail Investasi dan Model Produksi
Fasilitas baru DCVMI berdiri di atas lahan seluas 15 hektare dengan nilai investasi mencapai Rp500 miliar.
Pabrik ini memproduksi berbagai model truk dan sasis bus Mercedes-Benz, seperti Axor 2528 CH, 4928 T, dan OH 1626 L.
Produk-produk tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia dan berorientasi pada ekspor.
Setiap unit kendaraan yang diproduksi mencerminkan kolaborasi dan keunggulan teknologi rekayasa.
Pabrik ini juga dirancang dengan konsep efisiensi dan keberlanjutan industri jangka panjang.(*)
Berlangganan gratis WANEWS EKOIN lewat saluran WhatsUp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










