Jakarta,EKOIN.CO- Penggunaan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) kembali menjadi sorotan setelah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa tren ini bukan hanya dilakukan di Indonesia. Negara lain juga telah memanfaatkan etanol sebagai campuran bahan bakar untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Gabung WA Channel EKOIN.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menuturkan bahwa pemanfaatan etanol sudah menjadi praktik global. “Bukan hanya Pertamina, banyak negara sudah menggunakannya dalam program energi campuran untuk BBM,” ujarnya, Kamis (18/4/2024).
Menurut Laode, etanol dipandang sebagai salah satu solusi transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan bahan ini diyakini dapat membantu menurunkan emisi karbon, sekaligus mendukung target energi bersih nasional.
Etanol sebagai Campuran BBM Global
Laode menjelaskan, negara-negara seperti Brasil dan Amerika Serikat sudah lebih dahulu menjalankan program BBM berbasis etanol. Brasil bahkan dikenal sebagai salah satu produsen etanol terbesar di dunia, memanfaatkan hasil perkebunan tebu untuk memenuhi kebutuhan bahan bakarnya.
Di Amerika Serikat, etanol berbasis jagung juga menjadi bagian penting dari kebijakan energi hijau. “Jadi ini bukan hal baru, Indonesia justru belajar dari praktik terbaik negara lain,” tegas Laode.
Sementara itu, Pertamina disebut tengah menguji coba implementasi BBM campuran etanol di beberapa wilayah. Uji coba ini dilakukan secara bertahap, dengan mempertimbangkan kesiapan infrastruktur distribusi dan daya beli masyarakat.
Kebijakan Transisi Energi Nasional
Kementerian ESDM menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dapat terus meningkat dalam 10 tahun ke depan. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mengurangi porsi energi fosil dengan memaksimalkan pemanfaatan etanol dalam BBM.
“Transisi energi ini memang butuh waktu, tapi kita sudah mulai bergerak. Etanol bisa menjadi jembatan menuju energi yang lebih bersih,” kata Laode.
Selain dari sisi lingkungan, kebijakan ini juga diharapkan dapat mengurangi impor BBM. Dengan memanfaatkan etanol berbasis hasil pertanian lokal, ketahanan energi nasional diyakini akan lebih kuat.
Sejumlah pakar energi menyebutkan, pemanfaatan etanol akan membuka peluang baru bagi sektor pertanian. Produk seperti tebu dan singkong bisa diolah menjadi bioetanol, menciptakan rantai ekonomi baru bagi masyarakat.
Namun, tantangan tetap ada. Infrastruktur distribusi, harga produksi, serta daya beli konsumen menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan pemerintah dan pelaku industri.
Pemerintah menegaskan, strategi ini akan terus dimatangkan. Program pilot project diharapkan memberi gambaran yang jelas tentang potensi dan kendala di lapangan.
Dengan tren global dan komitmen nasional, pemanfaatan etanol di Indonesia diharapkan bisa berkontribusi besar dalam transisi energi. Pemerintah mendorong semua pihak, baik industri maupun masyarakat, untuk mendukung langkah ini.
Ke depan, kebijakan energi berbasis etanol tidak hanya soal bahan bakar, tetapi juga menjadi bagian dari agenda pembangunan berkelanjutan. Indonesia diharapkan mampu berdiri sejajar dengan negara lain dalam mewujudkan energi hijau.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
.










