Tel Aviv, EKOIN.CO – Israel dilanda kebingungan setelah sistem pertahanan udaranya gagal mencegat rudal kelompok Houthi dari Yaman yang membawa bom klaster dalam serangan pada Jumat pekan lalu. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) langsung membuka penyelidikan untuk mencari tahu penyebab kegagalan ini.
Rudal yang membawa ratusan bom kecil itu lolos dari radar dan sistem pencegat, hingga meledak di udara dan menyebarkan submunisi ke area luas. Kondisi ini memicu keprihatinan karena bom klaster dikenal meninggalkan ancaman jangka panjang bagi warga sipil.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan, “Siapa pun yang menyerang, kami membalas mereka. Siapa pun yang berencana menyerang, kami serang mereka. Saya yakin seluruh kawasan ini sedang mempelajari kekuatan dan tekad negara Israel,” ucapnya, dikutip BBC, Selasa (26/8/2025).
Video Houthi Guncang Pertahanan Israel
Tak lama setelah kejadian, Houthi merilis video yang memperlihatkan bom-bom kecil berjatuhan dari udara. Salah satunya mendarat di halaman rumah warga di Kota Ginaton, Israel tengah, meski hanya menimbulkan kerusakan ringan.
Bom klaster sangat berbahaya karena dapat menyebarkan ratusan hingga ribuan submunisi. Sebagian sering kali gagal meledak, sehingga menjadi ancaman laten bagi masyarakat sipil dalam waktu lama setelah perang.
Rekaman visual tersebut menambah tekanan bagi Tel Aviv. Publik kini menuntut evaluasi menyeluruh atas kinerja sistem pertahanan yang selama ini diklaim canggih dan sulit ditembus.
Israel Balas Serangan untuk Pertahanan Diri
Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada Minggu (24/8/2025). Sasaran meliputi istana kepresidenan, fasilitas penyimpanan minyak, dan pembangkit listrik.
Sedikitnya enam orang dilaporkan tewas, sementara lebih dari 80 lainnya terluka. Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Israel Katz turun langsung ke pusat komando Tel Aviv untuk memantau operasi dan memperlihatkan citra kekuatan.
Sejak perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober 2023, Houthi aktif meluncurkan rudal dan menyerang kapal dagang di Laut Merah serta Teluk Aden. Aksi ini disebut sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap Palestina.
Amerika Serikat sempat membantu Israel menghadapi Houthi. Namun setelah Presiden Donald Trump menandatangani kesepakatan gencatan senjata, Israel kini harus mengandalkan kekuatan pertahanan sendiri menghadapi ancaman dari Yaman.
Para analis menilai kegagalan pencegatan bom klaster ini memperlihatkan bahwa sistem pertahanan udara Israel masih memiliki celah. Senjata baru Houthi dianggap sebagai eskalasi teknologi yang mampu menantang dominasi militer Tel Aviv.
Israel kini menekankan pentingnya evaluasi radar, sistem interceptor, serta penguatan strategi pertahanan untuk menghadapi ancaman serupa di masa depan.
( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v









