Bener Meriah, ekoin.co — Pemerintah memperkuat layanan kesehatan berbasis komunitas melalui revitalisasi ratusan puskesmas di wilayah terdampak bencana.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan masyarakat tetap memperoleh pelayanan kesehatan di tengah keterbatasan akses pascabencana.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat meninjau wilayah terdampak di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Jumat (19/12/2025), menegaskan bahwa puskesmas memegang peran strategis sebagai garda terdepan layanan kesehatan, terutama untuk menjangkau masyarakat yang berada di pengungsian maupun daerah yang masih terisolasi.
“Sekarang kami mulai merevitalisasi sekitar 800 puskesmas di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, agar pelayanan kesehatan tetap dekat dengan masyarakat,” kata Menkes Budi melalui keterangan resmi, Sabtu (20/12/2025).
Ia menjelaskan, setelah proses revitalisasi rumah sakit di wilayah terdampak berjalan, pemerintah kini memfokuskan perhatian pada penguatan layanan kesehatan primer melalui puskesmas.
Penguatan tersebut diarahkan untuk melayani kebutuhan kesehatan dasar masyarakat di lokasi pengungsian, khususnya kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, serta warga dengan keterbatasan akses layanan kesehatan.
Menkes Budi menambahkan, wilayah yang masih terisolasi memiliki risiko lebih tinggi terhadap terhambatnya pelayanan kesehatan. Karena itu, pemerintah pusat turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi riil serta mengidentifikasi dukungan yang dibutuhkan.
“Kita ingin memastikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, terutama mereka yang paling rentan. Saya ingin melihat langsung operasional puskesmas dan apa yang bisa dibantu oleh pemerintah pusat,” ujarnya.
Selain layanan medis, pemerintah juga menyalurkan dukungan pendukung berupa penyediaan listrik cadangan, air bersih, serta penguatan akses komunikasi guna menunjang operasional puskesmas dan menjaga keselamatan masyarakat di pengungsian.
Revitalisasi puskesmas ini menjadi bagian dari strategi pemulihan kesehatan jangka menengah untuk menekan risiko keterlambatan penanganan penyakit, sekaligus mengurangi beban rumah sakit rujukan yang turut terdampak bencana.
Pendekatan layanan kesehatan berbasis komunitas tersebut diharapkan mampu menjaga keberlanjutan pelayanan kesehatan masyarakat hingga kondisi infrastruktur dan akses wilayah sepenuhnya pulih.










