Jakarta, EKOIN.CO – Pendapatan negara mencatatkan kinerja yang baik, didukung oleh penerimaan pajak, kepabeanan dan cukai, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Hingga 31 Agustus 2025, realisasi pendapatan negara telah mencapai Rp1.638,7 triliun. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu pada Konferensi Pers APBN Kita di Jakarta pada Senin (22/09), menunjukkan adanya optimisme terhadap kondisi fiskal.
Realisasi penerimaan pajak bruto sebesar Rp1.442,74 triliun, tumbuh 2,1 persen year on year (yoy), menunjukkan bahwa kondisi ekonomi berjalan dengan stabil. Sementara realisasi penerimaan pajak neto dengan pengurangan restitusi mencapai Rp1.135,44 triliun. Angka-angka ini mempertegas bahwa aktivitas ekonomi di berbagai sektor berjalan sesuai rencana.
Baca juga : Realisasi Belanja Negara Tembus Rp1.960,3 Triliun di Agustus
Pertumbuhan penerimaan pajak tersebut ditopang oleh kinerja sektor-sektor utama yang menunjukkan tren positif. Beberapa di antaranya adalah ketenagalistrikan, pertambangan bijih logam, perdagangan online, perdagangan besar, pertanian tanaman, industri minyak kelapa sawit, dan perbankan. Kontribusi dari sektor-sektor ini menjadi indikator vital bagi kesehatan ekonomi nasional.
Selain itu, penerimaan pajak per jenis pajak juga menunjukkan peningkatan yang solid. Ini terlihat dari penerimaan PPh 21, PPN DN, PPh Badan, dan PPN impor yang seluruhnya menunjukkan tren pertumbuhan. Peningkatan ini mencerminkan aktivitas konsumsi dan investasi yang terus bergerak.
Kemudian, penerimaan kepabeanan dan cukai juga menunjukkan tren positif dengan realisasi sebesar Rp194,9 triliun, tumbuh 6,4 persen (yoy). Penerimaan ini didukung oleh penerimaan cukai sebesar Rp144 triliun, yang menjadi komponen terbesar dari pos ini.
Sementara itu, bea keluar sebesar Rp18,7 triliun didorong oleh kenaikan harga CPO dan kebijakan ekspor konsentrat tembaga. Kedua komoditas ini menjadi penyumbang signifikan bagi pendapatan negara.
Di sisi lain, bea masuk sebesar Rp32,2 triliun mengalami kontraksi 5,1 persen (yoy), yang dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan di bidang pangan dan utilisasi Free Trade Agreement (FTA). Meskipun terjadi kontraksi, pos-pos pendapatan lainnya berhasil menutupi penurunan tersebut.
Selanjutnya, realisasi PNBP mencapai Rp306,8 triliun. Realisasi ini didukung oleh penerimaan SDA migas sebesar Rp65,0 triliun, SDA nonmigas sebesar Rp75,6 triliun, PNBP lainnya sebesar Rp91,9 triliun, dan penerimaan BLU sebesar Rp62,5 triliun. Kontribusi ini menegaskan bahwa sumber-sumber pendapatan non-pajak juga berperan penting dalam APBN.
“Ada peningkatan dari sisi pencapaian terhadap outlook,” ungkap Wamenkeu Anggito. Pernyataan ini memberikan sinyal positif bahwa pemerintah optimistis akan mencapai target pendapatan yang telah ditetapkan di akhir tahun.
Implikasi Kinerja Pendapatan Negara terhadap Perekonomian
Kinerja positif pendapatan negara hingga Agustus 2025 memiliki implikasi yang luas bagi perekonomian. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa mesin ekonomi berjalan dengan baik, didorong oleh sektor-sektor produktif. Ketika pendapatan negara tumbuh, pemerintah memiliki ruang fiskal yang lebih besar untuk membiayai program-program pembangunan, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Hal ini menciptakan siklus positif, di mana pertumbuhan ekonomi menghasilkan pendapatan yang lebih besar, yang pada gilirannya digunakan untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut. Stabilitas pendapatan juga memberikan kepercayaan kepada investor, baik domestik maupun asing, bahwa Indonesia adalah tujuan investasi yang menarik dan aman.
Strategi Diversifikasi Sumber Pendapatan
Keberhasilan dalam mengumpulkan pendapatan dari berbagai sumber, termasuk pajak, kepabeanan, cukai, dan PNBP, menunjukkan strategi diversifikasi yang efektif. Ketergantungan pada satu sumber pendapatan dapat berisiko, dan dengan adanya pertumbuhan di berbagai lini, pemerintah memiliki ketahanan fiskal yang lebih baik.
Penguatan penerimaan dari sektor-sektor non-migas, seperti pertambangan dan perkebunan, juga menjadi indikator bahwa ekonomi Indonesia semakin diversifikasi. Hal ini akan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga komoditas global.
Pada akhirnya, kinerja pendapatan negara yang solid adalah kabar baik bagi seluruh masyarakat. Ini adalah bukti bahwa ekonomi Indonesia terus bergerak maju, menciptakan peluang, dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan.
Dengan pertumbuhan yang berkelanjutan, pemerintah dapat terus menjalankan program-program strategis yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v










