Derbent EKOIN.CO – Suleiman Kerimov, miliarder Muslim asal Dagestan, mendanai pembangunan sebuah kompleks sinagoga di bagian utara kota bersejarah Derbent, Republik Dagestan, Rusia. Proyek ini berdampingan dengan rumah ibadah umat Islam sebagai simbol perdamaian antar umat beragama. Ia menyebut langkah ini sebagai upaya nyata untuk mewujudkan harmoni dunia.
Kerimov mengungkapkan niatnya kepada media lokal bahwa pembangunan tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa keberagaman dapat hidup berdampingan secara damai. “Tujuan saya sederhana: membangun perdamaian dan memperkuat rasa saling menghormati,” ujarnya.
Melansir dari The Bell, proyek sinagoga ini disoroti karena didanai langsung oleh tokoh yang baru saja dinobatkan sebagai orang terkaya di Rusia oleh Forbes. Ia menggeser taipan logam, Vladimir Potanin, menyusul lonjakan tajam harga emas global.
Dengan total kekayaan mencapai US$24,7 miliar atau sekitar Rp400,93 triliun, Kerimov menjadi figur utama dalam lanskap ekonomi Rusia. Kekayaannya sebagian besar berasal dari kepemilikan saham mayoritas di perusahaan tambang emas Polyus Gold.
Karier bisnis Kerimov bermula pada tahun 1999 saat ia membeli perusahaan Nafta Moskva hanya seharga US$50. Ia kemudian memanfaatkan aset perusahaan tersebut sebagai jaminan pinjaman, yang menjadi langkah awal dalam membangun kekayaan besarnya.
Pada tahun yang sama, ia juga memasuki dunia politik sebagai anggota Partai Liberal Demokratik. Meski partai itu dikenal sebagai oposisi, namun mereka tetap mendukung Kremlin. Sejak 2008, ia menjabat sebagai senator di Dewan Federasi Rusia mewakili Dagestan.
Nafta Moskva, di bawah kendalinya, mulai membeli saham perusahaan raksasa seperti Gazprom dan Sberbank sejak 2004. Kerimov memanfaatkan pengetahuannya tentang pasar serta hubungan dekatnya dengan pejabat seperti Igor Shuvalov untuk mendapatkan pinjaman murah.
Tahun 2006, ia mulai memperluas bisnis ke luar negeri dengan menggandeng Allen Vine, mantan kepala Merrill Lynch Rusia. Namun, kecelakaan mobil di Nice menghentikan semua rencananya. Ia mengalami luka bakar parah dan harus menjalani perawatan intensif.
Menjelang krisis keuangan global 2008, Kerimov telah menjual hampir seluruh aset Rusia miliknya. Ia memegang tunai sekitar US$20 miliar yang digunakan untuk membeli saham di perusahaan internasional seperti Boeing, BP, Deutsche Bank, dan Morgan Stanley.
Namun krisis global menghantam keras. Forbes mencatat bahwa ia nyaris kehilangan seluruh kekayaannya, menyisakan rumah, mobil, dan jet pribadi. Kondisi itu mendorongnya kembali fokus pada investasi domestik di Rusia.
Pada 2009, ia membeli saham mayoritas di perusahaan properti PIK yang sedang terlilit utang. Pada tahun yang sama, ia juga mengakuisisi hampir 40% saham Polyus Gold. Pinjaman untuk akuisisi ini diperoleh dari bank milik negara, VTB.
Langkah berani tersebut membuahkan hasil. Investasinya di Polyus Gold menjadi aset paling menguntungkan yang dimilikinya hingga kini. Sejak pandemi COVID-19, nilai kekayaannya melonjak hingga US$14,7 miliar.
Saat ini, saham mayoritas Polyus Gold dikendalikan melalui putranya, Said Kerimov. Struktur ini memungkinkan keluarga Kerimov mempertahankan kendali atas perusahaan tambang emas terbesar Rusia tersebut.
Meski Kerimov berada di bawah sanksi Amerika Serikat dan sempat diselidiki Prancis atas dugaan pencucian uang, semua tuduhan itu akhirnya dibatalkan. Status hukumnya tidak menghambat pertumbuhan kekayaannya.
Tindakan Kerimov membangun sinagoga di Derbent dipandang sebagai langkah simbolis penting, terutama di tengah ketegangan global yang kerap melibatkan isu agama dan etnisitas. Kompleks tersebut kini menjadi simbol kerukunan di Dagestan.
Pembangunan ini disambut baik oleh pemimpin komunitas Yahudi lokal dan tokoh Muslim setempat. Mereka menilai proyek ini sebagai representasi toleransi yang sudah lama ada di Derbent, kota yang dikenal memiliki sejarah keberagaman selama berabad-abad.
Kerimov sendiri menegaskan bahwa sinagoga dan masjid yang berdampingan itu bukan hanya bangunan fisik, tetapi lambang dari nilai bersama tentang hidup berdampingan dan saling memahami. “Agama seharusnya menyatukan, bukan memecah,” katanya.
Proyek ini diharapkan menjadi contoh konkret bagaimana elite ekonomi dapat berkontribusi pada upaya rekonsiliasi sosial. Derbent kini tidak hanya menjadi pusat sejarah, tetapi juga simbol perdamaian masa kini di Rusia.
Saran bagi para pemimpin ekonomi global adalah untuk meneladani langkah Kerimov dalam menjadikan kekayaan sebagai alat mempersatukan masyarakat. Ketika pengaruh ekonomi digunakan untuk kebaikan publik, potensi konflik dapat diredam secara konstruktif.
Di tengah isu geopolitik dan ketegangan antaragama yang meningkat, inisiatif seperti ini sangat relevan. Upaya nyata dari tokoh berpengaruh dapat menjadi katalis terciptanya stabilitas dan toleransi sosial.
Masyarakat internasional sebaiknya melihat pembangunan sinagoga Derbent sebagai model inklusi, bukan kontroversi. Ketika perbedaan dijembatani dengan itikad baik, jalan menuju perdamaian menjadi lebih terbuka.
Proyek Kerimov membuktikan bahwa simbol agama bukanlah sumber perpecahan, melainkan potensi pemersatu. Dengan pendekatan yang tepat, pembangunan lintas kepercayaan bisa menciptakan warisan positif lintas generasi.
Langkah ini juga memperlihatkan bahwa pemulihan dari krisis tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga komunitas luas. Dengan sumber daya yang dimiliki, Kerimov mengubah narasi kekuatan menjadi aksi nyata untuk perdamaian.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










