KAIRO, EKOIN.CO – Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada masa awal perjuangan diplomasi setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Pengakuan de facto diberikan pada 22 Maret 1946, yang kemudian diperkuat dengan pengakuan de jure pada 10 Juni 1947. Fakta ini menjadi bukti eratnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Mesir yang hingga kini terus terjaga. Ikuti WA Channel EKOIN di sini.
Langkah cepat Mesir memberikan pengakuan bukan sekadar keputusan politik, melainkan juga lahir dari rasa solidaritas. Baik Indonesia maupun Mesir memiliki kedekatan kultural dan religius sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Kabar kemerdekaan Indonesia segera sampai ke Kairo dan memantik dukungan rakyat Mesir.
Pertemuan terbaru antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi di Istana Kepresidenan Al Ittihadiya, Kairo, pada 18 Desember 2024, menjadi momentum penting memperkuat hubungan bilateral. Keduanya sepakat meningkatkan kerja sama menuju kemitraan strategis.
Dalam kesempatan itu, Prabowo menegaskan arti penting Mesir dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. “Mesir memiliki tempat istimewa di hati rakyat Indonesia karena merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan kita dalam perjuangan melawan penjajah,” ujarnya dikutip dari laman Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Pengakuan Kemerdekaan dan Diplomasi Mesir
Keputusan Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia tidak lahir tiba-tiba. Tekanan publik di Kairo menjadi salah satu faktor penentu. Organisasi Islam seperti Ikhwanul Muslimin memobilisasi dukungan melalui demonstrasi, tabligh akbar, hingga opini di surat kabar.
Demonstrasi besar di depan Kedutaan Belanda di Kairo bahkan memaksa pihak kedutaan menurunkan bendera serta lambang kerajaan Belanda. Situasi ini memberi sinyal kuat bahwa rakyat Mesir menolak kolonialisme dan mendukung Indonesia merdeka.
Pengakuan de facto pada Maret 1946 pun menjadi langkah diplomatik berani Mesir di tengah dominasi Belanda yang masih kuat di kancah internasional. Hal itu kemudian dilanjutkan dengan pengakuan de jure pada Juni 1947 yang semakin memperkuat legitimasi Indonesia di mata dunia.
Bagi Indonesia, dukungan Mesir merupakan angin segar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di tengah upaya Belanda melakukan agresi militer. Dukungan ini juga membuka jalan bagi negara-negara Timur Tengah lainnya untuk turut mengakui Indonesia.
Hubungan Strategis Indonesia-Mesir
Sejak masa awal kemerdekaan, hubungan kedua negara terus berkembang. Di bidang politik, Mesir selalu menjadi mitra penting Indonesia di kawasan Timur Tengah. Kerja sama pendidikan dan budaya juga terjalin erat, terutama dengan keberadaan ribuan mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Kini, hubungan itu semakin meluas ke bidang ekonomi, pertahanan, dan energi. Pertemuan Prabowo dan El-Sisi menjadi tonggak baru dalam memperkuat kerja sama strategis. Keduanya membicarakan peluang perdagangan, investasi, serta sinergi dalam menjaga stabilitas kawasan.
Sejarah panjang ini menegaskan bahwa dukungan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia bukan hanya bagian dari masa lalu, tetapi juga fondasi kuat bagi kemitraan masa depan. Solidaritas yang lahir dari persaudaraan Muslim terus bertransformasi menjadi kerja sama nyata di berbagai bidang.
Mesir pun terus meneguhkan posisinya sebagai mitra penting Indonesia dalam diplomasi internasional. Kedekatan historis menjadi modal besar bagi hubungan yang lebih erat di era globalisasi.
Pengakuan Mesir atas kemerdekaan Indonesia bukan sekadar catatan sejarah, tetapi simbol persahabatan yang terus hidup hingga kini. Dengan fondasi kuat tersebut, hubungan Indonesia-Mesir diyakini akan semakin kokoh dalam menghadapi tantangan global.
Pengakuan Mesir pada 1946 membuktikan solidaritas internasional bisa memberi dampak besar bagi perjuangan kemerdekaan sebuah bangsa. Indonesia merasakan manfaat langsung dari dukungan tersebut.
Hubungan yang terjalin sejak itu menjadi dasar bagi diplomasi kedua negara hingga sekarang. Pertemuan terbaru Prabowo dan El-Sisi menunjukkan hubungan itu bukan sekadar sejarah, tetapi terus hidup.
Kedekatan keagamaan dan persaudaraan Muslim terbukti mampu mengatasi sekat politik dan geografi. Indonesia mendapat legitimasi awal dari Mesir sebelum akhirnya dunia internasional memberikan pengakuan luas.
Kini, hubungan kedua negara terus berkembang di bidang ekonomi, pendidikan, hingga pertahanan. Momentum kemitraan strategis memperlihatkan betapa pentingnya sejarah dalam membangun masa depan.
Solidaritas yang terbangun sejak 1946 kini menjadi inspirasi untuk memperkuat diplomasi Indonesia dengan negara-negara lain. Dengan dukungan itu, perjalanan diplomasi Indonesia terus menemukan pijakan yang kokoh. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










