Gaza EKOIN.CO – Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, menyatakan bahwa militer Israel gagal mencapai tujuan utama mereka dalam perang berkepanjangan di Jalur Gaza. Pernyataan itu disampaikan pada Selasa, 8 Juli 2025, menandai hari ke-640 sejak pecahnya konflik yang telah menelan banyak korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur sipil.
Melalui sebuah pernyataan resmi, Hamas menegaskan bahwa slogan-slogan seperti “kekalahan total” dan “pemberantasan total” dari pihak Israel telah runtuh. Menurut Hamas, perlawanan bersenjata melalui terowongan dan penyergapan berhasil menahan laju pasukan penjajah dan terus melindungi rakyat sipil dari pembantaian.
Kelompok tersebut juga menyebut bahwa upaya militer Israel membebaskan tawanan melalui operasi kekerasan tidak membuahkan hasil. Hamas menyatakan bahwa semua upaya tersebut telah gagal berkat keberanian dan kesiapan pejuang Palestina yang tetap bertahan dalam kondisi pengepungan dan kelaparan ekstrem.
Dalam medan pertempuran, militer Israel dilaporkan mengalami kerugian signifikan. Hamas menyebut bahwa kendaraan tempur Gideon milik Israel dihancurkan sepenuhnya, termasuk seluruh awak yang berada di dalamnya, dalam salah satu serangan terbaru.
Hamas menambahkan bahwa seluruh jalur invasi yang direncanakan Israel berubah menjadi “medan kematian” bagi pasukan penjajah. Kelompok tersebut menegaskan bahwa pasukan perlawanan tetap aktif dalam menghadang dan mengusir pasukan pendudukan dari wilayah-wilayah yang menjadi target serangan.
Serangan Perlawanan Tak Pernah Surut
Selama lebih dari 21 bulan perang, Hamas mengklaim bahwa pejuang mereka terus melawan dengan strategi yang efektif dan disiplin tinggi. Penyergapan dan taktik bawah tanah disebut menjadi kunci utama dalam menahan kekuatan teknologi militer Israel yang lebih unggul secara peralatan.
Kelompok tersebut juga menyoroti kegagalan Israel dalam misi pembebasan sandera. Menurut Hamas, tidak ada satu pun operasi militer besar Israel yang berhasil membawa pulang para tawanan, justru berujung pada kekalahan dan mundurnya pasukan setelah mengalami perlawanan sengit.
Hamas menuding Israel mencoba menutupi kegagalan tersebut dengan menyebarkan narasi kemenangan di media. Namun kenyataan di lapangan, menurut mereka, memperlihatkan fakta sebaliknya. Jalur-jalur masuk Israel ke wilayah Gaza dinilai telah berubah menjadi perangkap mematikan.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa para pejuang Hamas tidak hanya bertahan secara fisik, tetapi juga secara psikologis. Mereka disebut tetap menjaga moral tinggi meskipun dihadapkan pada tekanan, kelaparan, dan pengungsian massal akibat bombardir Israel yang terus berlangsung.
Gagalnya Rencana Pengusiran Warga Palestina
Lebih jauh, Hamas membahas rencana Israel untuk melakukan pengusiran paksa dan pembersihan etnis di wilayah Gaza. Menurut kelompok tersebut, rakyat Palestina menolak untuk tunduk pada segala tekanan baik politik maupun intelijen dari penjajah.
Hamas menyatakan bahwa keteguhan rakyat Palestina telah menggagalkan rencana-rencana tersebut. Masyarakat disebut tetap bertahan di tanah mereka dan menolak direlokasi meskipun ancaman kematian mengintai setiap saat.
Kelompok itu juga mengungkapkan bahwa tujuan Israel untuk menghancurkan semangat juang warga Gaza sepenuhnya tidak tercapai. Hamas menilai bahwa justru dengan berjalannya waktu, perlawanan rakyat semakin menguat.
Israel disebut telah kehilangan kendali atas arah operasi militer mereka di Gaza. Setiap skenario militer yang disusun, menurut Hamas, selalu menghadapi kebuntuan akibat respons taktis dari pasukan perlawanan.
Meski blokade total diberlakukan, dan bantuan kemanusiaan sulit masuk ke Gaza, Hamas menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan menyerah dan akan terus bertahan bersama gerakan perlawanan.
Di tengah tekanan global dan tuntutan untuk gencatan senjata, Hamas masih memperlihatkan sikap menolak tunduk. Mereka menyampaikan bahwa keberadaan penjajah Israel di tanah Palestina merupakan akar masalah yang belum terselesaikan sejak awal konflik.
Hingga saat ini, tidak ada pernyataan langsung dari pihak militer Israel yang merespons klaim terbaru dari Hamas tersebut. Namun dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Tel Aviv telah menyatakan bahwa operasi mereka di Gaza akan terus berlanjut hingga semua tujuan militer terpenuhi.
Sementara itu, kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk. Ribuan warga mengungsi dan banyak fasilitas kesehatan tidak lagi beroperasi akibat kerusakan serta kurangnya pasokan medis dan listrik.
Pengamat menyebut bahwa medan perang Gaza kini berubah menjadi konflik jangka panjang dengan intensitas tinggi. Kedua pihak tetap saling meluncurkan serangan, dan tidak ada tanda-tanda penyelesaian dalam waktu dekat.
Pernyataan Hamas itu muncul setelah laporan internasional mengindikasikan bahwa tingkat kerusakan di Gaza sudah mencapai level kritis. Lembaga-lembaga bantuan internasional menyerukan akses kemanusiaan dan penghentian segera agresi militer.
Ketegangan di kawasan ini juga menimbulkan dampak geopolitik yang meluas. Negara-negara tetangga dan blok regional telah menyuarakan kekhawatiran terhadap eskalasi yang bisa meluas melintasi perbatasan.
Konflik ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, namun juga menghancurkan generasi masa depan di Gaza. Anak-anak dan perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak dalam situasi perang yang berkepanjangan.
Meski begitu, semangat juang rakyat Gaza disebut tidak surut. Hamas menyatakan bahwa kekuatan rakyat adalah fondasi utama dalam mempertahankan wilayah Palestina dari segala bentuk penjajahan dan upaya pengusiran paksa.
Situasi ini menunjukkan bahwa tidak hanya kekuatan militer yang menjadi penentu dalam konflik berkepanjangan ini, tetapi juga semangat ketahanan rakyat yang menghadapi penderitaan setiap hari.
Pernyataan terakhir dari Hamas kembali menegaskan bahwa perjuangan mereka akan terus berlanjut selama pendudukan Israel masih berlangsung dan selama warga Palestina tidak mendapatkan hak mereka.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Konflik yang berlangsung lama di Gaza menimbulkan dampak mendalam bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan meningkatnya tekanan militer dan kondisi kemanusiaan yang semakin parah, penyelesaian politik yang adil menjadi sangat mendesak.
Pernyataan terbaru Hamas menunjukkan betapa pentingnya perlawanan lokal dalam menjaga eksistensi masyarakat Palestina. Namun, penderitaan rakyat sipil seharusnya menjadi perhatian utama seluruh komunitas internasional.
Situasi ini menuntut perhatian global untuk menghentikan kekerasan dan mendorong gencatan senjata permanen. Dialog internasional perlu diperkuat agar jalan damai dapat ditempuh.
Keterlibatan lembaga-lembaga kemanusiaan harus diperluas guna menjamin bantuan yang merata ke seluruh wilayah Gaza. Di saat yang sama, tekanan terhadap pihak yang melanggar hukum internasional harus terus diberikan.
Tanpa penyelesaian jangka panjang yang adil dan bermartabat, penderitaan di Gaza akan terus berlanjut. Rakyat Palestina membutuhkan dukungan internasional untuk mempertahankan hak hidup, martabat, dan kedaulatan mereka di tanah air sendiri. (*)
