Bandung EKOIN.CO – Penggunaan peralatan elektronik di rumah tangga menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya tagihan listrik bulanan. Hal ini disampaikan oleh Dosen Teknik Ketenagalistrikan dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat, yang menjelaskan bahwa sejumlah alat elektronik memiliki konsumsi daya yang tinggi sehingga berdampak pada lonjakan beban listrik.
Dalam keterangannya, Syarif Hidayat menekankan bahwa penting bagi masyarakat untuk mengenali alat-alat rumah tangga yang boros energi. Ia menyebutkan bahwa beberapa peralatan seperti pemanas air, setrika listrik, hingga alat pendingin ruangan adalah penyumbang besar dalam konsumsi listrik.
Alat Berdaya Tinggi Sumbang Beban Listrik Tinggi
Menurut penjelasan Syarif, alat-alat rumah tangga yang bekerja dengan elemen pemanas umumnya memerlukan daya yang cukup besar. Salah satu contohnya adalah pemanas air atau water heater. “Pemanas air itu konsumsi dayanya bisa mencapai 1000 hingga 2000 watt,” ujarnya dalam wawancara yang dikutip dari Kompas.com pada Kamis, 3 Juli 2025.
Selain itu, penggunaan setrika listrik juga menjadi salah satu penyebab melonjaknya konsumsi daya. Setrika memerlukan tenaga listrik yang besar untuk menghasilkan panas dalam waktu singkat. Alat ini, kata Syarif, sering digunakan dalam durasi cukup lama sehingga berkontribusi signifikan terhadap tagihan listrik bulanan.
Pendingin ruangan atau AC (air conditioner) juga termasuk dalam daftar perangkat rumah tangga yang boros listrik. “AC yang dinyalakan terus menerus, terutama tanpa pengaturan suhu yang tepat, bisa menjadi beban berat bagi pemakaian listrik,” tutur Syarif. Ia menyarankan agar masyarakat menggunakan fitur timer atau pengatur suhu otomatis agar konsumsi energi lebih efisien.
Tak hanya alat pemanas dan pendingin, perangkat seperti mesin cuci dan oven listrik juga disebut sebagai peralatan yang menggunakan watt besar. Kedua alat ini kerap digunakan beberapa kali dalam seminggu, dan tiap pengoperasiannya mengonsumsi energi dalam jumlah besar.
Syarif menjelaskan bahwa beban listrik tidak hanya tergantung pada besar daya alat, tetapi juga seberapa lama dan seberapa sering alat tersebut digunakan. Ia mencontohkan bahwa televisi dengan daya rendah bisa memberikan beban lebih besar dibanding alat daya tinggi jika digunakan tanpa henti selama berjam-jam setiap hari.
Efisiensi Energi Diperlukan untuk Kendalikan Tagihan
Penggunaan peralatan rumah tangga, menurut Syarif, memerlukan pengelolaan dan kesadaran dalam memilih perangkat yang hemat energi. Ia menyarankan agar masyarakat mulai memilih alat-alat elektronik dengan label efisiensi energi atau standar hemat listrik yang telah ditetapkan pemerintah.
Selain itu, pemilik rumah bisa mulai mempertimbangkan penggunaan panel surya atau sistem energi terbarukan sebagai pelengkap sumber energi. Langkah ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap listrik dari PLN serta mengurangi biaya bulanan secara keseluruhan.
Pengaturan waktu penggunaan alat juga menjadi kunci penghematan. Syarif mencontohkan bahwa alat seperti pompa air sebaiknya tidak dinyalakan terus menerus tanpa keperluan yang jelas. Penggunaan otomatisasi seperti timer bisa membantu mengontrol durasi pemakaian.
Langkah lain yang dapat dilakukan adalah rutin memeriksa kondisi alat elektronik. Jika terdapat gangguan teknis seperti kabel aus atau konektor longgar, maka konsumsi daya bisa menjadi lebih tinggi dari biasanya. Oleh karena itu, perawatan berkala sangat dianjurkan.
Syarif menambahkan bahwa edukasi mengenai efisiensi energi perlu terus disosialisasikan kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menghemat biaya tetapi juga ikut menjaga ketersediaan energi nasional secara berkelanjutan.
Sebagai penutup, ia mengingatkan agar masyarakat tidak hanya terpaku pada merek atau fitur canggih saat membeli alat elektronik. “Lihat juga konsumsi dayanya, karena fitur banyak tapi watt-nya besar bisa bikin tagihan bengkak,” pungkasnya.
Berikutnya, ia menekankan bahwa PLN telah menyediakan informasi detail mengenai daya yang dibutuhkan oleh masing-masing peralatan, dan masyarakat bisa mengakses informasi tersebut sebelum memutuskan membeli atau menggunakan alat tertentu.
Dalam era digital ini, alat elektronik semakin banyak dan kompleks. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk lebih bijak dalam mengatur pemakaian agar tidak terjebak dalam pemborosan energi yang berdampak langsung pada beban biaya rumah tangga.
Syarif menyampaikan bahwa kebiasaan sederhana seperti mencabut colokan listrik saat tidak digunakan atau menggunakan lampu LED bisa memberikan dampak signifikan dalam jangka panjang.
Lebih jauh, ia mengimbau agar rumah tangga mulai menyusun perencanaan energi secara sederhana dengan mencatat pemakaian alat harian dan mengevaluasinya setiap bulan untuk mengontrol tagihan.
Dengan pemahaman yang tepat dan pengelolaan energi secara bijak, keluarga dapat menjaga kestabilan keuangan rumah tangga sekaligus turut mendukung gerakan penghematan energi secara nasional.
Masyarakat diharapkan tidak menyepelekan dampak penggunaan alat elektronik yang tidak efisien. Meski terlihat kecil, akumulasi energi yang terpakai tanpa kendali bisa berdampak besar dalam tagihan akhir bulan.
Penghematan energi listrik merupakan tanggung jawab bersama. Langkah kecil di tingkat rumah tangga memiliki kontribusi besar dalam menjaga kestabilan sistem kelistrikan nasional.
Masyarakat sebaiknya secara aktif mencari informasi dan berkonsultasi dengan ahli atau penyedia layanan energi untuk memahami alat-alat yang tepat digunakan sesuai kebutuhan.
Penting juga untuk memanfaatkan teknologi terkini yang dapat membantu memantau konsumsi daya secara real-time. Banyak alat pemantau digital kini tersedia di pasaran dengan harga terjangkau.
Dengan pemahaman menyeluruh mengenai konsumsi alat elektronik rumah tangga, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan proaktif dalam mengambil langkah efisiensi energi demi keberlanjutan hidup.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










