Jakarta EKOIN.CO – Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i memaparkan inovasi Mushaf Al-Qur’an Isyarat bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) saat menerima kunjungan Menteri Besar Kelantan Malaysia, Mohd Nassuruddin Bin Haji Daud, di Kantor Pusat Kementerian Agama RI, Senin (25/8/2025).
Inovasi Mushaf Al-Qur’an Isyarat ini disebut Romo sebagai yang pertama di dunia. Program ini lahir dari upaya Kementerian Agama RI memberikan pelayanan inklusif bagi kaum disabilitas agar tetap bisa mengakses pembelajaran Al-Qur’an dengan mudah.
Menurut Romo, mushaf khusus ini bukan hanya unik, tetapi juga menjadi bukti nyata komitmen pemerintah Indonesia dalam membuka ruang akses setara di bidang pendidikan agama. “Kami memiliki mushaf Al-Qur’an yang belum ada di dunia, yakni Mushaf Al-Qur’an Isyarat bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara,” jelasnya.
Inovasi Mushaf Al-Qur’an Isyarat
Romo menjelaskan, mushaf ini dirancang untuk membantu PDSRW membaca dan memahami Al-Qur’an melalui metode isyarat yang mudah dipahami. Upaya tersebut juga dilengkapi dengan pengembangan metode pembelajaran khusus.
“Selain itu, kami juga sedang mengembangkan metode bimbingan Al-Qur’an untuk Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara, dengan metode pembelajaran khusus. Program ini baru ada di Indonesia dan belum ada di negara lain,” terangnya.
Ia menambahkan, apabila Negeri Kelantan Malaysia berkeinginan mengirim calon instruktur pembelajaran Al-Qur’an bagi PDSRW, pihaknya membuka peluang kerja sama melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Kemenag RI.
“Para calon instruktur tersebut dapat dilatih di sini. Setelah lulus pelatihan dan memperoleh sertifikat, mereka bisa kembali ke negerinya untuk mengembangkan metode pembelajaran Al-Qur’an tersebut,” papar Romo.
Pertemuan ini juga dihadiri Staf Khusus Menteri Agama Nona Gayatri Nasution, Direktur Penerangan Agama Islam Zayadi, Direktur Jaminan Produk Halal Muhammad Fuad Nasar, Direktur Pesantren Basnang Said, serta Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Thobib Al Asyhar.
Kehadiran para pejabat tersebut menegaskan pentingnya inovasi mushaf ini dalam mendukung inklusi pendidikan agama Islam.

Minat Kerja Sama dari Kelantan
Menteri Besar Kelantan, Mohd Nassuruddin Bin Haji Daud, menyampaikan apresiasi tinggi atas inovasi Mushaf Al-Qur’an Isyarat. Ia menyebut bahwa Kelantan adalah negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dan pendidikan berbasis Islam menjadi dasar pembangunan daerahnya.
“Di Kelantan, kami membangun negeri dengan berasaskan ajaran Islam. Kami juga memiliki banyak pondok pesantren, meskipun tidak sebanyak di Indonesia,” ujarnya.
Nassuruddin juga mengungkapkan keinginannya untuk menjalin kerja sama dengan Kementerian Agama RI, khususnya dalam bidang pendidikan Islam dan pesantren.
“Kami melihat di Indonesia banyak pesantren serta ulama yang memiliki ilmu tinggi. Kami berharap banyak peluang-peluang hubungan baik yang dapat dijalin, khususnya di bidang pendidikan, seperti mushaf Al-Qur’an Isyarat ini,” tuturnya.
Kerja sama ini dinilai penting mengingat kebutuhan pendidikan inklusif semakin besar di kalangan masyarakat Muslim, baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Pertemuan kedua negara ini juga menunjukkan adanya semangat bersama dalam memperkuat basis pendidikan Islam yang inklusif dan berkelanjutan.
Selain itu, keberadaan Mushaf Al-Qur’an Isyarat akan membuka jalan baru dalam memberikan akses bagi kaum difabel untuk semakin dekat dengan kitab suci.
Inovasi tersebut diharapkan menjadi contoh yang bisa diadopsi oleh negara lain dalam mendukung pendidikan agama yang ramah disabilitas.
Sementara itu, kerja sama antara Indonesia dan Kelantan dalam bidang pesantren serta pendidikan Islam diyakini mampu mempererat hubungan kedua pihak.
Dengan semakin banyaknya inovasi pendidikan berbasis teknologi dan inklusi, peluang pertukaran pengalaman antarnegara di bidang ini semakin terbuka lebar.
Pertemuan ini juga menjadi penanda bahwa pendidikan Islam di era modern tidak hanya berbicara tentang tradisi, tetapi juga bagaimana aksesibilitas dapat dijamin bagi seluruh kalangan.
Keseriusan Kementerian Agama RI dalam mengembangkan mushaf dan metode pembelajaran untuk penyandang disabilitas menjadi langkah penting menuju pemerataan akses pendidikan agama Islam di Indonesia.
Diharapkan, kolaborasi dengan Kelantan tidak hanya berhenti pada mushaf, tetapi juga berkembang ke sektor lain yang memperkuat fondasi pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai penutup, inovasi Mushaf Al-Qur’an Isyarat memberikan pesan kuat tentang pentingnya akses setara dalam pendidikan agama. Kehadiran mushaf ini menjadi tonggak bersejarah sekaligus bukti nyata pelayanan inklusif dari Kementerian Agama RI.
Kolaborasi dengan Kelantan diharapkan menjadi awal kerja sama yang lebih luas di bidang pendidikan Islam dan pesantren.
Peluang ini juga akan memperkaya pengalaman kedua negara dalam menghadirkan sistem pendidikan agama yang inklusif dan modern.
Dengan demikian, Mushaf Al-Qur’an Isyarat tidak hanya menjadi karya monumental Indonesia, tetapi juga simbol solidaritas pendidikan Islam yang terbuka bagi semua kalangan.
Langkah ini perlu terus diperkuat dengan kerja sama lintas negara agar kebermanfaatannya dapat dirasakan lebih luas.
Pada akhirnya, upaya menghadirkan pendidikan Al-Qur’an inklusif ini bukan hanya tentang teknologi dan metode, tetapi juga tentang rasa kemanusiaan yang universal.
Mushaf Al-Qur’an Isyarat bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara menjadi wujud nyata dari semangat itu. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v









