EKOIN.CO
  • EKOBIS
    • EKONOMI
    • KEUANGAN
    • INDUSTRI
    • INFRASTRUKTUR
    • PERTANIAN
    • PROPERTI
    • UMKM
    • PROFIL
    • ENERGI
  • PERISTIWA
    • INTERNASIONAL
    • NASIONAL
    • MEGAPOLITAN
    • KRIMINAL
    • OPINI
    • SOSIAL
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN
  • POLKUM
    • POLITIK
    • HUKUM
    • LIPUTAN KHUSUS
    • CEK FAKTA
    • BERITA FOTO
    • BERITA VIDEO
  • ENTERTAINMENT
    • HIBURAN
    • DESTINASI
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SELEBRITI
    • MUSIK
  • RAGAM
    • EBOOK
    • EDUKASI
    • HIKMAH
    • SENI & BUDAYA
    • TIPS
    • OLAHRAGA
    • TEKNOLOGI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
EKOIN.CO
  • EKOBIS
    • EKONOMI
    • KEUANGAN
    • INDUSTRI
    • INFRASTRUKTUR
    • PERTANIAN
    • PROPERTI
    • UMKM
    • PROFIL
    • ENERGI
  • PERISTIWA
    • INTERNASIONAL
    • NASIONAL
    • MEGAPOLITAN
    • KRIMINAL
    • OPINI
    • SOSIAL
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN
  • POLKUM
    • POLITIK
    • HUKUM
    • LIPUTAN KHUSUS
    • CEK FAKTA
    • BERITA FOTO
    • BERITA VIDEO
  • ENTERTAINMENT
    • HIBURAN
    • DESTINASI
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SELEBRITI
    • MUSIK
  • RAGAM
    • EBOOK
    • EDUKASI
    • HIKMAH
    • SENI & BUDAYA
    • TIPS
    • OLAHRAGA
    • TEKNOLOGI
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
EKOIN.CO
Beranda EKOBIS EKONOMI

Sektor Manufaktur Melemah, Industri Desak Kebijakan Protektif

Kinerja manufaktur Indonesia melemah pada Juni 2025, disebabkan oleh lambatnya kebijakan pro industri serta lemahnya permintaan pasar domestik dan ekspor, dengan PMI turun ke angka 46,9.

Agus DJ oleh Agus DJ
6 Juli 2025
dalam EKONOMI, INDUSTRI
0
A A
0
Sektor Manufaktur Melemah, Industri Desak Kebijakan Protektif

Sumber dok kemenperin.go.id

Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta, EKOIN.CO – Kinerja sektor manufaktur Indonesia pada Juni 2025 mengalami penurunan, tercermin dari turunnya Purchasing Managers’ Index (PMI) dari 47,4 pada Mei menjadi 46,9. Angka ini mencerminkan pelemahan lebih lanjut dalam aktivitas industri nasional, yang memasuki kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.

Penurunan ini juga dialami oleh sejumlah negara ASEAN lainnya. Vietnam mencatatkan PMI sebesar 45,6, Malaysia turun menjadi 48,6, Thailand 49,5, dan Singapura 49,6. Indonesia menjadi salah satu yang paling terdampak di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Kementerian Perindustrian, terdapat dua faktor utama penyebab kontraksi ini. Pertama adalah sikap menunggu pelaku industri terhadap paket kebijakan deregulasi pro-bisnis. Kedua, permintaan pasar ekspor dan domestik yang terus melemah, ditambah dengan menurunnya daya beli masyarakat.

“Dua faktor yang menyebabkan PMI Indonesia pada Juni 2025 masih kontraksi dan menurun dibanding bulan Mei 2025 yakni, pertama perusahaan industri masih menunggu kebijakan pro bisnis, dan kedua pelemahan permintaan pasar ekspor dan pasar domestik serta penurunan daya beli di Indonesia,” ujar Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief di Jakarta, Selasa (1/7).

Pernyataan tersebut mencerminkan bahwa pemulihan sektor manufaktur nasional belum menunjukkan tanda-tanda kuat, meskipun pemerintah telah menggulirkan sejumlah program stimulus.

Berita Menarik Pilihan

BSI Dorong Akselerasi Wakaf Produktif Lewat Inovasi Finansial

Harga Emas Melesat, BSI Dorong Masyarakat Investasi Aman

Kebijakan Protektif Dinanti Pengusaha

Febri menyebut bahwa pelaku industri menantikan implementasi kebijakan yang membatasi produk jadi impor murah, seperti revisi Permendag No. 8 Tahun 2024. Kebijakan ini diumumkan pada 30 Juni 2025 dan dinilai sebagai langkah positif.

Dampak nyata dari kebijakan tersebut, menurut Febri, baru akan terasa dua bulan mendatang, khususnya pada subsektor tekstil, pakaian jadi, dan aksesoris. Industri masih menunggu pergeseran signifikan dalam struktur permintaan di pasar dalam negeri.

“Kami menduga dampak pencabutan relaksasi impor terutama pada impor produk tekstil, pakaian jadi dan aksesoris pakaian jadi akan dirasakan dampaknya pada dua bulan mendatang,” kata Febri.

Selain itu, pembatasan pelabuhan masuk (entry port) untuk barang jadi impor dinilai sangat penting. Produk berharga murah yang masuk dari banyak pelabuhan telah menekan harga pasar produk dalam negeri.

“Kebijakan ini akan mampu meningkatkan permintaan utilisasi industri yang memproduksi produk yang bersaing ketat dengan produk impor murah,” imbuhnya.

Perjanjian Dagang dan Perluasan Pasar Ekspor

Langkah lain yang ditunggu adalah penandatanganan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian ini diharapkan mampu membuka pasar Eropa lebih luas bagi produk manufaktur Indonesia.

“Perusahaan Industri menunggu penandatanganan perjanjian IEU-CEPA. Mereka optimis setelah penandatanganan IEU-CEPA maka pasar Eropa akan terbuka lebar bagi produk ekspor mereka,” jelas Febri.

Di sisi ekspor, pelaku industri kini terdorong mencari pasar baru karena dampak perang dagang global yang belum sepenuhnya mereda. Hal ini mempengaruhi strategi bisnis perusahaan dalam merespons ketidakpastian global.

Sementara itu, perusahaan juga terus melakukan penyesuaian operasional termasuk pengurangan tenaga kerja dan aktivitas pembelian bahan baku untuk menekan biaya produksi.

“Ke depannya, perusahaan kurang begitu optimis terhadap perkiraan output, bahkan kepercayaan diri juga turun ke posisi terendah dalam delapan bulan,” ujar Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence.

Permintaan Lemah dan Daya Beli Turun

Faktor lain yang memperburuk kinerja manufaktur adalah melemahnya permintaan di pasar ekspor dan domestik. Produk lokal bersaing ketat dengan barang impor, mempersempit ruang penjualan.

Daya beli masyarakat juga belum pulih sepenuhnya. Sebagian besar konsumen memprioritaskan kebutuhan pokok dan cenderung menunda pembelian produk manufaktur sekunder dan tersier.

Di kalangan menengah ke atas, perilaku konsumsi juga berubah. Mereka lebih memilih menabung atau menginvestasikan dana daripada membeli barang-barang manufaktur.

Belanja pemerintah yang mulai meningkat di akhir Juni baru menunjukkan efeknya pada industri tertentu seperti keramik, semen, dan baja. Kebijakan insentif untuk liburan sekolah turut membantu subsektor makanan, minuman, dan pakaian.

“Kami mengapresiasi insentif pemerintah berupa gaji ke-13, insentif liburan anak sekolah dan momen memasuki tahun ajaran baru yang akan meningkatkan demand,” ungkap Febri.

Penurunan PMI manufaktur Indonesia pada Juni 2025 memperlihatkan tekanan serius terhadap sektor industri. Melemahnya permintaan domestik dan ekspor, serta belum efektifnya sejumlah kebijakan perlindungan industri, memperkuat kecenderungan kontraksi. Industri tampaknya masih menunggu kejelasan dari berbagai inisiatif kebijakan pemerintah sebelum bisa bangkit secara konsisten.

Meskipun pemerintah telah mengumumkan beberapa langkah deregulasi dan insentif, dampaknya belum langsung dirasakan oleh pelaku industri. Waktu implementasi kebijakan menjadi penentu apakah sektor manufaktur mampu keluar dari tren pelemahan dalam waktu dekat. Pelaku usaha berharap pembatasan impor dan perluasan pasar ekspor akan segera efektif mendorong produksi.

Selain faktor kebijakan, tantangan struktural seperti turunnya daya beli dan kompetisi barang impor menjadi isu mendesak. Dukungan fiskal serta langkah strategis untuk memperluas pasar ekspor menjadi penting dalam menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pemulihan industri manufaktur nasional.(*)


Pilihan Judul Berita

  1. PMI Manufaktur Indonesia Turun, Industri Tunggu Aksi Nyata Pemerintah
  2. PMI Juni 46,9, Industri TPT Bersabar Tunggu Dampak Kebijakan
  3. Ekspor Lesu, Industri Manufaktur Berharap pada IEU-CEPA
  4. Daya Beli Lemah, Industri Tekstil dan Makanan Kena Imbas

Kalimat Penting

 


Tag/Kata Kunci Penting

 

Tags: daya belideregulasieksporIEU-CEPAindustri makananindustri pakaian jadiindustri tekstilinsentif sekolahJuni 2025kebijakan imporKementerian PerindustrianMalaysiamanufakturpasar domestikpelabuhan entry portPermendag 8/2024PMI Indonesiarevisi kebijakanS&P GlobalSingapuraVietnam
Agus DJ

Agus DJ

Berita Terkait

BSI Dorong Akselerasi Wakaf Produktif Lewat Inovasi Finansial

BSI Dorong Akselerasi Wakaf Produktif Lewat Inovasi Finansial

oleh Agus DJ
14 Oktober 2025
0
72

Jakarta, EKOIN.CO - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kembali menegaskan komitmen kuatnya dalam upaya membangun ekosistem Islam yang kokoh...

Harga Emas Melesat, BSI Dorong Masyarakat Investasi Aman

Harga Emas Melesat, BSI Dorong Masyarakat Investasi Aman

oleh Agus DJ
14 Desember 2025
0
59

Jakarta, EKOIN.CO - Tahun 2025 menjadi momen ketika emas seolah menjadi primadona investasi bagi masyarakat luas di Indonesia. Kenaikan signifikan...

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Bentrok Data Dengan Bahlil Soal Subsidi LPG

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Bentrok Data Dengan Bahlil Soal Subsidi LPG

oleh Akmal Solihannoer
11 Oktober 2025
0
19

Jakarta, EKOIN.CO – Dalam sebulan menjabat Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa sudah terlibat silang pendapat publikur dengan sejumlah menteri dan...

EANK Solo Buktikan UMKM Ekspor Indonesia

EANK Solo Buktikan UMKM Ekspor Indonesia

oleh Agus DJ
10 Oktober 2025
0
8

Solo EKOIN.CO - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung yang sangat vital bagi perekonomian nasional Indonesia. Saat ini,...

Rekomendasi Untuk Anda

Haidar Alwi: Jangan Biarkan Keserakahan Menggerogoti Martabat Bangsa

Haidar Alwi: Jangan Biarkan Keserakahan Menggerogoti Martabat Bangsa

12 Agustus 2025
11
Sekolah Rakyat Siap Diluncurkan Juli 2025

Sekolah Rakyat Siap Diluncurkan Juli 2025

7 Juli 2025
9
Febrio Kacaribu Sebut Ekspor ke AS Tetap Prospektif Meski Kena Tarif 19%

Febrio Kacaribu Sebut Ekspor ke AS Tetap Prospektif Meski Kena Tarif 19%

21 Juli 2025
13
Alasan di Balik Keputusan BI Turunkan Suku Bunga Jadi 5%

Alasan di Balik Keputusan BI Turunkan Suku Bunga Jadi 5%

20 Agustus 2025
5
Vonis Hukuman Tom Lembong Dijadwalkan Jumat 18 Juli

Vonis Hukuman Tom Lembong Dijadwalkan Jumat 18 Juli

14 Juli 2025
9

Berita Terpopuler

  • Warga Isi BBM Subsidi Harus Tunjuk STNK

    Warga Isi BBM Subsidi Harus Tunjuk STNK

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Muncul Masalah Baru Mobil Listrik Hyundai Setelah Di-recall

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • “Sukses di Kampus dan Beyond: 10 Soft Skill yang Harus Dipersiapkan Sebelum Masuk Kuliah”

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Gedung Bundar Baru Jampidsus, Perkuat Citra Tegas dan Modern

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Ucapan Idul Adha Buat WA, Atas Nama Keluarga Tercinta

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
EKOIN.CO

EKOIN.CO - Media Ekonomi Nomor 1 di Indonesia

  • REDAKSI
  • IKLAN
  • MEDIA CYBER
  • PETA SITUS
  • KEBIJAKAN PRIVASI
  • PERSYARATAN LAYANAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK

© 2025 EKOIN.CO
Media Ekonomi No. 1 di Indonesia
Developed by logeeka.id.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • EKOBIS
    • EKONOMI
    • KEUANGAN
    • INDUSTRI
    • INFRASTRUKTUR
    • PERTANIAN
    • PROPERTI
    • UMKM
    • PROFIL
    • ENERGI
  • PERISTIWA
    • INTERNASIONAL
    • NASIONAL
    • MEGAPOLITAN
    • KRIMINAL
    • OPINI
    • SOSIAL
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN
  • POLKUM
    • POLITIK
    • HUKUM
    • LIPUTAN KHUSUS
    • CEK FAKTA
    • BERITA FOTO
    • BERITA VIDEO
  • ENTERTAINMENT
    • HIBURAN
    • DESTINASI
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SELEBRITI
    • MUSIK
  • RAGAM
    • EBOOK
    • EDUKASI
    • HIKMAH
    • SENI & BUDAYA
    • TIPS
    • OLAHRAGA
    • TEKNOLOGI

© 2025 EKOIN.CO
Media Ekonomi No. 1 di Indonesia
Developed by logeeka.id.

Go to mobile version