Teheran EKOIN.CO – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas menyusul peringatan keras dari Iran terhadap Israel terkait potensi agresi militer. Pernyataan tegas disampaikan oleh Ayatollah Ahmad Khatami, Pemimpin Salat Jumat di Teheran, Jumat (1/8), yang menegaskan kesiapan Iran menghancurkan Tel Aviv seketika jika diserang.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dikutip dari Tasnimnews, Ayatollah Khatami menyebut Israel akan menjadi “kota hantu” apabila nekat menyerang proksi Iran. Ia juga menegaskan bahwa kekuatan militer dan rakyat Iran telah menggagalkan berbagai skenario musuh yang berusaha melemahkan Republik Islam Iran.
Menurut Khatami, Israel kini berada dalam posisi terdesak hingga memohon gencatan senjata. “Israel menyadari kekalahannya dan meminta gencatan senjata karena tidak mampu melanjutkan perang,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan media nasional Iran.
Peringatan ini juga menandai sikap Iran yang siap menggunakan kekuatan penuh dalam menghadapi segala bentuk agresi. Militer Iran disebut telah menyiapkan ribuan rudal yang kini mengunci target-target musuh dalam sistem database militernya.
Lebih jauh, Khatami menyebut bahwa bila terjadi serangan terhadap Iran atau proksinya, tanggapan balasan Teheran akan lebih besar dan membawa konsekuensi serius bagi pihak musuh. “Kami tidak akan ragu menghancurkan sumber ancaman,” tegasnya.
Pernyataan Khatami menegaskan posisi Iran di tengah ketegangan kawasan yang semakin memuncak. Ia menambahkan, kekuatan Garda Revolusi Islam (IRGC) kini telah melampaui kawasan Timur Tengah dan siap menghadapi ancaman global.
Rudal Siaga, Kapal Nuklir Dikerahkan
Sementara itu, situasi di belahan dunia lain juga kian panas, menyusul pertikaian verbal antara Amerika Serikat dan Rusia. Presiden Donald Trump pada Jumat (1/8) mengumumkan pengerahan dua kapal selam nuklir menuju perairan dekat Rusia sebagai respons atas pernyataan pejabat Moskow.
Dalam unggahan di media sosialnya, Trump menyebut, “Dua kapal selam nuklir telah kami tempatkan di lokasi yang tepat.” Namun ia tidak merinci posisi kapal tersebut atau menjelaskan apakah kapal selam itu bertenaga nuklir atau bersenjata nuklir.
Langkah Trump ini disebut sebagai tanggapan terhadap pernyataan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, yang sehari sebelumnya menyinggung sistem “Dead Hand” — sistem otomasi pengendali senjata nuklir era Perang Dingin.
Medvedev menyebut, sistem tersebut tetap aktif dan dapat digunakan sebagai respons jika Rusia diserang secara masif. Pernyataannya ini menyulut kemarahan Trump yang kemudian mengerahkan kekuatan strategis militer Amerika.
Dilaporkan oleh Reuters, pengerahan kapal selam nuklir ini menandai eskalasi tajam dalam retorika antara Washington dan Moskow. Langkah tersebut dinilai para analis sebagai sinyal bahwa AS siap melakukan aksi militer strategis jika konflik berlanjut.
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi lebih lanjut dari Departemen Pertahanan AS mengenai jenis dan lokasi kapal selam yang dikerahkan. Namun, beberapa pejabat pertahanan AS menyatakan bahwa kesiapsiagaan militer AS terhadap Rusia kini berada pada level tinggi.
Ketegangan ini berakar dari invasi Rusia ke Ukraina yang terus berlangsung, di mana AS berulang kali menjatuhkan sanksi dan ancaman militer kepada Moskow. Kritik keras Trump terhadap Medvedev mengindikasikan konflik ini berpotensi memasuki fase baru.
Sementara itu, media internasional memantau perkembangan ini dengan waspada, mengingat pengerahan kapal selam nuklir oleh AS bisa memicu respons militer balasan dari Rusia, yang juga memiliki armada kapal selam bersenjata nuklir.
Ketegangan antara ketiga negara ini, yakni Iran, Israel, dan ditambah ketegangan AS-Rusia, menimbulkan kekhawatiran global terkait kemungkinan pecahnya konflik berskala besar yang bisa berdampak luas secara geopolitik dan kemanusiaan.
Di sisi lain, Iran menyatakan bahwa langkah-langkah agresif pihak luar tidak akan menggoyahkan ketahanan dalam negeri mereka. Khatami menekankan bahwa Iran akan selalu siap bertindak demi mempertahankan kedaulatan dan integritasnya.
Militer Iran telah meningkatkan status siaga di berbagai titik strategis, terutama di kawasan Teluk Persia. Keberadaan pasukan IRGC juga diklaim mampu menghadang setiap upaya infiltrasi musuh ke wilayah Iran maupun sekutunya.
Kondisi ini juga menjadi sorotan negara-negara Timur Tengah lainnya yang merasa cemas terhadap kemungkinan meluasnya konflik antara Iran dan Israel, apalagi jika ketegangan AS dan Rusia terus meningkat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Israel mengenai peringatan Iran. Namun media Israel melaporkan adanya peningkatan aktivitas militer di sekitar Tel Aviv sebagai langkah antisipatif.
Di tengah situasi yang tidak menentu ini, berbagai pihak internasional menyerukan penurunan tensi dan membuka jalur diplomasi untuk mencegah perang terbuka antara negara-negara besar.
Kondisi geopolitik ini menunjukkan bahwa ketegangan antara negara adidaya dapat berdampak langsung pada stabilitas kawasan lain, termasuk Timur Tengah. Langkah diplomatik dianggap mendesak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
ketegangan di Timur Tengah dan Eropa Timur menunjukkan dinamika politik internasional yang kian tidak menentu. Peringatan keras Iran kepada Israel dan pengerahan kekuatan militer AS terhadap Rusia memperkuat potensi konflik terbuka.
Perkembangan ini menjadi perhatian serius dunia internasional, terutama dalam mencegah kemungkinan pecahnya perang regional maupun global. Keberanian Iran dan respons Amerika menandakan bahwa diplomasi perlu segera dijalankan untuk menahan eskalasi.
Melihat kondisi ini, komunitas internasional diharapkan bisa menengahi konflik dan mendorong penyelesaian damai melalui perundingan. Tekanan kepada pihak-pihak yang terlibat dinilai penting agar tidak memicu konfrontasi yang lebih besar.
Disarankan agar semua pihak menahan diri dan tidak melakukan provokasi yang dapat memperparah situasi. Pemulihan stabilitas kawasan harus menjadi prioritas guna mencegah jatuhnya korban jiwa dan kehancuran.
Peran organisasi internasional seperti PBB sangat penting dalam mendorong jalur dialog. Masyarakat global pun harus menyuarakan penolakan terhadap perang dan mendukung perdamaian jangka panjang untuk kawasan tersebut. (*)










