Jerusalem, 11 Agustus 2025 — EKOIN.CO – Ketegangan di Jalur Gaza kembali memuncak setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara terbuka mengumumkan rencana pengambilalihan kendali atas Gaza yang akan dimulai “dalam waktu cukup singkat.” Pernyataan ini muncul di tengah tekanan internasional yang meminta segera diakhiri penderitaan warga Palestina. Kata kunci pamungkas untuk berita ini adalah “pengambilalihan”.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Netanyahu menyampaikan hal itu usai kabinet keamanan Israel menyetujui strategi kontroversial untuk mengambil alih Gaza City, yang dikenal sebagai kota terpadat di Jalur Gaza. Menurutnya, langkah ini merupakan satu-satunya jalan untuk mengalahkan Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan kelompok tersebut.
“Garis waktu yang kami tetapkan untuk operasi ini cukup singkat. Kami ingin, pertama-tama, memungkinkan zona aman dibentuk sehingga penduduk sipil Gaza City dapat mengungsi,” kata Netanyahu, seperti dilaporkan Reuters.
Ia menegaskan bahwa tujuan utama Israel adalah menciptakan sabuk keamanan di sepanjang perbatasan, bukan menetap lama di Gaza. Namun, warga Palestina tetap skeptis karena pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa zona aman tidak menjamin keselamatan mereka.
Kepala Staf Militer Israel memperingatkan risiko besar dalam memperluas operasi militer ini. Dia menekankan bahwa langkah tersebut dapat membahayakan nyawa sandera serta berpotensi memicu perang gerilya yang berkepanjangan.
Pengambilalihan Gaza dan Risiko Kemanusiaan
Belum ada kepastian kapan operasi pengambilalihan ini akan benar-benar dimulai. Netanyahu mengungkapkan bahwa sasaran utama adalah dua kubu pertahanan Hamas yang tersisa di Gaza. Sementara itu, Hamas tetap bersikukuh tidak akan menyerah tanpa kemerdekaan Palestina yang diakui.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan dunia internasional. Perwakilan beberapa negara Eropa seperti Denmark, Prancis, Yunani, Slovenia, dan Inggris, secara bersama-sama memperingatkan bahwa kelaparan sudah melanda Gaza dan rencana Israel justru memperburuk keadaan.
“Memperluas operasi militer hanya akan membahayakan nyawa semua warga sipil di Gaza, termasuk sandera yang tersisa, dan menyebabkan penderitaan lebih lanjut yang tidak perlu,” demikian pernyataan bersama mereka.
Mereka menegaskan krisis ini merupakan akibat dari tindakan manusia dan mendesak agar segera dilakukan langkah untuk menghentikan kelaparan serta mempercepat penyaluran bantuan kemanusiaan.
Restu dan Dukungan Amerika Serikat
Dalam perkembangan terbaru, kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa Perdana Menteri Israel berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu malam mengenai rencana pengambilalihan kubu Hamas. Netanyahu menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan kuat dari Washington.
Menurut Netanyahu, Israel dan Amerika bekerja sama untuk memperlancar aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk melalui jalur darat, sebagai bagian dari upaya meringankan penderitaan warga sipil di tengah konflik.
Sementara itu, perwakilan Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB menegaskan komitmen Washington untuk mendukung kebutuhan kemanusiaan, membebaskan sandera, serta mencapai perdamaian di wilayah tersebut.
Namun, tuduhan mengenai pembatasan bantuan kemanusiaan yang menyebabkan kelaparan di Gaza terus berlanjut. Israel membantah tudingan itu dan menuduh Hamas sebagai penyebab utama keterbatasan bantuan.
Meski rencana pengambilalihan Gaza mendapat restu Amerika, banyak pihak yang khawatir operasi militer yang akan dilakukan Israel dapat memperburuk kondisi kemanusiaan sekaligus menambah penderitaan warga sipil di wilayah konflik.
Israel bertekad melanjutkan rencananya meski menghadapi kritik tajam dari dunia internasional, dengan alasan utama membebaskan sandera dan menuntaskan ancaman dari Hamas.
Pada saat yang sama, warga Gaza terus mengalami ketidakpastian dan ketegangan yang meningkat akibat ancaman serangan militer yang makin dekat.
Operasi militer yang akan dilakukan berpotensi besar mempengaruhi stabilitas kawasan Timur Tengah dan memicu reaksi dari berbagai negara yang peduli terhadap kondisi kemanusiaan.
Pengambilalihan Gaza menjadi titik krusial dalam konflik yang sudah berlangsung lama antara Israel dan Palestina, yang penuh dengan komplikasi politik dan sosial.
Berbagai upaya diplomasi sedang dilakukan di tingkat internasional untuk mencari solusi damai dan menghindari eskalasi yang lebih besar.
Namun, situasi saat ini memperlihatkan ketegangan yang sulit diredakan, dengan risiko tinggi menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak.
PBB dan organisasi kemanusiaan internasional kembali mendesak agar akses bantuan ke Gaza dapat dibuka tanpa hambatan demi mencegah krisis kemanusiaan yang lebih dalam.
Sementara itu, dunia internasional terus memantau dengan seksama perkembangan terbaru, berharap konflik segera menemukan titik penyelesaian.
Kondisi Gaza yang sudah rapuh semakin terancam dengan rencana pengambilalihan ini, menuntut perhatian serius dari seluruh komunitas global.
Netanyahu menegaskan operasi ini harus dilaksanakan cepat dan efektif untuk mencegah kerugian lebih besar dan meminimalisir penderitaan warga sipil.
Israel juga menyatakan kesiapan untuk melakukan segala cara demi membebaskan sandera dan mengamankan perbatasan dari ancaman teror.
Pengambilalihan ini merupakan babak baru dalam dinamika konflik Israel-Palestina yang akan sangat menentukan arah masa depan kawasan.
Ketegangan yang meningkat ini mengharuskan upaya kolektif agar konflik tidak berkembang menjadi bencana kemanusiaan yang lebih luas.
Pengambilalihan Gaza harus dilakukan dengan perhitungan matang agar risiko terhadap warga sipil bisa diminimalisir. Dialog dan diplomasi tetap penting untuk dijalankan bersama operasi militer.
Pemerintah Israel perlu memastikan bantuan kemanusiaan dapat terus mengalir tanpa hambatan demi mengurangi dampak krisis kemanusiaan.
Komunitas internasional harus memperkuat peran dan pengawasannya agar pengambilalihan tidak menimbulkan eskalasi yang tidak terkendali.
Upaya pembebasan sandera harus dilakukan dengan tetap mengutamakan keselamatan mereka dan tidak memperparah konflik.
Penting untuk membuka ruang dialog antara semua pihak agar masa depan Gaza dapat menuju perdamaian dan stabilitas.
Operasi militer ini menjadi momentum krusial yang harus diimbangi dengan solusi kemanusiaan agar pengambilalihan dapat diterima dunia.
Dukungan internasional harus diarahkan pada pemulihan dan perlindungan warga sipil selama proses pengambilalihan berlangsung.
Informasi transparan dan komunikasi terbuka dari semua pihak akan membantu menurunkan ketegangan yang ada.
Pengambilalihan Gaza bukan sekadar soal militer, tapi juga soal masa depan rakyat yang harus diperjuangkan dengan rasa kemanusiaan.
Semua pihak diharapkan dapat menahan diri agar konflik tidak meluas dan penderitaan tidak bertambah.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










