Jakarta, EKOIN.CO – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mempertegas komitmen sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional dengan mengedepankan strategi keuangan sosial Islam guna menjawab tantangan global.
Wakil Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, menyampaikan hal tersebut saat menjadi panelis pada Menara Syariah-INCEIF University Symposium 2, Senin (4/8), di Menara Syariah, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Banten.
Dalam kesempatan itu, Bob menjelaskan bahwa BSI telah menetapkan Kerangka Kerja Keberlanjutan yang selaras dengan Maqashid Syariah. Tiga pilar utama menopang strategi tersebut secara menyeluruh.
Pilar pertama ialah perbankan berkelanjutan yang diwujudkan melalui manajemen risiko, produk, kebijakan, hingga portofolio. Pilar kedua adalah operasional ramah lingkungan, dengan target emisi nol.
Pilar ketiga berfokus pada inklusi keuangan dan pendistribusian Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) demi kebermanfaatan masyarakat luas secara jangka panjang.
Portofolio Hijau dan Sosial Meningkat
Bob menegaskan pendekatan keberlanjutan ini bukan hanya patuh terhadap regulasi, tetapi juga menciptakan nilai komersial dan sosial. Salah satunya melalui pendanaan hijau dan sosial.
BSI telah menerbitkan Sukuk Berkelanjutan Tahap I dan II. Pada 2024, tahap pertama menyerap Rp3 triliun dan kelebihan permintaan hingga tiga kali lipat.
Tahap kedua Sukuk pada 2025 berhasil menghimpun Rp5 triliun dengan permintaan melampaui empat kali target. Dana tersebut disalurkan ke sektor hijau dan sosial.
Sektor hijau meliputi proyek energi terbarukan, pengelolaan air dan limbah berkelanjutan, serta pembangunan fasilitas ramah lingkungan. Sementara sektor sosial menyasar UMKM dan ketahanan pangan.
“Sejak berdiri, BSI konsisten meningkatkan portofolio pembiayaan berkelanjutan. Hingga Maret 2025, Pembiayaan Hijau mencapai Rp14,6 triliun, tumbuh 16,64% YoY. Pembiayaan sosial tumbuh 24,36% menjadi Rp57,9 triliun,” ungkap Bob.
Zakat Sebagai Pilar Pembangunan Sosial
Pembiayaan sosial BSI antara lain ditujukan untuk UMKM dan perorangan berpenghasilan rendah. Di sisi lain, zakat perusahaan dan karyawan juga terus mengalami peningkatan.
Bob memaparkan bahwa sepanjang 2024, BSI telah menyalurkan zakat senilai Rp268,5 miliar. Ini menjadikan BSI sebagai penyumbang zakat terbesar di Indonesia.
Secara kumulatif, sejak 2021 hingga Maret 2025, zakat perusahaan yang dihimpun mencapai Rp727 miliar, zakat karyawan Rp145 miliar, dan zakat masyarakat Rp160 miliar.
Zakat tersebut disalurkan ke lima sektor: ekonomi, pendidikan, kemanusiaan, kesehatan, serta dakwah dan advokasi literasi syariah. Beasiswa BSI termasuk dalam pilar pendidikan.
“Dengan pertumbuhan laba dua digit, kontribusi zakat pun meningkat. Lebih dari 200.000 masyarakat telah merasakan manfaat zakat kami hingga Maret 2025,” tambah Bob dengan penuh semangat.
Inisiatif Zakat Hijau dan Jejak Global
Inovasi turut dijalankan BSI melalui Zakat Hijau, hasil kolaborasi bersama BAZNAS dan UNDP dalam Forum Zakat dan Wakaf Dunia 2024.
Zakat Hijau menjadi pendekatan baru dalam pemanfaatan zakat untuk mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.
Menurut Prospek Zakat 2025, keberhasilan Zakat Hijau memerlukan sinergi lintas sektor, mulai dari lembaga negara hingga masyarakat sipil.
BSI juga mempresentasikan inisiatif ini di Markas Besar PBB, New York, bersama Bappenas. Hal ini memperlihatkan posisi BSI dalam kancah global.
“Inisiatif ini dapat terintegrasi ke dalam kebijakan nasional, sehingga memperkuat dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan,” pungkas Bob.
Menara Syariah dan Peran INCEIF University
Menara Syariah di kawasan PIK 2 dirancang sebagai pusat keuangan syariah pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.
INCEIF University, sebagai tuan rumah simposium, merupakan lembaga pendidikan keuangan Islam internasional berbasis di Malaysia.
Universitas ini didirikan oleh Bank Sentral Malaysia dan telah dikenal sebagai institusi unggulan dalam pengembangan keuangan Islam.
Kolaborasi antara BSI dan INCEIF bertujuan memperluas cakupan edukasi dan inovasi keuangan syariah di Asia Tenggara.
Dengan landasan kuat di sektor pendidikan dan inovasi, BSI berupaya menjembatani pertumbuhan ekonomi dengan nilai-nilai Islam.
BSI membuktikan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan keuangan syariah yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Portofolio pembiayaan hijau dan sosial yang meningkat, serta inovasi seperti Sukuk Berkelanjutan dan Zakat Hijau, mencerminkan langkah konkret perusahaan dalam membentuk ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan mengusung prinsip Maqashid Syariah dan menggandeng mitra strategis seperti INCEIF dan lembaga internasional, BSI menempatkan dirinya sebagai pionir dalam transformasi keuangan Islam menuju arah yang lebih global dan berdampak luas.(*)










