Jakarta, EKOIN.CO – Kekhawatiran global muncul seiring meluasnya penyebaran jamur Aspergillus, yang menurut para ilmuwan merupakan ancaman serius yang dipicu oleh perubahan iklim. Peristiwa ini diperkirakan dapat memicu krisis kesehatan dan ketahanan pangan di berbagai belahan dunia.
Aspergillus adalah sejenis jamur yang dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru dan gangguan pernapasan. Sporenya dapat terhirup oleh manusia dan menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai aspergilosis. Infeksi ini sangat berisiko bagi individu dengan sistem imun yang lemah, serta penderita asma atau fibrosis kistik. Jamur ini dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada suhu tinggi, sehingga mampu bertahan di dalam tubuh manusia yang bersuhu 37 derajat Celcius. Hal ini dijelaskan oleh Elaine Bignell dari University of Exeter, yang mengatakan bahwa gaya hidup alami jamur tersebut memungkinkannya masuk ke paru-paru manusia.
Sebuah studi dari Manchester University mengungkapkan bahwa jamur ini telah menyebar secara luas di wilayah Eropa hingga Asia. Norman van Rhijn, seorang peneliti, menuturkan bahwa dunia saat ini berada pada titik kritis dalam menghadapi peningkatan patogen jamur. Menurutnya, infeksi yang ditimbulkan oleh jamur ini berpotensi menyebabkan kematian jutaan orang di seluruh dunia.
“Kita berbicara tentang ratusan ribu nyawa, dan pergeseran benua dalam distribusi spesies. Dalam 50 tahun ke depan, tempat tumbuh berbagai spesies dan jenis infeksi yang kita hadapi akan berubah total,” kata Rhijn, seperti yang disampaikan oleh Financial Times.
Dilansir dari The Independent, jamur Aspergillus diperkirakan akan meluas hingga 77% wilayah lagi pada tahun 2100. Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang kian memburuk akibat penggunaan bahan bakar fosil. Fenomena tersebut diprediksi akan membuat sembilan juta orang di Eropa menghadapi risiko infeksi mematikan.
Di wilayah Asia, penyebaran jamur ini diprediksi akan meningkat signifikan, bahkan mencapai wilayah utara seperti China bagian utara, Rusia, hingga Skandinavia dan Alaska. Selain itu, spesies lain dari jamur ini, yaitu Aspergillus flavus, berisiko menyebar ke 16% wilayah baru. Spesies ini tumbuh pada tanaman pangan, sehingga penyebarannya menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan dan ekosistem global.










