JAKARTA, EKOIN.CO – Telur selama ini sering dituding sebagai penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol dalam tubuh. Namun, sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan Juli 2025 di The American Journal of Clinical Nutrition membantah anggapan tersebut.
Berlangganan WA Channel EKOIN
Penelitian ini menyebutkan bahwa lemak jenuh, bukan kolesterol alami pada telur, yang lebih berperan dalam meningkatkan kadar kolesterol jahat yang berisiko memicu penyakit jantung dan stroke.
Studi ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari University of South Australia terhadap 61 orang dewasa sehat. Peserta dibagi ke dalam tiga kelompok pola makan berbeda dan menjalani setiap jenis diet selama lima minggu secara bergantian.
Ketiga kelompok tersebut adalah diet kontrol (satu butir telur per minggu), diet telur (dua butir telur per hari), dan diet bebas telur yang tinggi lemak jenuh.
Hasil Studi Ungkap Fakta Mengejutkan
Hasil riset menunjukkan bahwa kadar kolesterol jahat meningkat signifikan pada diet tinggi lemak jenuh, bukan pada diet telur.
Bahkan, diet telur justru menurunkan kadar kolesterol jahat rata-rata sebesar 5,7 mg/dL dibandingkan dengan diet kontrol. Temuan ini mengubah pandangan umum tentang hubungan antara telur dan kolesterol.
Penulis utama studi, Jon Buckley, menegaskan bahwa kekhawatiran masyarakat selama ini kurang tepat. “Bukan telur yang perlu dikhawatirkan, melainkan porsi tambahan bacon atau sosis yang lebih mungkin memengaruhi kesehatan jantung,” ujarnya.
Menurut para peneliti, anggapan negatif tentang telur sudah berlangsung puluhan tahun dan perlu diluruskan. Banyak orang menghindari telur karena takut kadar kolesterolnya naik.
Padahal, bukti ilmiah selama dua dekade terakhir telah menunjukkan bahwa lemak jenuh memiliki dampak lebih besar pada peningkatan kolesterol jahat ketimbang kolesterol dari makanan seperti telur.
Telur dan Peran Lemak Jenuh
Satu butir telur mengandung sekitar 200 mg kolesterol, namun lemak jenuhnya hanya 1,6 gram. Angka ini tergolong rendah dibandingkan makanan olahan tinggi lemak jenuh seperti daging olahan dan gorengan.
Para ahli gizi menilai, mengonsumsi telur secara wajar justru bisa menjadi bagian dari pola makan sehat, terutama untuk sarapan.
Selain kaya protein, telur juga mengandung vitamin D, vitamin B12, dan kolin yang penting untuk fungsi otak. Semua nutrisi ini dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Penelitian ini juga memberikan perspektif baru bagi masyarakat yang selama ini menghindari telur. Pola makan seimbang dengan mengurangi lemak jenuh dapat membantu menjaga kolesterol tetap normal.
Temuan ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi praktisi kesehatan dalam memberikan edukasi gizi yang lebih tepat kepada masyarakat.
Para peneliti menambahkan bahwa kualitas keseluruhan pola makan jauh lebih penting daripada hanya fokus pada satu jenis makanan.
Kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dari daging olahan, kue manis, dan makanan cepat saji, memiliki risiko lebih besar terhadap peningkatan kolesterol jahat.
Dengan data ini, para ahli berharap pandangan negatif terhadap telur dapat berubah. Telur bisa menjadi sumber protein yang terjangkau dan bergizi tinggi jika diolah dengan cara sehat.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa faktor terbesar yang memengaruhi kadar kolesterol bukanlah satu jenis makanan tunggal, melainkan keseluruhan pola makan dan gaya hidup.
Masyarakat disarankan untuk memprioritaskan asupan sayur, buah, biji-bijian, dan protein tanpa lemak, serta membatasi makanan tinggi lemak jenuh.
Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal juga berperan besar dalam mengontrol kadar kolesterol.
Mengonsumsi telur secara bijak bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang mendukung jantung tetap kuat.
Telur rebus atau telur orak-arik tanpa minyak berlebihan lebih dianjurkan dibandingkan telur goreng dengan banyak minyak.
Hindari mengombinasikan telur dengan makanan tinggi lemak jenuh seperti bacon atau sosis jika ingin menjaga kadar kolesterol tetap normal.
Penting untuk tetap memperhatikan porsi makan dan tidak mengandalkan satu makanan saja untuk memenuhi kebutuhan gizi harian.
Dengan memahami fakta ilmiah, masyarakat dapat membuat pilihan makan yang lebih cerdas untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










