Washington EKOIN.CO – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan kembali ultimatum kerasnya terhadap Rusia terkait konflik berkepanjangan di Ukraina. Ia memberikan tenggat waktu selama 50 hari untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, atau Amerika akan memberlakukan tarif 100 persen terhadap Rusia. Hal ini disampaikan Trump saat wawancara seperti dikutip dari Sputnik pada Rabu, 16 Juli 2025.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Ultimatum ini menjadi sorotan internasional karena disampaikan langsung oleh calon kuat presiden AS dalam Pemilu mendatang. Trump menekankan bahwa ancamannya bukan basa-basi dan akan diterapkan jika Rusia tidak menunjukkan itikad damai dalam waktu yang ditentukan.
“Saya rasa 50 hari bukan waktu yang lama dan bisa lebih cepat dari itu,” ucap Trump dalam wawancara tersebut. Ia juga menyatakan optimisme bahwa hasil bisa terlihat bahkan sebelum batas waktu itu berakhir.
Meskipun ancaman tarif tersebut terdengar keras, Trump berdalih bahwa tujuannya bukan untuk membela satu pihak. Menurutnya, posisi Amerika bukan berada di sisi Ukraina atau Rusia, tetapi pada sisi kemanusiaan.
“Saya tidak berada di pihak mana pun. (Berada di) pihak umat manusia. Saya ingin menghentikan pembunuhan,” ujar Trump menekankan sikapnya.
Ultimatum Tarif Tambahan untuk Rusia
Trump menyampaikan bahwa jika Rusia tidak mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina dalam kurun waktu yang ditetapkan, maka Amerika akan segera menjatuhkan tarif 100 persen terhadap produk Rusia. Ia menilai langkah ini sebagai tekanan ekonomi untuk memaksa Moskow mengakhiri agresi.
“Di akhir 50 hari, jika kita tidak mencapai kesepakatan, situasinya akan sangat buruk,” ujar Trump lagi dalam wawancara itu. Ia tidak menyebutkan secara rinci apakah akan mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari pihak Kremlin terkait pernyataan Trump tersebut. Namun, pengamat internasional menilai ultimatum ini bisa menjadi tekanan tambahan terhadap posisi Rusia dalam negosiasi konflik.
Ancaman tarif ini berpotensi memperparah ketegangan hubungan bilateral AS-Rusia yang sudah tegang sejak awal konflik Ukraina. Trump tetap bersikeras bahwa tekanan ekonomi adalah satu-satunya jalan diplomatik yang bisa memaksa perubahan.
Gencatan Senjata dan Ancaman Sanksi
Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung lebih dari tiga tahun, menyebabkan krisis kemanusiaan dan kerusakan infrastruktur besar-besaran. Gagalnya berbagai upaya gencatan senjata sebelumnya membuat tekanan internasional terhadap kedua belah pihak semakin meningkat.
Trump berulang kali menyatakan keprihatinannya terhadap jatuhnya korban jiwa akibat perang. Ia menyatakan bahwa Amerika harus mengambil peran besar dalam menghentikan pertumpahan darah tanpa harus mengirimkan pasukan.
Hingga kini, tidak diketahui apakah Trump telah menghubungi para pemimpin Eropa untuk mendukung usulan damai ini. Namun ia optimis bahwa ultimatum ini akan membuahkan hasil konkret sebelum 50 hari berakhir.
Sebelumnya, upaya damai yang dimediasi oleh Uni Eropa dan PBB belum menghasilkan perjanjian yang bertahan lama. Trump tampaknya mencoba mengambil pendekatan langsung dengan menggandeng kekuatan ekonomi Amerika sebagai alat negosiasi.
Pernyataan Trump ini juga dinilai sebagai sinyal kepada pemilih Amerika bahwa ia serius dalam urusan kebijakan luar negeri, terutama menjelang pemilihan presiden yang semakin dekat.
Pihak Gedung Putih belum mengeluarkan pernyataan resmi lanjutan setelah wawancara tersebut, namun sumber internal menyebutkan bahwa tim kebijakan luar negeri tengah menyiapkan skenario jika ancaman tarif harus dilaksanakan.
Langkah ini bisa mempengaruhi pasar global, terutama sektor perdagangan energi dan logistik yang memiliki hubungan erat dengan Rusia. Para pelaku pasar dilaporkan tengah mencermati perkembangan ini secara hati-hati.
Dunia internasional kini menunggu tanggapan Rusia dan apakah ultimatum Trump akan mengubah peta diplomasi global terkait konflik Ukraina. Negara-negara anggota NATO juga disebut mulai mengadakan koordinasi dalam menyikapi pernyataan tersebut.
Sementara itu, Ukraina belum memberikan reaksi resmi terhadap ancaman tarif yang ditujukan kepada Rusia tersebut. Namun analis meyakini bahwa pernyataan Trump bisa memberi angin segar terhadap dorongan perdamaian di wilayah konflik.
Sebagian negara Eropa menyambut baik adanya tekanan baru terhadap Rusia, namun juga mewaspadai potensi pembalasan ekonomi dari pihak Moskow jika tarif benar-benar diberlakukan oleh Amerika.
Trump telah menetapkan tenggat 50 hari sebagai batas waktu yang menurutnya cukup untuk mencapai perjanjian damai. Dunia menantikan apakah pendekatan keras ini bisa mengubah dinamika konflik atau justru memperburuknya.
Langkah Trump menunjukkan bahwa tekanan ekonomi digunakan sebagai strategi utama, bukan kekuatan militer langsung. Ini mencerminkan perubahan pendekatan kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinannya.
Meski banyak yang mempertanyakan efektivitas langkah ini, Trump tetap yakin bahwa tekanan ekonomi bisa lebih efektif dan minim risiko bagi nyawa manusia. Ia tetap berupaya mempertahankan citra sebagai pemimpin tegas dan berorientasi hasil.
terbaik bagi pihak-pihak yang terlibat dalam konflik adalah segera menempuh jalur diplomatik dan menghindari eskalasi. Tarik-menarik kepentingan politik sebaiknya tidak mengorbankan rakyat sipil yang menjadi korban utama.
Amerika dan negara-negara besar lainnya bisa memainkan peran lebih aktif dalam proses perdamaian, bukan hanya memberikan sanksi atau tekanan. Dunia menanti aksi nyata, bukan hanya ancaman.
Upaya Trump ini, jika dilanjutkan secara konsisten dan diikuti komunikasi lintas negara, dapat membuka jalan baru dalam menyelesaikan konflik. Dialog terbuka dan inklusif harus menjadi prioritas.
50 hari adalah waktu singkat dalam konteks diplomasi internasional, namun bisa menjadi momentum perubahan jika dimanfaatkan secara optimal oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik ini.
(*)










