Jakarta, EKOIN.CO – AirNav Indonesia menegaskan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan melalui peluncuran Program Kampung Better AirNav. Kegiatan berlangsung di Kelurahan Landasan Ulin Utara, Liang Anggang, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu, 6 Agustus 2025.
Program ini merupakan bagian dari inisiatif Creating Shared Value (CSV) yang menyasar penguatan ketahanan pangan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan Kelompok Tani Kampung Better, AirNav memfokuskan program pada pemanfaatan lahan terbatas secara produktif dan ekologis.
“Melalui Program Kampung Better, kami ingin menciptakan model ketahanan pangan yang tidak hanya produktif, tetapi juga inklusif dan berorientasi jangka panjang,” jelas Azizatun Azhimah, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko AirNav Indonesia.
Sebanyak 15 anggota kelompok tani terlibat aktif dalam program ini. Mereka mendapatkan pelatihan pertanian hidroponik serta bantuan 10 ekor kambing untuk pengembangan pertanian-peternakan terpadu berbasis ekonomi sirkular.
Langkah awal ini ditujukan untuk membangun ekosistem pertanian yang edukatif dan berkelanjutan. AirNav menghidupkan kembali lahan tidak terpakai dengan pendekatan yang memperhatikan nilai sosial-ekologis.
Fokus Tahun Kedua: Aquaponik dan Kelembagaan
Pada tahun kedua yang dimulai Juli 2025, program diarahkan ke pengembangan sistem aquaponik berbasis greenhouse. Selain itu, peserta memperoleh pelatihan teknis serta penguatan kelembagaan tani secara intensif.
Langkah ini diharapkan melahirkan koperasi atau unit UMKM berbasis komunitas yang dapat mengelola hasil produksi pertanian dan peternakan secara mandiri. Kemandirian ini menjadi salah satu target jangka panjang program Kampung Better.
“Program ini menjadi bagian dari kontribusi AirNav Indonesia dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam bidang pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan pembangunan komunitas yang tangguh,” ungkap Azizah.
Pelaksanaan program tidak hanya menyasar aspek produktivitas, tetapi juga keberlanjutan sosial melalui pelibatan warga dalam proses perencanaan hingga pelatihan teknis. Warga pun berperan aktif menjaga dan mengembangkan fasilitas pertanian yang ada.
Dengan mengintegrasikan pendekatan lingkungan, sosial, dan ekonomi, Kampung Better AirNav menciptakan ekosistem kolaboratif yang memberdayakan masyarakat dan menjaga keberlanjutan alam.
Tugas Strategis AirNav di Udara Indonesia
AirNav Indonesia adalah satu-satunya penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia. Lembaga ini berada di bawah Kementerian BUMN dan didirikan berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2009 serta PP Nomor 77 Tahun 2012.
Sejak 13 September 2012, AirNav bertugas menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas udara di wilayah kedaulatan udara nasional, serta beberapa ruang udara negara tetangga. Ruang udara yang dikelola mencakup lebih dari 7,7 juta kilometer persegi.
Wilayah pelayanan dibagi menjadi dua Flight Information Region (FIR), yakni Jakarta dan Makassar. Kedua FIR tersebut menangani pergerakan pesawat udara domestik dan internasional secara harian.
Berdasarkan data 2019, sebelum pandemi COVID-19, AirNav melayani rata-rata 6.125 pergerakan pesawat setiap hari. Jumlah ini mencakup aktivitas take-off, landing, serta penerbangan lintas antarnegara.
Keberadaan AirNav sangat vital dalam memastikan standar keselamatan penerbangan dan mendukung sektor aviasi nasional yang terus tumbuh.
Program Kampung Better AirNav merupakan bentuk konkret kontribusi korporasi negara dalam mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis komunitas. Melalui pendekatan agroedukatif dan kolaboratif, AirNav tidak hanya mengembangkan pertanian, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial.
Pelibatan langsung masyarakat sekitar dan integrasi sistem pertanian modern menjadi fondasi kokoh menuju kemandirian pangan. Proyek ini menjadi model implementasi CSV yang menyatu antara tanggung jawab lingkungan dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Dengan dukungan infrastruktur dan kapasitas kelembagaan, inisiatif ini berpotensi menjadi percontohan di wilayah lain. Diharapkan keberhasilan Kampung Better bisa direplikasi dalam skala lebih luas, untuk mendukung visi Indonesia berkelanjutan.(*)










