Tangerang, EKOIN.CO – Industri furnitur Indonesia terus menunjukkan kinerja yang menggembirakan di tengah gejolak perekonomian global. Sektor ini dianggap memiliki daya saing yang kuat untuk menjadi penopang utama ekspor nasional, didukung oleh ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah, seperti kayu tropis, rotan, bambu, dan gabus, serta kreativitas desain yang tinggi. Menyikapi potensi besar ini, Pemerintah secara konsisten memberikan dukungan penuh untuk memperkuat daya saing industri furnitur nasional di pasar internasional. Upaya ini diwujudkan melalui serangkaian kebijakan dan program yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan sektor ini secara berkelanjutan.
Dalam acara pembukaan International Furniture and Craft Fair Indonesia+ (IFFINA+) 2025 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, pada Rabu (17/09), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pidato kunci. “Saya selalu bilang industri ini adalah industri yang berbasis sumber daya dari dalam negeri. Dan kita punya kayu-kayu unik karena negara tropical. Tentu negara lain yang subtropical agak sulit harusnya bertanding dengan kita. Industri ini di kuartal kedua kemarin tumbuhnya lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Tentu industri furniture ini harusnya menjadi industri andalan berbahan baku lokal, punya daya beli masyarakat lokal yang juga kuat,” ujar Menko Airlangga.
Baca juga : Jawa Tengah Raih Penyaluran KUR Terbesar di Indonesia
Menurut Menko Airlangga, industri furnitur merupakan sektor padat karya yang tidak hanya mampu menyerap banyak tenaga kerja, tetapi juga memberikan nilai tambah tinggi. Produk furnitur Indonesia, lanjutnya, bukan sekadar komoditas biasa, melainkan produk yang merepresentasikan karya seni dan kreativitas bangsa. Keterampilan tangan para pengrajin dan desainer lokal memberikan keunggulan kompetitif yang unik, membuat produk Indonesia berbeda dari produk massal negara lain.
Untuk memperluas akses pasar, Pemerintah terus memperkuat kerja sama ekonomi internasional. Sebuah langkah penting akan segera terwujud pada akhir September nanti dengan penandatanganan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa. Kesepakatan ini akan membuka akses bagi hingga 80% produk Indonesia, termasuk furnitur, untuk masuk ke pasar Eropa dengan tarif nol persen. Ini merupakan peluang emas bagi para pelaku industri untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan volume ekspor.
Dari sisi dukungan domestik, Pemerintah meluncurkan berbagai kebijakan untuk memperkuat daya saing industri furnitur. Salah satu skema pembiayaan yang dioptimalkan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) padat karya. Melalui skema ini, pelaku usaha dapat memanfaatkan subsidi bunga sebesar 5% untuk pembiayaan investasi hingga 7–10 tahun. Skema ini dirancang khusus agar pelaku usaha, terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dapat melakukan restrukturisasi mesin dan meningkatkan kapasitas produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.
“Jadi dengan perbaikan daripada permesinan, dengan bahan baku yang ada di dalam negeri, saya meyakini bahwa industri ini punya daya saing yang kuat dan pasarnya terbuka lebar,” ucap Menko Airlangga, menunjukkan keyakinannya terhadap potensi sektor ini.
Pemerintah juga memberikan insentif PPh Pasal 21 untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp10 juta. Selain itu, pemerintah mendorong program magang bagi lulusan baru perguruan tinggi, di mana biaya honornya ditanggung Pemerintah selama enam bulan. Menko Airlangga menekankan bahwa langkah ini penting untuk menyiapkan tenaga kerja muda yang siap masuk ke industri, sekaligus memanfaatkan bonus demografi secara optimal. Program ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.
Di samping penguatan sumber daya manusia, Pemerintah juga fokus pada penyederhanaan regulasi. Tim deregulasi lintas sektor akan mulai bekerja efektif pada bulan Oktober 2025 untuk mengurai berbagai hambatan yang mengganggu ekspor dan investasi. Kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif, mempercepat pertumbuhan industri furnitur, dan pada akhirnya, memperluas lapangan kerja.
Dengan dukungan kebijakan yang komprehensif, kerja sama internasional yang strategis, serta partisipasi aktif dari seluruh pelaku usaha, Pemerintah optimistis industri furnitur Indonesia dapat terus tumbuh menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional sekaligus pemain penting di pasar global.

Sinergi Mendukung Industri Furniture Nasional
Sektor industri furnitur di Indonesia tidak hanya bergantung pada dukungan pemerintah, tetapi juga pada sinergi antar-pemangku kepentingan. Acara IFFINA+ 2025 menjadi platform penting yang mempertemukan produsen, pembeli, desainer, dan pemerintah. Pameran ini bukan sekadar ajang promosi, melainkan juga wadah untuk bertukar ide, memperluas jaringan, dan mengukur tren pasar global. Kolaborasi antara Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) dengan pemerintah adalah contoh nyata bagaimana sinergi dapat mendorong kemajuan industri.
Menko Airlangga Hartarto menegaskan bahwa IFFINA+ tidak hanya menjadi panggung bagi industri furnitur, tetapi juga industri kerajinan. Keduanya saling melengkapi, menciptakan ekosistem kreatif yang kaya akan seni dan budaya. Keunikan ini menjadi keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain. Dukungan terhadap pameran semacam ini merupakan strategi penting untuk mempromosikan produk-produk lokal ke kancah internasional dan menarik minat investor.

Potensi Ekspor dan Pertumbuhan Berkelanjutan
Potensi ekspor industri furnitur Indonesia sangat besar, terutama dengan adanya CEPA dengan Uni Eropa. Tarif nol persen akan membuat produk Indonesia jauh lebih kompetitif dibandingkan produk dari negara lain yang tidak memiliki perjanjian serupa. Peluang ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku industri dengan terus meningkatkan kualitas, inovasi desain, dan efisiensi produksi.
Penggunaan bahan baku lokal yang melimpah juga memberikan keunggulan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana, industri dapat mengurangi biaya produksi dan menciptakan produk yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan tren pasar global yang semakin peduli terhadap isu-isu keberlanjutan. Selain itu, dengan dukungan KUR padat karya dan insentif lainnya, pelaku usaha dapat berinvestasi pada teknologi dan sumber daya manusia, menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan jangka panjang.
Secara keseluruhan, komitmen pemerintah untuk memperkuat daya saing industri furnitur nasional menunjukkan pemahaman mendalam akan potensi sektor ini. Melalui kebijakan yang holistik, mulai dari dukungan pembiayaan, insentif pajak, hingga penyederhanaan regulasi, pemerintah berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif. Langkah ini akan membuka jalan bagi industri furnitur untuk terus berkembang, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai ekspor. Sinergi antara pemerintah, asosiasi industri, dan pelaku usaha akan menjadi kunci utama dalam merealisasikan potensi besar ini.
Keberhasilan IFFINA+ 2025 menjadi indikator positif bahwa industri ini berada di jalur yang benar. Dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar global, industri furnitur Indonesia dapat menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dukungan yang terencana dan terkoordinasi akan membantu industri ini mencapai potensi puncaknya, membawa nama Indonesia sebagai pemain utama di pasar furnitur dunia.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










