Beersheba EKOIN.CO – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali meningkat setelah serangan rudal Iran menghantam sebuah rumah sakit di Beersheba, Israel selatan, pada Kamis, 11 Juli 2025. Serangan tersebut dikabarkan menyasar lokasi yang digunakan tentara dan intelijen Israel. Kantor Berita Anadolu yang dikelola pemerintah Turki mengonfirmasi bahwa aksi ini merupakan respons langsung terhadap serangkaian serangan Israel ke fasilitas militer dan nuklir Iran.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Serangan Rudal dan Balasan Militer
Serangan ke Beersheba menandai fase eskalasi baru dalam konflik Iran-Israel yang sudah berlangsung selama satu pekan penuh. Ketegangan yang kian memanas ini telah menimbulkan kekhawatiran akan pecahnya perang berskala lebih besar di Asia Barat. Target serangan Iran disebut berada di pusat aktivitas militer dan dinas rahasia Israel, menunjukkan peningkatan signifikan dalam ketegasan Tehran.
Pemerintah Iran belum memberikan pernyataan resmi secara terbuka, namun sejumlah media yang berafiliasi dengan negara menyatakan bahwa tindakan tersebut sah sebagai balasan atas agresi militer Israel sebelumnya. Fasilitas nuklir Iran, termasuk yang berada di Natanz, dilaporkan menjadi sasaran utama serangan udara Israel yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Dalam pernyataan yang dikutip dari sumber militer Iran, serangan terhadap Beersheba merupakan “peringatan serius” kepada Tel Aviv bahwa tindakan militer lebih lanjut akan dibalas setimpal. Sementara itu, otoritas Israel belum memberikan rincian pasti terkait kerusakan maupun jumlah korban akibat serangan ke rumah sakit tersebut.
Dukungan Amerika dan Pernyataan Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dalam pernyataan singkat di luar Gedung Putih, menyatakan ketidakpastian mengenai keterlibatan negaranya dalam konflik yang berlangsung. “Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya. Tidak ada pun yang tahu apa yang akan saya lakukan,” ucap Trump ketika ditanya wartawan soal kemungkinan AS mendukung serangan Israel secara langsung.
Namun, sejumlah laporan dari Washington menyebutkan bahwa dalam kampanyenya yang sedang berlangsung, Trump mempertimbangkan untuk secara terbuka memihak Israel guna memperkuat posisi geopolitiknya. Langkah ini, jika benar diambil, akan meningkatkan risiko konfrontasi militer skala besar yang melibatkan kekuatan global.
Trump juga mengklaim bahwa pejabat Iran sempat menyatakan minat dalam membuka pembicaraan damai, tetapi kemudian menarik diri. “Ini agak terlambat,” ujar Trump menanggapi situasi tersebut. Tidak ada rincian lebih lanjut yang diungkapkan terkait kemungkinan jalur diplomasi antara kedua negara.
Situasi ini kembali memunculkan bayang-bayang Perang Iran-Irak era 1980-an, namun dengan dimensi risiko internasional yang jauh lebih besar karena keterlibatan langsung atau tidak langsung dari kekuatan seperti Amerika Serikat dan Rusia.
Ketegangan Regional dan Dampak Internasional
Konflik bersenjata yang terjadi tidak hanya berdampak pada Iran dan Israel, tetapi juga memicu keresahan di sejumlah negara tetangga. Beberapa negara di Teluk, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menyatakan keprihatinan atas eskalasi yang bisa menjalar ke wilayah mereka.
Para analis keamanan regional memperingatkan bahwa ketegangan militer yang tidak terkendali dapat mengganggu jalur perdagangan minyak dunia dan stabilitas ekonomi global. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga telah mengadakan pertemuan darurat membahas dampak kemungkinan perang terbuka di kawasan.
PBB melalui juru bicaranya menyatakan keprihatinan mendalam dan mendesak kedua pihak untuk menahan diri. Sekretaris Jenderal PBB menyerukan agar diplomasi menjadi pilihan utama dalam menyelesaikan konflik yang berkembang. Namun, sampai saat ini belum ada upaya mediasi yang berhasil dijalankan.
Selain itu, masyarakat internasional juga mulai menyoroti dampak kemanusiaan dari konflik ini. Serangan ke fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit di Beersheba, dinilai sebagai pelanggaran hukum internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta investigasi segera atas serangan tersebut.
Sebagian besar negara Eropa, termasuk Jerman dan Prancis, menyerukan de-eskalasi dan memperingatkan bahwa langkah provokatif dapat memicu perang regional yang sulit dikendalikan. Mereka mendesak Washington dan Tehran untuk membuka kembali saluran komunikasi diplomatik.
Pemerintah Rusia menyatakan bahwa mereka memantau perkembangan dengan serius dan siap menjadi mediator jika diminta oleh kedua belah pihak. Sementara itu, China menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghindari konflik bersenjata lebih lanjut.
Dengan eskalasi yang terus berlanjut, sejumlah maskapai penerbangan internasional telah mengubah jalur penerbangan mereka untuk menghindari wilayah udara Iran dan Israel. Ini dilakukan sebagai langkah pencegahan terhadap kemungkinan gangguan atau insiden keamanan udara.
Di tengah situasi genting ini, warga sipil di kedua negara terus menghadapi ketidakpastian. Ribuan orang telah mengungsi dari wilayah perbatasan dan kota-kota besar demi menghindari risiko serangan lebih lanjut. Lembaga bantuan kemanusiaan mulai memperluas operasi mereka di daerah-daerah terdampak.
Ketegangan ini dinilai sebagai salah satu titik terendah dalam hubungan Iran-Israel dalam beberapa dekade terakhir. Para pengamat menyebut bahwa jika tidak ada intervensi diplomatik yang cepat, konflik ini bisa berkembang menjadi perang berskala luas di kawasan Asia Barat.
Langkah balasan Iran terhadap Israel, termasuk penggunaan rudal jarak menengah ke wilayah sipil yang sensitif, memperlihatkan bahwa skala konfrontasi telah mencapai titik krusial. Potensi meluasnya konflik ke wilayah lain seperti Suriah dan Lebanon juga tidak bisa diabaikan.
Saat ini, perhatian dunia tertuju pada bagaimana negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Cina merespons situasi ini. Jika ketiganya gagal mengarahkan tekanan diplomatik yang cukup, maka eskalasi kekerasan sangat mungkin terus berlanjut.
Kondisi di lapangan masih sangat dinamis. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa militer Israel kini tengah mempertimbangkan operasi balasan besar-besaran ke beberapa lokasi strategis di Iran. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari Kementerian Pertahanan Israel.
Sebagai penutup, konflik antara Iran dan Israel menunjukkan bahwa ketegangan geopolitik di Asia Barat bisa dengan cepat berubah menjadi konfrontasi bersenjata. Risiko meluasnya perang, serta keterlibatan negara-negara besar, menjadikan situasi ini sebagai salah satu isu paling mendesak di panggung global.
Penting bagi komunitas internasional untuk bertindak cepat guna mencegah krisis kemanusiaan yang lebih luas. Saluran diplomatik perlu segera diaktifkan untuk menurunkan tensi konflik dan mendorong penyelesaian damai.
Keterlibatan Amerika Serikat harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kestabilan regional. Langkah sepihak atau dukungan terbuka terhadap satu pihak berpotensi menambah kompleksitas dan memicu gelombang ketegangan baru.
Negara-negara kawasan juga diharapkan mengambil peran lebih aktif sebagai penengah, bukan sekadar penonton. Ketergantungan pada kekuatan besar sebaiknya dibarengi dengan upaya diplomasi kolektif kawasan.
Media dan lembaga kemanusiaan harus terus melaporkan dan memantau situasi demi perlindungan sipil di tengah konflik. Akses bantuan serta evakuasi korban harus menjadi prioritas utama dalam setiap pendekatan internasional.
( * )










