PARIS, EKOIN.CO – Momen perpisahan penuh haru terjadi ketika Gianluigi Donnarumma dipaksa maju oleh rekan setimnya untuk menerima penghormatan terakhir dari suporter PSG setelah laga kontra Angers. Kejadian ini berlangsung di tengah situasi sulit sang kiper yang baru saja didepak klub, meski sebelumnya menjadi sosok penting dalam keberhasilan PSG meraih gelar Liga Champions, Ligue 1, dan Coupe de France.
Gabung WA Channel EKOIN di sini
Donnarumma Didepak Klub Usai Jadi Pahlawan
Keputusan manajemen PSG untuk melepas Donnarumma mengejutkan banyak pihak. Klub tidak lagi bersedia menanggung gaji besar sang kiper, meskipun kontraknya masih berlaku hingga Juni 2026. Padahal, Donnarumma baru saja membawa Les Parisiens meraih kejayaan di musim sebelumnya.
Sang penjaga gawang bahkan sudah tidak dilibatkan dalam laga penting, termasuk Piala Super Eropa melawan Tottenham dan beberapa pertandingan awal Ligue 1. Kondisi ini memperlihatkan bahwa PSG sudah benar-benar menutup pintu bagi Donnarumma, sekalipun statusnya masih sah sebagai pemain.
Nasib ini menimbulkan ironi tersendiri. Dari pahlawan yang dielu-elukan publik Paris, Donnarumma kini harus meninggalkan klub dalam suasana penuh tanda tanya. Situasi tersebut mengundang simpati mendalam dari rekan setimnya.
Di lapangan, reaksi skuad PSG justru berbeda dengan kebijakan manajemen. Saat perayaan kemenangan atas Angers, mereka menunjukkan solidaritas yang menyentuh hati.
Gestur Solidaritas Pemain PSG
Setelah pertandingan berakhir 1-0, para pemain PSG menggelar selebrasi di tengah lapangan. Di momen itu, mereka secara spontan membentuk lingkaran dan mendorong Donnarumma ke depan. Ribuan suporter pun memberikan tepuk tangan meriah untuknya.
Pelatih Luis Enrique dan para direktur klub terlihat menjauh dari lingkaran pemain, seakan mempertegas bahwa penghormatan tersebut lahir murni dari inisiatif skuad. Gestur ini membuat suasana stadion memanas oleh emosi, berbeda dari perayaan trofi pada umumnya.
Donnarumma tampak terkejut sekaligus terharu. Ia berusaha menahan tangis, namun air mata tetap mengalir saat melihat respons luar biasa dari para pendukung setia PSG.
Momen semakin emosional ketika kapten tim, Marquinhos, maju memeluk erat Donnarumma. Bek asal Brasil itu menjadi penggerak utama yang memandu suporter untuk meneriakkan yel-yel dukungan.
Marquinhos bahkan memastikan Donnarumma mengelilingi stadion, memberi kesempatan terakhir baginya menyapa publik Paris yang selama ini mendukung. Pemandangan ini menjadi simbol bahwa meski klub melepasnya, hati para pemain dan fans tetap berpihak pada Donnarumma.
Solidaritas ini juga menjadi sinyal adanya ketegangan antara manajemen PSG dan para pemain. Meski tidak diucapkan langsung, tindakan mereka seolah menolak keputusan klub terhadap salah satu pilar kemenangan mereka.
Bagi Donnarumma, malam itu menjadi momen perpisahan yang tak akan terlupakan. Dari kursi cadangan hingga pelukan hangat rekan setim, semuanya menjadi kenangan manis di tengah pahitnya perpisahan.
Kiper asal Italia itu belum memutuskan langkah berikutnya dalam kariernya. Namun, perpisahan penuh emosi di Parc des Princes jelas memperlihatkan betapa ia dicintai oleh rekan setim dan ribuan penggemar PSG.
Kini, masa depan Donnarumma menjadi sorotan. Apakah ia akan segera bergabung dengan klub baru atau memilih menunggu kesempatan tepat? Yang pasti, kata pamungkas dalam perjalanannya di Paris adalah: penghormatan.
Perpisahan Gianluigi Donnarumma dengan PSG menyisakan cerita emosional yang kuat. Meski klub memilih melepasnya karena alasan finansial, dukungan skuad dan suporter menunjukkan bahwa perannya tidak akan mudah dilupakan.
Gestur yang ditunjukkan para pemain juga membuka mata publik bahwa ada jurang antara keputusan manajemen dan hati tim. Solidaritas itu memberikan pesan bahwa persahabatan lebih besar dari sekadar kontrak.
Momen di Parc des Princes memperlihatkan bahwa Donnarumma tetaplah pahlawan bagi Paris. Meski masa depannya belum pasti, ia meninggalkan jejak yang dalam di hati fans.
Cerita ini juga menjadi refleksi tentang kerasnya dunia sepak bola. Seorang pemain bisa dielu-elukan satu musim, namun tersingkir di musim berikutnya karena faktor non-teknis.
Bagi Donnarumma, meski kepergian ini pahit, ia bisa melangkah dengan kepala tegak. Ia mendapat perpisahan penuh penghormatan yang akan selalu dikenang. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










